52. Dukun

44 33 5
                                    

Haloo kaliaann!! Happy Reading!  🤎

°°°

YOU AGAIN • 52 | Dukun

"Akan lebih baik jika merelakan dari pada menjaga sesuatu yang bukan milik kita."

_______________ ___ _ ______ _

“Iya. Gue inget. Davian Adrianza, adik kembar gue.”

“Hah?!” pekik Adel. “Jadi selama ini lu inget?!”

“Gue baru inget semuanya baru-baru ini.”

Tutt

“Hallo?” panggil Adel saat mendengar sambungan telepon terputus.

“Hallo? Hallo, Devan? Dev!”

Gadis itu mengembalikan telepon umum itu secara kasar ke tempatnya.

Adel menangkat sudut bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman. Ini kabar yang sangat menguntungkan baginya.

Jika sudah seperti ini. Tidak ada alasan lagi bagi Mizel untuk tidak jatuh bersamanya.

“Lu akan mencintainya bukan karena cinta, melainkan kasihan.”

•••

“WOIII!! CEPETAN ANJIR LO LAMA BANGET DI DALEM GUE PEN BOKER!!”

BRAKK!! BRAKK!! BRAK BRAKK!!

Devan mematikan teleponnya lalu membalas memukul pintu ketika Reza terus menerus menobraknya.

“Lo mau rusakin pintu toilet gue, hah?!”

“CEPETAN KUPRETT!!”

Setelah pintu terbuka, Reza segera masuk ke dalam dan mengusir Devan keluar.

“Kenapa tuh anak?” tanya Devan lalu cowok itu berjalan menuju kulkas untuk menganbil kaleng soda dan meminumnya.

Mizel dan Tesha sudah pulang beberapa menit yang lalu karena anjing perliharaan Tesha tiba-tiba saja sakit.

“Waahh gila!” puji Reza terpana.

“Emang ganteng bener temen gua! Pantes banyak ciwi sekolah yang nyantol di lo!”

Cowok itu memuji temannya yang sedang minum sambil menyender di tiang yang membatasi ruang makan dan ruang keluarga.

Sementara yang dipuji memutar bola mata malas.

“Lo ga pernah ngaku gue lebih ganteng. Muji gue pasti ada maunya, mau apa lo?!”

“Hehehehe! Tau aja lo!” balas Reza cengengesan.

“Numpang nginep dong Dep! Mommy gue lagi ngamuk gegara si pirang ngadu kelakukan gue di sekolah.”

“Macem-macem sih lo di sekolah! Gak seperti murid pada umumnya.”

“Gak usah gitu dong! Gini-gini gue juga pernah dapet juara di kelas!”

“Juara bikin guru stroke,” timpal Devan asal lalu pergi ke balkon dan lesehan di sana.

Reza yang tidak memiliki tujuan hidup itu ikut duduk di sebelah Devan sambil memangku gitar.

“Sebegitunya lo ga suka gue ngidep di sini?! Ampe murung segala!” gerutu Reza melihat wajah temannya yang kusut.

Tidak ada balasan membuat Reza geram. “Tentang sudara kembar lo itu?” ceplosnya.

Mendengar itu Devan refleks menengok lalu mengangkat alisnya yang sebelah kanan.

YOU AGAIN?!   [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang