E P I L O G

1.3K 82 6
                                    


>>Happy Reading<<

___________________________________________


1 bulan kemudian ....


Puluhan orang berpakaian serba hitam menghadiri acara pemakaman. Kesedihan paling mendalam di rasakan kerabat yang di tinggalkan. Gundukan tanah bersaksi bahwa manusia telah kembali menjadi tanah. Terpampang batu nisan di setiap gundukan.

Deras air mata mengaliri pipi. Menatap gundukan dengan sendu. Orang yang di cintai telah pergi untuk selama-lamanya.

Pemakaman semakin sepi. Orang-orang yang menghadiri pemakaman sudah pulang ke rumah masing-masing. Memberi setiap doa agar selalu kuat bagi yang di tinggalkan.

Terasa ada yang menyentuh pundak Alvin, cowok itu menoleh. Menatap sendu sang ayah kandung yang selama ini ia tak mengenali.

"Ikhlaskan. Dia sudah pergi dengan tenang," kata pria paruh baya yang tak lain adalah Mr. Joan—ayah kandung Alvin.

Melihat Alvin mengangguk, Mr. Joan tersenyum. Melangkahkan kakinya ke kedua gundukan tanah di sebelahnya. Terpampang nama Rey dan Tasya di batu nisan. Kakak beradik menangis sendu di tinggalkan orang yang paling mereka cintai.

Mr. Joan berjongkok di antara kakak beradik itu. Lalu berkata, "Jangan sedih. Orang tua kalian akhirnya bisa dimakamkan dengan layak. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Tuhan."


Ditemukan tulang belulang di kantor Graham. Perusahaan pemilik Aldo Alexander Graham. Di duga pelaku telah membunuh seseorang beberapa tahun lalu. Hasil otopsi dan penyelidikan, bahwa pelaku telah membunuh salah satu CEO pemilik perusahaan terbesar nomor dua di Indonesia, dan memiliki perusahaan di LA. Pelaku juga membunuh istrinya. Di duga karena korban memenangkan saham di LA, sehingga pelaku berniat merampasnya.

Berita dari TV membuat Mr. Joan terkejut. Ia berlari ke garasi tempat penyimpanan mobilnya. Baru sampai di pintu depan, ada anaknya di sana yang tengah memainkan ponsel.

"Vin, papa mau ke kantor Graham. Kamu jaga rumah, ya," ucap Mr. Joan yang tengah memakai sepatu.

"Rumah banyak bodyguard ngapain aku yang ikutan jaga?" Alvin balik bertanya.

"Mmm ... jaga-jaga aja sih, hehehe." Mr. Joan terkekeh. Benar juga, rumah sudah dipenuhi dengan bodyguard, untuk apa menyuruh Alvin menjaga rumah?

"Aku ikut, Pa. Katanya di sana ada mayat," ujar Alvin.

Mr. Joan terkejut. "Eh? Kamu tahu?"

Alvin memutar bola matanya. "Aku denger loh papa nonton TV volume kenceng gitu."

"Ngomong-ngomong, papa kenapa harus ke kantor itu? Emang papa kenal pemiliknya?" sambung Alvin bertanya. Padahal ia sudah tahu. Mungkin hilang ingatan lagi.

"Ya jelas kenal lah, Vin. Tapi papa ke sana bukan karena pemilik kantornya, itu karena ada mayat yang temukan. Dulu emang terjadi pembunuhan, dan mayatnya di sembunyikan," jelas Mr. Joan.

"Siapa, Pa korbannya?"

Wajah Mr. Joan seketika lesu. Hatinya terasa sakit jika menyebut nama si korban pembunuh itu. Tapi, Alvin juga perlu tahu mengenai hal ini.

The Devil Queen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang