Part 30

218 45 12
                                    

Semenjak acara itu diselenggarakan, Wenda dan Enggar malah terlihat semakin dekat. Apalagi tak jarang mereka berdua akan selalu terlihat berangkat dan pulang bersama. Akhir-akhir ini pun Wenda merasa seperti tergantung pada pria yang sudah bersamanya pada masa-masa tersulitnya meskipun baru beberapa bulan ia mengenalnya. Tapi cukup bagi Wenda untuk ketergantungan dan juga mempercayai pria ini.

Hari ini, tepat malam ini. Enggar mengajak Wenda untuk menonton Music Festival di daerah Senayan. Wenda yang menyukai musik pun menyagupi saja ajakan si pria tampan tersebut. Sudah lama ia tidak melihat festival music tersebut semenjak Cakra terlihat sibuk dengan dunianya.

Sebelum Wenda menyadari ia mempunyai perasaan kepadanya, Cakra memang sulit di ajak keluar. Ia selalu beralasan bahwa ada urusan sangat penting entah itu dari keluarga atau pun ekstrakulikulernya, basket.
Wenda yang memahami kesibukan pria itu hanya memaklumi saja. Toh, Cakra memang pria yang aktif di organisasinya dan selalu diminta untuk menjadi pelatih di ekstrakurikulernya.

Wenda sudah rapih dengan pakaian casualnya, seperti biasa. Ia tidak mau terlihat menor dan rumit pada kencan pertamanya, kencan? Oh sungguh otak Wenda sudah rusak sepertinya. Mengharapkan ini adalah kencan. Setelah semuanya siap, Wenda bergegas kebawah untuk menunggu Enggar. Lebih baik ia menunggu pria itu dibawah, supaya tinggal pergi saja tanpa harus menunggu lebih lama lagi.

Wenda sambil menunggu, ia memainkan ponselnya. Mengecek satu persatu sosial medianya dan tak lupa meng-update satu foto di salah satu sosial medianya. Wenda tersenyum kecil ketika melihat beberapa komentar yang didapatkan dari teman-temannya. Entah komentar pertanyaan seputar ingin pergi kemana, atau komentar pujian maupun jenaka dari sobat karibnya.

Untuk para penghuni rumah, mereka memiliki jadwal masing-masing kebetulan sekali hari ini adalah malam minggu. Sang ibu pergi arisan entah arisan dirumah siapa, untuk adiknya Jepri, ia sedang berkumpul di rumah salah satu temannya yang bernama Marco, dan Mahmud, ia berkencan dengan kekasihnya karena memang sudah menjadi rutinitasnya jika malam minggu hari kencan mereka. Tinggalah ia sendiri yang menunggu untuk pergi keluar juga.

Kriet..

Wenda menoleh dengan senyum lebarnya tetapi tak lama senyum itu menurun ketika melihat siapa yang datang. Cakra tersenyum kecil seraya mendekati gadis itu.

"Mau pergi?" tanyanya ketika sudah ada di hadapan si mungil. Wenda mengangguk sebagai jawaban. Cakra tersenyum maklum ketika hanya mendapati anggukan dari gadis mungil itu.

"Sama siapa? Kayaknya seneng banget ya mau keluar" ujar Cakra dengan duduk di samping Wenda. "Sama Enggar. Lumayanlah bisa ngisi waktu bosen gue dirumah sendiri, mumpung dia ngasih tiket konser music fest di Senayan. Rejeki mana bida ditolak" seraya menutup layar ponselnya dan menatap Cakra dengan senyum manisnya.

Cakra sedikit mencengkram tangannya sendiri untuk menahan desiran tak enak dalam dirinya ketika mendengar nama Enggar disebutkan dari mulut sang gadis mungil. Apakah ia cemburu? Pantaskah ia cemburu ketika ia memiliki seseorang?

"Oh. Syukur deh kalo lo gak sendirian di rumah" ujarnya sedikit menahan cemburu. "Hmm. Lo kesini ada urusan apa?" tanya Wenda sedikit penasaran. Pasalnya, ia tidak mengirimkan pesan atau apapun kepada Cakra tetapi pria ini secara tiba-tiba menghampiri rumahnya.

"Enggak. Tadinya gue mau ngajak lo pergi ke taman komplek tapi lo nya udah ada janji duluan" Wenda hanya ber-oh ria. "Kenapa gak ngajak Arin? Dia kan pacar lo. Mumpung malem minggu loh, gudangnya orang pacaran" ujarnya sedikit menekankan kata 'pacar lo' di kalimatnya. Cakra tersenyum kecut.

"Dia lagi ada acara keluarga. Katanya sih makan malem keluarga gitu sama kolega papanya" ujarnya. Wenda mengangguk dan sedikit tersenyum kecil. Pelampiasan kesepian ternyata, pikirnya.

GHOST OF YOU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang