Bolehkah?

1.5K 229 73
                                    

Cerita ini berhubungan dengan chapter 'Benang Merah'.

***

Bakugou dan Todoroki melanjutkan tugas mereka di rumah Bakugou. Karena dikumpulkan besok. Lebih cepat dikerjakan lebih bagus. Berarti tidak akan jadi beban pikiran lagi bagi mereka.

Todoroki berjalan beriringan dengan Bakugou. Sebenarnya Bakugou tidak mau. Sudah berulang kali Bakugou menyuruh Todoroki untuk berjalan di belakangnya tapi pemuda itu tidak mengindahkan kata-kata Bakugou.

"Bakugou apa kau percaya dengan mitos itu?" Todoroki membuka suara.

Bakugou menatap malas pemuda di sampingnya melalui ekor mata. Kedua tangan ia masukkan dalam saku celana.

"Tidak tahu. Jika tidak terbukti padaku maka aku tidak akan percaya." Jawab Bakugou sambil memandang lurus kedepan.

"Ayo kita buktikan sekarang."

Beberapa detik Bakugou berhenti. Todoroki juga ikut berhenti.

"URUSAI." Lalu pemuda itu berjalan mendahului Todoroki. Wajahnya sedikit bersemu merah.

Todoroki berhasil menyamakan langkah kakinya dengan Bakugou. "Kau tahu Bakugou?" Bakugou tidak membalas.

"Sepertinya kau itu orangnya emosian dan mudah marah. Sama sekali bukan tipe pasangan yang aku cari. Aku ingin pasangan yang dapat menghadapi sesuatu dengan tenang." Oceh Todoroki yang membuat Bakugou kesal.

"Kalau begitu cari sana! Aku bukan tempat curhatmu." Bentak Bakugou. Dan berjalan lagi mendahului Todoroki.

"Itu kan yang aku inginkan." Todoroki memandang benang merah yang terikat di jari kelingking mereka berdua.

"Kalau jodohku ada didepan mata untuk apa lagi aku mencarinya?"

Semburat merah muncul kembali. "TERSERAH!"

Kedatangan Todoroki disambut hangat oleh kedua orang tua Bakugou. Ibu Bakugou menyediakan banyak cemilan untuk mereka. Bakugou dan Todoroki mengerjakan tugasnya dalam diam di ruang tamu milik keluarga Bakugou.

Ibu Bakugou yang baru saja selesai memasak menawarkan Todoroki untuk makan malam di rumahnya. Tentu saja Todoroki menerima tawaran itu. Siapa sih yang mau menolak makanan gratis? Jangankan Todoroki, kalian yang baca bahkan saya sendiri pasti tidak akan menolak kalau ditawari. Ya kan?

Mereka makan dengan tenang. Sangat tenang sampai Todoroki mengatakan sesuatu yang membuat Bakugou tersedak makanannya sendiri.

"Bibi dan paman." Kedua orang tua Bakugou menoleh pada Todoroki.

"Ketika saya sudah sukses nanti, bolehkah saya menikahi Bakugou?"

"Uhuk. Uhuk."

Bakugou meraih gelas air disamping piringnya. Meminum air itu dengan rakus. Kemudian meletakkan gelas itu dengan hentakan.

"OI!" Bakugou malu sekaligus kesal. Todoroki begitu nekat mengatakannya.

Kedua orang tua Bakugou hanya tertawa mendengar pertanyaan Todoroki tadi. "Todoroki-kun, ternyata kau anak yang menarik ya." Ucap ibu Bakugou dengan senyuman. Todoroki menatap wanita cantik di hadapannya.

Kata-kata selanjutnya yang keluar dari mulut ibunya sendiri malah membuat Bakugou semakin malu.

"Tentu saja boleh."

"HEI!"

"Yatta."

"Ahahaha."

"Berhenti tertawa pak tua!"

***

Gak kerasa ya besok sudah tahun baru. Cepat sekali berlalu tahun ini.

Hm, karena banyak yang minta Chapter Benang Merah dilanjutkan. Nih Nana kasih. Hutang Nana lunas ya. Wkwk.

Ah, cerita ini udah 10 ribu pembaca aja rupanya. Uhh, Nana senang banget. Gak nyangka bakal banyak yang baca. Terimakasih buat semuanya yang udah mau membaca dan memberikan vote terlebih lagi yang komen cerita Nana ini walau ada kesamaan alur. Nana mengucapkan ribuan terimakasih.

MirayukiNana

Kamis, 31 Desember 2020.

TodoBaku Drabbles [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang