26. TDQ (Four Evil Human Past and True Reality)🔪

875 68 1
                                    


>>Happy Reading<<

__________________________________________





Mobil Avanza berhenti tepat di rumah penyekapan empat remaja. Satria dan Viona masih tak menyadari bahwa Aldo sudah sadar. Dua remaja itu tampak lengah. Mereka turun dari mobil. Bercakap-cakap sebentar.

Kesempatan emas bagi Aldo. Ia membuka pintu mobil sangat pelan agar tidak ketahuan. Berhasil, Aldo akhirnya terlepas dari jeratan kedua remaja itu. Entah bodoh atau bagaimana, Aldo tidak pergi dari sana. Melainkan mengumpat di suatu tempat sembari memegang pistol yang sudah ia siapkan.

Saat Satria dan Viona hendak membawa Aldo, berapa terkejutnya mereka ternyata di dalam mobil sudah kosong. Tidak ada siapa-siapa di sana. Bagaimana Aldo bisa terlepas?

"Hei! Di mana pria sialan itu?!"

"Aku tidak tahu. Tadi dia ada di sini!" balas Satria.

"Aku tahu dia belum lari jauh dari sini. Lebih baik kita cari sebelum kita dibunuh oleh kakakku yang kurang ajar itu."

Mereka pun mencari di sekitaran rumah itu. Aldo sendiri sebenarnya mengumpat di bawah mobil. Serasa sudah aman, ia keluar. Untuk berjaga-jaga, ia memegang pistol lalu berjalan masuk ke rumah itu.

Aldo menyeringai puas setelah berhasil masuk ke dalam rumah ini diam-diam. "Rey, anakmu akan aku habisi hari ini. Mereka akan menyusulmu ke alam baka!" gumamnya sendiri.

Berjalan semakin masuk, Aldo dapat melihat pintu lain. Ia mendekati pintu itu. Terkunci. Sepertinya pintu ini tak di buat dengan knop, melainkan pintu otomatis yang harus menekan tombol. Ia mencari tombol di sana. Ketemu! Ia tekan tombol itu lalu terbukalah pintu dan menampilkan ruangan.

Sedangkan yang ada di dalam ruangan itu pun terkejut dengan kedatangan Aldo. Pria itu menatap satu persatu remaja yang ada di sana. Pandangannya kini tertuju pada Viola.

"Ou ... jadi, kau salah satu anak Rey." Pria itu berjalan mendekati, namun Viola mundur. "Ku kira kau dan adikmu sudah mati. Ternyata masih hidup."

"Apa yang kau lakukan pada adikku?" desis Viola menatap tajam Aldo.

"Seharusnya aku yang bertanya, apa yang adikmu lakukan padaku? Membiusku hingga tertidur? Itu tidak mempan untukku!"

Aldo menatap ke empat remaja yang terikat itu. "Cih! Kau mengikat mereka sedangkan mereka tak melakukan kesalahan apapun!"

"Diam kau!" bentak Viola.

"Apa? Sepuluh tahun kau mencari ku, 'kan? Kau mau membunuh ku? Silahkan saja." Ucapan Aldo menantang tanpa rasa takut. Tentu saja karena dia membawa senjata api.

Ingin membunuhnya namun bimbang. Bukan Aldo yang akan mati, melainkan Viola yang mati duluan karena tertembak oleh senjata api itu. Ia juga harus berhati-hati. Salah langkah nyawanya menjadi taruhan.

Melihat Viola yang diam, Aldo tertawa jahat. "Kenapa kau diam? Kau takut dengan senjata api ini?"

"Ah, kau lama sekali. Kalau kau tidak mau membunuhku, ya sudah." Langkahnya mendekati Raffi. "Lepaskan anakku!"

"Kau bisa melepaskannya sendiri, bodoh! Itu hanya diikat dengan tali!" kata Viola.

"Ah iya. Benar juga." Aldo menatap Raffi. "Kamu gak papa, 'kan?"

Menatap tajam Aldo, Raffi enggan menjawab Aldo. Sudah cukup ia dikecewakan. Malaikat pelindungnya ternyata adalah malaikat pencabut nyawa.

"Pergi aja dari sini kalau papa gak mau mati!" Raffi menekan kata-katanya pada Aldo.

The Devil Queen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang