•°Shadow in Me;28°•

29 6 0
                                    

•°LavenderWriters Project°•

•°Shadow in Me © Kelompok 2°•

•°Part 28 By: gloriarafael°•

•°Rabu, 09 Desember 2020°•




💜Happy Reading💜

Primadona sekolah kebanggaan semua guru itu berjalan anggun menyusuri koridor sekolah. Semua mata tertuju padanya, pasalnya hari ini ia menebar senyum seakan mendeklarasikan sebuah kemenangan yang akan segera ia miliki.

Tetapi dari banyaknya pasang mata itu, ada beberapa pasang mata yang menatapnya risih.

"Coy! Itu si Tasya cangtip bener, ga lo pepet?" tanya Diki masih memperhatikan Tasya yang tengah tebar pesona.

"Cantik sih cantik, tapi sifatnya begitu. Genit-genit begini, gue juga pilih-pilih lah mau pepet cewek!" ujar Noval seraya mengelap rambutnya yang basah akibat berkeringat seusai bermain basket.

"Wah, gue kira mata lo udah buta cecan, Bro!" ujar Diki dramatis membuat Noval memukul kepala Diki dengan handuk bekas keringatnya.

"Iya, Bun. Iya Devan pulang sekarang oke? Oke, Assalamualaikum!" Devan bergabung bersama Noval dan Diki di pinggir lapangan.

"Eh, gue pulang duluan, ya?" izin Devan setelah memutuskan panggilannya dengan Maharani tadi.

"Iya, Van. Kita paham kok nasib jadi anak kesayangan bunda," ujar Noval meledek Devan.

"Sembarangan!" Devan memukul kepala Noval. "Tadi Rion gak sengaja rusakin mesin air tapi dia langsung cabut. Sekarang nyokap lagi sendiri di rumah, sementaranyokap ada rapat istri bos bentar lagi. Intinya gue harus cepet nyampe rumah buat benerin mesin air," jelas Devan seraya membereskan tas dan pakaian basketnya.

Noval dan Diki hanya ber–oh ria mendengar penjelasan Devan.

"Tolong bilangin Elanda kalau gue gabisa anterin dia pulang supaya dia bisa cari cara pulang lebih aman!" perintah Devan yang lagi-lagi hanya mendapatkan anggukan mantap dari Noval dan Diki.

••••

Elanda berdiri dengan wajah kusam di depan gerbang sekolah. Sekarang ia kebingungan harus pulang bagaimana pasalnya ia menolak ajakan semua orang untuk pulang dengan Devan, tetapi nyatanya sekarang tak ada Devan.

Noval dan Diki dengan tampang tak berdosanya hanya menyampaikan pesan dari Devan tanpa berpikiran sedikitpun untuk memberi tumpangan. Benar-benar teman laknat.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak dapat menerima panggilan. Silahkan–"

"Ya Tuhan! Kenapa pada serentak gini sih gak bisa jemputnya!" rengek Elanda karena ia tak dapat menghubungi satupun orang rumah.

"Eumm ... oke. Jemput saya sekarang, ya? Oke terimakasih."

Elanda menoleh saat wanita dengan suara lembut itu memutuskan teleponnya.

Baru saja melihat rambut wanita itu, Elanda langsung memalingkan muka malas. Ia adalah Tasya dengan gaya glamournya.

"Eh ... hai, Elanda!" sapa Tasya gemulai.

02;Shadow In Me✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang