Wenda menggeliat ketika cahaya sang Surya menembus gordain berwarna biru langit tersebut. Ia membuka matanya perlahan seraya membersihkan area mata yang terdapat kotoran itu. Wenda melihat sekelilingnya dan ternyata ia berada di kamarnya, dengan masih memakai gaun yang ia kenakan di acar ulang tahun Arina. Mungkin make up yang ia kenakan tadi malam pun masih bersemayam di wajahnya mengingat bahwa beberapa make up mempunyai ingredients water proof.
Wenda menyibak selimutnya dan berjalan menuju kamar mandi. Rasanya tak nyaman ketika memakai gaun saat tidur. Mungkin saking lelahnya Wenda, ia tidak sempat membuka mata untuk membersihkan dirinya. Di dalam kamar mandi, Wenda merenung sambil berendam di bathup miliknya.
Apa benar Cakra yang menggendongnya hingga ke kamar? Tapi mengingat dirumahnya ada sepupu setan nya, mungkin saja Hareska yang menggendongnya. Entahlah, Wenda tidak begitu memperdulikannya. Untuk saat ini Wenda ingin merilekskan dirinya di dalam bathup berisikan air hangat bercampur bath bomb berwangi Lavender serta alunan lagu klasik yang ia putar saat memasuki kamar mandinya. Sangat menenangkan pikiran, batinnya.
Tok tok tok..
"Wenda lo di dalem?" tanya seseorang di luar kamar mandinya. Siapa lagi pemilik suara sedikit cempreng itu kalau bukam sepupunya.
"Iye. Ngapa, res?!" jawab Wenda sedikit berteriak.
"Oh kaga. Disuruh sarapan sama tante, jangan lama-lama yak! Udah pada nungguin tuh!" ujar Hareska dan tak melenggang pergi. Wenda menghembuskan nafas panjang, mungkin 10 menit lagi ia akan mengakhiri berendamnya.
Setelah asik dengan rendam berendam itu, Wenda turun kebawah menuju meja makan dan terlihat keluarganya beserta satu sepupunya. Mengingat hari ini adalah hari minggu, sedikit merasa sedikit lebih santai. Wenda mendudukkan dirinya di sebelah Jepri, setelah menyapa selamat pagi untuk keluarganya. Dan di balas dengan berbagai macam balasan. Wenda sedikit tak peduli dengan balasan itu, yang terpenting ia ingin makan karena perutnya sudah meronta minta diisi.
Sang ibu, langsung menuangkan nasi ke piring ke keluarganya serta lauk pauk yang ia buat tadi. Acara makan pun, cukup hening dan tenang. Hanya ada perpaduan piring dan sendok, tak ada adu mulut seperti biasanya. Wenda terlalu lelah untuk meladeni sang adik dan juga sang sepupu karena ada sang ayah. Semenjak beliau berkata yang membuat Wenda sakit hati, ia enggan untuk berinteraksi lebih apalagi sampai membuat keributan di rumahnya. Wenda lebih baik banyak diam.
Hareska yang mengetahui Wenda hanya diam, hanya melirik gadis itu sekilas dan tak lama matanya langsung ke arah Mahmud di depannya minta penjelasan ada apa dengan Wenda? Mahmud yang mengerti bahasa mata itu, hanya mengedikkan bahunya tak mengerti. Hareska hanya mengangguk mengerti.
"Wenda udah selesai. Oiya, hari ini aku mau keluar sama Safira. Mau beli buku USBN di gramedia" ujar Wenda sambil menatap kedua orang tuanya bergantian. Sang ibu melirik sang ayah yang asik makan tanpa memperdulikan pernyataan sang anak. Ibunya merasa iba dan langsung menyenggol sang suami agar memerhatikan Wenda berbicara.
Sang suami langsung menatap sang istri bingung. ada apa? Tapi bukannya menjawab istrinya malah melototinya dan melirik Wenda. Paham akan kode itu, Sang ayah langsung berdehem dan mengangguk. "Iya, pergi aja. Papa izinin. Tapi jangan lupa pulangnya jangan malem-malem dan satu pesan Papa beli satu buku tentang kedokteran biar kamu lebih paham tentang dunia kedokteran" ujarnya.
Wenda tersenyum miris dan mengangguk menanggapinya. Aura di meja makan itu sedikit mencekam dan tegang akibat tatapan dingin Wenda dan acuh tak acuh dari sang ayah. Sungguh tak nyaman. Wenda pergi dari meja makan dan menuju halaman belakang rumahnya. Ia perlu menjernihkan pikirannya dengan melihat hamparan bunga Mawar disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
GHOST OF YOU ✔
Fanfiction"Gue ngerasa lo layaknya seorang hantu, cuman bisa dirasakan keberadaannya tapi mustahil gue gapai -Wenda" Cinta memang gak bisa memihak dari mana berasal. Termasuk Wenda. Tanpa disadari, Wenda menyukai sahabat sejak kecil. Tapi perasaannya tidak ak...