13. TDQ (Mystery Glass Bottles)🔪

902 76 0
                                    


>>Happy Reading<<

___________________________________________




Kantor Graham

Brak

Pintu terbuka keras menampakkan seorang remaja dengan nafas yang memburu. Orang yang berada di dalam pun terkejut karena ulah remaja itu.

"Ada apa sih, Raff?" tanya pria berjas hitam sambil menutup laptopnya.

"Om Zico! Papa kapan pulang?" Bukannya menjawab, Raffi malah bertanya balik.

Pria yang dipanggil Zico mengernyit. "Setahu Om minggu depan."

Zico Fransiskus ialah orang kepercayaan Aldo Alexander Graham—Papa Raffi. Zico dipercayakan Aldo untuk mengurus perusahaannya di Indonesia. Sedangkan Aldo sendiri, berada di Amerika untuk mengurus perusahaannya yang tengah bermasalah. Zico juga dipercaya untuk menjaga anak Aldo, yaitu Raffi.

"Memangnya ada apa, Raffi?" tanya Zico.

Raffi menggeleng lirih. Tanpa menjawab, cowok itu berlari entah ke mana. Zico yang melihatnya geleng-geleng kepala.

"Ada apa dengan anak itu?" gumamnya kembali membuka laptop. Pasalnya ia sedang bekerja namun terganggu oleh Raffi.



"Yah ... Di kunci!" lirih Raffi saat ingin membuka sebuah ruangan. Cowok itu mengusap dagunya sembari berfikir. Sesaat setelah mendapat ide, Raffi menjentikkan jarinya. Lalu ia berlari.

Brak

Lagi. Pintu itu dibuka secara kasar. Menampakkan Raffi dengan wajah tanpa dosanya. Sedangkan si pemilik ruangan itu mengusap dadanya karena terkejut.

"Kamu ini kalau masuk ketuk dulu! Bikin kaget aja!"

Raffi terkekeh. "Maaf, Om Zico." Ia berjalan mendekat. Lalu duduk di sofa yang sudah tersedia di sana.

"Om, tahu kata sandi pintu ruangan Papa?"

Zico mengernyit. "Mau ngapain kamu ke ruangan papa kamu?"

"Ada deh," Raffi terkekeh melihat wajah kesal Zico. "Penting nih, Om. Apa kata sandinya?"

Zico menghembuskan nafasnya sembari memejamkan matanya. Apa ia harus memberitahu kata sandi ruangan itu tanpa perizinan Aldo?

"Raffi mohon, Om." Raffi memelaskan wajahnya. Ia sudah tahu pasti tidak diizinkan masuk ke ruangan itu. Namun ini sangat penting.

"Tanggal lahir kamu, Raff."

Mata Raffi berbinar. "Oke! Makasih, Om. Nanti aku bilang Papa buat kasih Om bonus."

Zico memutar bola matanya. "Terserah kamulah."

Setelah mengetahui kata sandi ruangan Aldo, Raffi segera ke sana untuk mengambil sesuatu. Sampailah Raffi di depan ruangan Aldo. Kemudian ia mencoba membuka ruangan itu dengan kata sandi yang sudah diberi tahu oleh Zico.

Klik

Suara pintu itu menandakan bahwa Raffi telah berhasil membuka pintu. Ia masuk dan mulai mencari sesuatu. Membuka setiap lemari yang ada di sana. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah tempat yang tak pernah dimasuki oleh siapapun.

Ceklek

Meneliti setiap inci ruangan, Raffi berdecak kagum dengan ruangan rahasia ini. Ia tak menyangka bahwa Aldo merahasiakan ruangan ini. Pandangannya kini tertuju pada sebuah foto. Raffi mendekati foto itu.

Saat melihat foto besar itu, Raffi mengernyit. Ia tak tahu siapa yang ada difoto itu. Pria berjas hitam yang tegas juga senyuman. Pria itu tampan.

"Buat apa Papa nyimpan foto orang di sini?" gumamnya.

Teringat akan tujuan, Raffi kembali mencari sesuatu tanpa membuang waktu. Pandangannya terus menelisik, sampai akhirnya ia berhenti di satu titik. Yaitu sebuah botol kaca berisikan secarik kertas. Raffi mengambil botol tersebut.

"Kenapa Papa nyimpen botol ini di sini?" gumamnya. Raffi memasukkan botol tersebut ke dalam tasnya. Ia bergegas keluar dari ruangan itu.

Setelah menemukan botol dari kantor sang papa, Raffi sudah berada di kamarnya. Ia terus melihat setiap inci botol kaca yang ia pegang. Terdapat sebuah tulisan Membunuh atau di bunuh?

Rasa penasaran yang sudah melanda, Raffi membuka penutup botol tersebut. Ia mengambil secarik kertas di dalamnya. Lalu membacanya dengan serius.

Aku telah kembali

Ku datang padamu

Ku temukan tempat persembunyian mu

Dan kini, kau tak bisa lari dariku

Kau menatapku dari balik jendela

Ku tatap erat wajahmu

Terukir senyuman membuatmu tak dapat berkutik

Akulah si gadis bertudung hitam

Membawa sebilah pisau untuk mengambil jantungmu

Tunggu giliranmu!

Tubuh Raffi menegang hebat saat selesai membaca isi surat itu. Bila di pikir-pikir, surat ini sama seperti surat yang meneror Arya.

"Gue gak bisa biarin ini!" gumamnya.

Kembali menatap surat itu. Dahinya mengkerut. "Kayaknya yang buat teror ini niat banget. Sampai segala di ketik."

Gimana gue bisa lacak kalau ini cuman lembaran fotocopy?

Menaruh botol itu di tempat yang aman, Raffi menghubungi Aldo—papa Raffi. Namun tak di angkat. Apa penerbangan Aldo belum mendarat.

Lalu ia menelepon Kevin.

"Vin! Cepet ke apartemen gue sekarang!"

"Gue lagi ngurusin kasus teror dulu!"

"Teror itu sama persis sama teror papa gue! Cepet lo ke sini!"

"Oke!"

Tut ... Tut

Raffi memasukkan ponselnya di saku celana. Pikirannya kini hanya pada keselamatan Aldo.

Sebenarnya ada apa ini?



___________________________________________

TBC

ALHAMDULILAH UP
JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT YA

The Devil Queen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang