26. Tangis Awan

99 40 18
                                    

𝐘𝐨𝐮 𝐀𝐠𝐚𝐢𝐧?! ◍ 26 | Tangis Awan

"Biarkanlah kali ini gue jadi pecundang, dengan menangis sambil bersembunyi dibalik tangis awan."

____________ __ _ _____ ___ __ _

"Jangan ngelakuin itu Zell, gue ga sanggup."

Mizel menghentikan langkah kakinya lalu mengangkat salah satu sudut bibirnya.

Wah, ternyata Devan pintar ber-akting. Harusnya cowok itu masuk saja ke dalam club drama sekolahnya.

Mizel memutuskan untuk mengacangi Devan dengan terus berjalan, namun niatnya gagal saat sesuatu mengenai kepalanya.

DUKKK!!

"SAKIT OGEB! GA USAH LEMPAR JUGA!' pekik Mizel sambil mengumpat lalu menatap layang ke arah Devan.

Sialan, Devan melemparinya dengan kaleng soda bekas. Mizel meraih kaleng yang tergeletak lalu meremasnya.

"Sumpah! Bukan gue!" sahut Devan.

"KALO BUKAN LO, SIAPA NYED?!"

"Aku!" sahut seseorang yang berdiri di antara mereka.

Mizel dan Devan kompak menoleh ke arah seorang anak kecil berjenis kelamin perempuan yang sedang berkacak pinggang, lengkap mengenakan jas hujan bewarna kuning.

"Siapa lo?!" tanya Mizel sedikit menghadang anak panah yang dibidik oleh awan.

"Bocah goceng?" tebak Devan.

"IH AKU PUNYA NAMA!"

"Bocah goceng?" gumam Mizel mencoba mengingat apa maksud julukan itu. Lalu langsung menghampiri gadis goceng itu saat ingat siapa dia.

"ANAK SIALAN YANG EMAKNYA PEN GUE SEKOKIN PASIR?!"

"IHH EMAK AKU GA SIALAN, KAKAK SIALAN!" balas anak itu ikut berteriak sambil menutup mata.

Mizel berjongkok, untuk menyesuaikan tingginya dengan anak itu lalu menepuk kepalanya.

"Duh, ceng, mending lo cepet balik dari pada diculik sama badut, mau?"

"IHHHH- hmptt!!"

Mizel membekap mulutnya sebelum sempat berbicara membuat Devan segera mendekat, sebelum Mizel benar-benar membunuh anak tak berdosa itu.

"IHH!" ucap Mizel men-copy nadanya, "Ga ada kata lain lagi apa selain 'IHH'?!"

"AKHH!" ringis Mizel saat telapak tangannya digigit.

Devan juga ikut berjongkok sambil memayungi keduanya. Kalau tadi Mizel menepuk kepalanya, kali ini Devan mengusap lembut kepalanya.

"Huu kakak ganteng, aku maunya sama kakak ganteng ajaa! Kakak sialan jahat!" rengek anak itu sambil bersembunyi di balik lengan kekar Devan.

"Sialan," umpat Mizel.

"Siapa nama kamu?" tanya Devan.

"Nama aku Gifani!"

"Gigi taring," ceplos Mizel.

"IHH!! Gifani namanya bukan gigi taring! Emangnya nama kakak siapa? Aku mau ganti juga!"

"Mizel Jessila!" jawab Mizel lantang.

"Izelia Jerasialan!"

Sontak dua remaja SMA itu melotot, entah mengapa, tapi nama itu rasanya tidak asing di kuping mereka.

YOU AGAIN?!   [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang