9 : She Never Get It From Me

1.6K 236 13
                                    

Happy Reading!!

________________________

Dia hanya mencari perhatian hiraukan jangan tanggapi.

Setelah perdebatan panas didalam kelas yang membuat Winter merasa tidak fokus atas apa yang dilakukan Karina bahkan setiap dia menjawab pertanyaan yang diajukan oleh dosen Karina selalu menyangkalnya dengan jawaban yang tidak masuk akal. Winter benar-benar berharap kelas ini untuk segera berakhir.

"Oke class, sepertinya cukup sampai disini. Kita lanjutkan di pertemuan selanjutnya." setelah dosen mentup keals, Winter dengan segera pamit pada Giselle untuk pergi duluan. Dia ingin segera mendapatkan udara segar dan jauh dari jangkauan Karina dan tatapan tajam Yeji disana. Kelas saat in sungguh membuat emosinya meluap.

Winter keluar dari dalam gedung bahasa namun seseorang nampak mengikutinya. "Itu tadi menyenangkan" ucapnya yang secara tiba-tiba membuat Winter terkejut. Winter bersiap akan meninggalkan Karina disana namun nampaknya gadis itu terus mengikutinya. Winter membalikan badannya membuat Karina yang berada dibelakangnya menghentikan langkahnya.

"Menurutmu menyenangkan? Tidak. Itu sangat menyebalkan." ucap Winter. Karina tersenyum lebar namun wajahnya tetap datar.

"Aku menikmatinya" ucapnya. Winter memutar bola matanya jengah. "Dengar, apapun yang kau pikirkan. Ku mohon jangan. Tidak ada yang terjadi diantara kita. Mengerti? Aku punya pacar." ucap Winter dengan senyuman agar sedikit terlihat ramah. Karina mengenyitkan dahinya menatap bingung iris mata Winter.

" Kita?" Winter mengangguk kecil. "Ku pikir kita hanya membahas Pride and Prejudice." ucapnya yang sukses membuat wajah Winter memerah menahan kesal. Karina tersenyum kecil lalu meninggalkan Winter dengan rasa malu dan kesal terhadap Karina. Winter menatap punggung gadis itu menjauh darinya. Tak lama saat dirinya akan beranjak Giselle datang dengan wajah yang terlihat bingung menatap ke arah pandang Winter tadi.

"Hai.. Mau minum kopi bersama?" tanyanya masih sesekali melirik kearah pandang Winter, walaupun mereka sudah berjalan namun pandangan Winter masih menatap punggung Karina yang menghilang di ramainya mahasiswa yang keluar dari kelas.

"Bagaimana bisa seseorng berubah menjadi sangat arogan?" tanya Winter pada Giselle dengan nada sedikit ditekankan. "Elizabeth Bennett harus sedikit tenang. Siapa yang berkara seperti itu?" ucapnya mengebu-gebu. Giselle sadar gadis ini masih sedikit kesal dengan kejadian di dalam kelas dan dia mengerti mengapa Winter terus memandang Karina tadi.

"Itu hanya Karina yang melakukan sesuatu sesuai keinginnannya. Like Karina being Karina" ucap Giselle santai dengan berjalan di samping Winter.

"You know her?" tanya Winter dengan sedikit kesal. "Ya" ucap Giselle, "Kami secara tidak langsung saling berkaitan" lanjutnya lagi.

Winter memfokuskan diri pada ucapan Giselle, bagaimana bisa gadis di sampingnya ini mengetahui secara tidak langsung Karina. Winter menunggu kelanjutan dari Giselle dengan berhenti berjalan. "Ibuku berkencan dengan rektot Yoo, dan rektor Yoo adalah ayahnya Karina... Karina dan aku kami saling bertoleransi mengenai hal ini dan berinteraksi seperlunya." ucap Giselle diakhiri dengan senyum canggung.

"Ayahnya seorang rektor?" tanya Winter memastikan Giselle menganggung sambil menjawab 'Yeah'. Winter terdiam lalu kembali berjalan, pikirannya bercabang tidak menyangka bahwa seorang gadis urakan dan arogan seperti Karina merupakan anak rektor tempatnya menuntut ilmu. Giselle kembali mensejajarkan langkahnya dengan Winter.

AFTER : WINRINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang