Kelas 1-A menjadi ribut ketika berita jadiannya Midoriya Izuku dan Uraraka Ochaco tersebar. Hampir semua orang berusaha menggoda dan menanyai mereka seperti sedang melakukan wawancara.
Wajah-wajah itu berbunga dengan kabar gembira yang seperti ini. Hampir semuanya terkecuali satu orang tidak termasuk Bakugou. Wajah yang seharusnya ikut bahagia tapi malah ekspresi sendu yang terpasang.
Bakugou melihat ke belakang. Wajah sedih Todoroki membuatnya tidak tahan untuk tidak menghampiri si surai dwi warna. Dengan tampang garang seperti biasanya Bakugou menggebrak meja Todoroki.
Braakk.
Suara gebrakan itu memindahkan atensi orang-orang sekelas. Bakugou tidak peduli karena setelahnya mereka kembali lanjut mewawancarai dua sejoli yang baru saja merajut hubungan sebagai sepasang kekasih. Cih, apakah tidak ada satupun dari mereka yang sadar?
"Ada apa dengan ekspresimu itu?" Tanya Bakugou. Todoroki mengerjapkan mata saat Bakugou dengan sesuka hati duduk di atas mejanya.
"Apa?" Todoroki balik bertanya.
"Wajahmu terlihat sedih." Ujar Bakugou. "Apa kau tidak senang?"
Todoroki terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Jika dibilang tidak senang, tentu saja itu benar. Tapi tidak mungkin Todoroki mengatakannya dan menghancurkan momen bahagia mereka.
Bakugou memperhatikan Todoroki yang menunduk diam. Sudah lama ia mengetahui hal ini namun tidak pernah sekalipun Bakugou mencoba untuk bertanya.
"Apa kau ada masalah dengan Deku?" Dan pada akhirnya, Bakugou tidak menanyakan hal itu.
Todoroki menggeleng sebagai jawaban. Bakugou menghela nafas. Dinaikkannya satu kaki pada tepian meja Todoroki. Kemudian melihat langit-langit kelas.
"Lalu kenapa ekspresimu seperti orang yang ingin menangis?"
Tentunya Todoroki terkejut. "Benarkah?"
"Iya."
Seharusnya Bakugou tidak melakukan ini. Tapi hatinya tidak menginginkan ekspresi yang seperti itu dari Todoroki.
"Jika memang kau ada masalah, bicarakan baik-baik dengannya. Kalian teman, kan?" Bakugou menatap manik mata Todoroki. Berusaha menyampaikan maksud dari perbuatannya walau ia sendiri ragu akan tersampaikan.
"Laki-laki itu harus bisa menghadapi masalah. Dan ingat ini! Sebagai seorang lelaki, kau tidak boleh menangis sebesar apapun masalahmu!"
Entah kenapa Todoroki merasa terbantu dengan perkataan Bakugou. Todoroki pun tersenyum sebagai bentuk rasa terimakasihnya.
Bakugou tersentak ketika melihat senyuman Todoroki. Ah, menghibur pemuda yang satu ini bukanlah suatu hal yang bagus untuk diri Bakugou sendiri. Nyatanya, ada rasa sesak yang menjalar didada saat Bakugou tahu kalau Todoroki tidak akan pernah mengerti maksud sebenarnya dari apa yang Bakugou lakukan.
Bakugou hanya ingin menghibur Todoroki. Namun tidak sebatas pada kata 'hanya'.
***
Halo, dengan Mirayuki Nana disini.Nana minta maaf kalau ada beberapa dari cerita Nana yang mirip dengan cerita dari author lain. Nana serius tidak ada niat untuk menyalin atau apalah itu. Ide cerita yang Nana dapatkan biasanya datang saat Nana melihat gambar di aplikasi Pinterest. Dan juga kadang saat Nana mendengar lagu yang melow. Jadi, Nana minta maaf yang sebesar-besarnya pada kalian, ya.
Mungkin ini mengecewakan tapi Nana sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat cerita Drabbles ini. Karena memikirkan ide cerita yang berbeda disetiap chapternya itu lumayan sulit buat Nana. Soalnya Nana baru pertama kali membuatnya cerita yang seperti ini. Ditambah lagi Nana harus memperhatikan keefektifan kalimat yang digunakan juga tata bahasa Indonesianya. Tapi Nana akui ini sangat menyenangkan bagi Nana.
Baiklah, terimakasih atas perhatiannya.
Sabtu, 31 Oktober 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
TodoBaku Drabbles [✓]
Fanfictie[END] 'Aku dan Kau adalah Kita.' Hanya cerita singkat Todoroki Shoto bersama Bakugou Katsuki.