Part 24

204 47 8
                                    

Pagi ini matahari tampak malu-malu untuk menunjukkan eksistensinya kepada makhluk bumi. Awan yang menggumpal diatas, membuat sinar surya itu terhalang olehnya. Tetapi sepertinya hari ini tidak akan hujan seperti hari-hari kemarin yang selalu dirundung air bening dari sang awan hitam. Gumpalan kapas itu sepertinya sedang berbaik hati untuk menampilkan cerahnya dengan berwarna putih.

Seperti hal nya gadis mungil yang memasuki gerbang sekolahnya. Ia tersenyum ceria kepada siapapun yang mengenalnya, terkadang menyapa orang-orang yang menyapanya. Tetapi tanpa sangka, hatinya mendung menggantikan awan hitam di atas kepalanya. Meskipun hanya sebagian.

Wenda, gadis mungil itu terus menerus tersenyum untuk meluapkan rasa sakit hati di dadanya. Semenjak kejadian itu, Wenda selalu membuat topeng kepada siapapun untuk menutupi luka robek dalam rongga dadanya. Sebenarnya ia tidak suka seperti ini tetapi demi orang sekitarnya, ia rela harus memakai topeng cerahnya tersebut.

Mengeratkan pegangannya pada tali tasnya sesekali menghirup udara dan menghembuskannya berat dan kasar. Sesekali menunduk untuk menetralkan detak jantungnya agar terlihat biasa-biasa saja. "You can do it, wen. You strong girl, okey? Fighting!" semangatnya. Ia pun kembali melangkahkan kakinya dengan senyum cerahnya.

Sesampainya di koridor, tanpa ia ketahui ternyata satu orang lelaki menunggunya disana dengan sekotak cokelat. Terlihat dari wajahnya yang gelisah memikirkan sesuatu. Ketika netranya bertabrakan dengan si gadis mungil, ia langsung berdiri dan menghampiri gadis itu.

Wenda yang melihat lelaki itu, hanya memasang wajah biasa saja. Seakan tidak terjadi apa-apa. Padahal jantungnya bergemuruh menahan debaran yang menyakitkan itu. Tetapi apa yang ia harus perbuat? Memaki lelaki itu? Itu tidak mungkin. Karena yang pria itu tau hanya dirinya yang bersikap manis dan ceria bukan manusia yang suka memaki orang-orang kecuali adiknya. Lagi pula, Cakra sedari dulu tidak tau mengenai perasaan Cinta Wenda kan. Jadi, tidak ada alasan untuk memaki pria yang sudah ada dihadapannya ini.

"Wen" panggilnya sesekali mengigit dalam bibir bawahnya. Wenda mendongak dan tersenyum manis. "Napa lo disini?" tanyanya dengan santai. Sepertinya ia harus ikut Senja untuk bergabung di team teater. Cakra yang melihat raut dan perkataan Wenda hanya melongo tidak percaya.

Apakah gadis ini tidak marah akan janjinya yang telah ia ingkari? Apakah ia tidak merasa kecewa?, tanyanya dalam fikirannya.

"L-lo gak marah sama gue?" tanyanya bingung. Wenda menaikkan satu alisnya dan tertawa hambar. "Marah? Buat apaan anjir. Ada-ada aja lo" ujarnya berdecih.

"Ya, gue kan ingkar janji lagi sama lo. Udah ketiga kalinya kita batal jalan. Maaf" ucapnya sedikit ada rasa menyesal. Wenda tersenyum miris tetapi langsung tergantikan dengan senyum lembutnya seraya menepuk pundak pria jangkung berstatus sahabatnya itu.

"Gue gak pernah marah sama lo. Mungkin kecewa ada tapi gue gak berhak marah sama lo kan? Lagian yang lo lakuin itu lebih urgent and maybe lebih penting dibanding jalan sama gue kan? Pergi sama gue bisa kapan pun kok. Santai aja kali, gak usah merasa bersalah gitu" ujarnya. Cakra tersenyum kecil mendengarnya, gadis itu memang memiliki hati seperti malaikat. Dan tetap menjadi malaikat kecilnya sampai kapanpun. Wenda, gadis yang tak pernah menunjukkan rasa marahnya dan selalu menunjukkan rasa cerianya di sekitarnya. Dan itu membuat Cakra sedikit terpana dengan kebaikan hati Wenda. Tapi sayang, ia hanya menganggapnya sebagai adik bukan orang spesial.

"Udah kan minta maafnya? Gue mau masuk dulu. Ada pr yang belum gue kerjain. Mau nyontek dulu ke Safira, bye" pamitnya melanjutkan perjalanannya menuju kelas tetapi sebelum beranjak pergi Cakra menahan pergelangan tangan gadis mungil itu. "Apa lagi?"

Cakra menaruh kotak cokelat itu di tangan Wenda. Kotak yang dihiasi pita merah di atasnya, begitu cantik. Wenda menoleh ke arah Cakra dengan bingung. Maksudnya apa?

GHOST OF YOU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang