68. Pentas Seni Alvet; Love Story

61 12 50
                                    

Haloo! Sebelum baca, absen berdasarkan angka batre di hp kalian saat ini dong!

Satu lagi! Jangan lupa spam comment di part inii 🧚🏻‍♀️💫

Thank you & happy reading y'all 🤎

°°°

YOU AGAIN?! • 68 | Pentas Seni Alvet; Love Story


"Tidak peduli walau semua pernah menjadi memori, karena lembaran baru selalu ada. Dan kaulah yang mengisi lembaran itu. Dengan semua yang hilang, kau mengembalikannya." ― Mizel Jessila

________________________ ___ ______ _________

Gadis itu menghela nafasnya sambil melepaskan topi hitam di kepalanya dan tak sengaja menarik ikatannya membuat rambutnya tergerai di udara.

Scrunchies Mizel jatuh tepat di sebelah kanan sepatunya. Namun ia sama sekali tidak berniat mengambilnya dan memilih menengok ke arah belakang.

Panti Asuhan Jalan Nigara. Tempat pertama kali Mizel bertemu dengan Davian dan juga Devan.

Sayangnya kenyataan mempermainkan ingatannya.

Tempat itu bukanlah rumah penuh kasih yang hangat seperti dulu. Kini sudah berubah menjadi cafè kopi yang baunya menghapus semua kenangan di sana.

"Lahan ini awalnya kosong dan tempat ini sudah dibangun dari tiga tahun yang lalu."

Kalimat yang diucapkan teman Ibu Celestia―pemilik cafè, masih terngiang di kepalanya.

"Mereka bohong," gumam Mizel mengepal tangannya lalu perlahan tubuhnya merosot ke bawah sampai akhirnya gadis itu berjongkok di trotoar.

Lewat tiga minggu. Sudah selama itu Mizel mencari pengakuan akan memorinya. Semua tempat dia datangi, semua orang dia kunjungi. Namun hasilnya sia-sia.

"Drakoncong nyebelin! Katanya taruhan terakhir lo, ga bolehin gue sama si cupang-cupang itu! Kalo gini, gimana lo bisa tau gue jujur atau enggak?!" gerutu Mizel melempar asal kerikil di sebelahnya ke jalanan.

"Pulpen gue juga belom lo balikin!"

"Davian ..." Mizel mengganti nama orang yang dia bicarakan dengan nada lebih halus. "Kamu jahat, pergi tanpa meninggalkan jejak sama sekali ya?"

Mizel mengigit bibir bagian bawahnya saat teringat bahwa kuburan lelaki itu juga tidak ada.

"Yaoloh. Cantik-cantik nongki di pinggir jalan," celetuk wanita berpakaian santai sambil memakan es krim yang dia beli di minimarket.

Mata Mizel teralihkan pada bunyi tas familiar di sebelahnya. Gadis itu menoleh lalu terkejut saat melihat tas miliknya yang sempat dibuang karena kesal setengah mati.

"Jingganjing?" tebak Mizel langsung bangkit berdiri dan menatapnya.

Jingga melotot lebar melihat kecoa bawah meja kasir bisnis loundry saudari kembarnya. Wanita itu terkekeh pelan.

"Lo kenal Devan?!"

"Anjink!" pekik Jingga kaget. "Lo pikir gue dukun tau siapa yang lo maksud?!" sewotnya.

"Cowok ini, lo kenal?" tanya Mizel sambil menunjukan kertas dengan lukisan wajah Devan yang dia minta seorang pelukis buat.

"YAOLOHH, INI! NGOMONG KEK!"

Mendengar itu, Mata Mizel berbinar. Seolah ada pelangi muncul di atas kepalanya.

"Ini mah jodoh gue! Ganteng amat!"

YOU AGAIN?!   [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang