Paham (5)

1.1K 213 18
                                    

Aku tidak pernah sekalipun berpikir kalau aku akan kalah, dalam hal apapun itu. Terutama saat melawan Deku. Bahkan aku tidak sudi untuk memikirkan kekalahan. Tapi saat pertama kali aku melihat kekuatan Todoroki, itulah pertama kalinya aku berpikir, jika aku bertarung dengannya maka aku pasti akan kalah.

Aku mengakui Todoroki adalah orang yang hebat dan berbakat untuk murid SMA seumuranku. Meski aku tidak mau mengakuinya secara langsung, namun kenyataannya memang seperti itu.

Sejak saat itu aku mulai menyukai Todoroki. Dialah orang pertama yang membuatku berpikir kalau aku tidak akan menang melawan kekuatannya.

Sampai saat festival olahraga ketika Todoroki melawan Deku, dia menggunakan kekuatan disisi kirinya. Kekuatan api yang diwariskan dari ayah Todoroki.

Sebelum mereka bertarung aku sempat menguping pembicaraan mereka. Ketika aku mendengar tentang kondisi Todoroki yang sebenarnya aku berpikir, anak itu terlahir sempurna. Dia merupakan anak dari pahlawan nomor 2. Mempunyai dua kekuatan, es dan api. Belum lagi rupanya yang datar tapi menawan. Namun sayang, keluarga Todoroki bisa dibilang tidak harmonis.

Mengetahui fakta bahwa Deku membantu Todoroki untuk menerima kekuatan dari ayahnya membuatku kesal. Aku sangat ingin sekali melawan Todoroki dengan kekuatan penuhnya seperti saat dia melawan Deku. Tetapi apa yang aku dapatkan? Ditengah pertarungan Todoroki memadamkan apinya.

"Apa kau bercanda? Kenapa kau memadamkan apimu sialan?!" Aku menarik kerah bajunya.

"Aku tidak mau menang dengan cara yang seperti ini!"

Bagiku itu merupakan penghinaan. Todoroki ragu menggunakan apinya kemudian kalah begitu saja dan tidak sadarkan diri karena serangan besarku. Lalu untuk apa aku memenangkan pertandingannya? Aku tidak pernah menginginkan kemenangan yang seperti itu.

Karena kejadian tersebut aku jadi tidak suka berbicara dengan Todoroki. Rasa kesalku masih membuncah bahkan hingga saat ini. Tapi entah kenapa mataku tidak mau berpaling darinya. Rasanya aku ingin terus memperhatikan Todoroki setiap saat.

Semakin aku sering memperhatikan Todoroki, aku mengetahui satu hal. Sorot matanya pada Deku tidaklah biasa. Sorot mata heterochrom itu penuh dengan ketertarikan dan antusias. Persis seperti sorot mataku padanya.

Aku mulai paham. Todoroki menyukai Deku. Sama seperti aku yang menyukai Todoroki.

"Sial." Aku bergumam saat melihat Todoroki memperhatikan Deku yang sedang mengoceh.

Kenapa malah begini?

***
Selamat Hari Pahlawan.

MirayukiNana

Rabu, 10 November 2020.

TodoBaku Drabbles [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang