Part 19

172 48 6
                                    

Semenjak kejadian beberapa hari lalu, Wenda dan Enggar terlihat semakin dekat. Mereka terkadang terlihat jalan berdua menuju perpustakaan atau sekedar mengobrol di dekat lapangan. Entahlah apa yang mereka bicarakan tetapi itu menghantarkan Wenda pada rasa sakit yang ia rasakan juga rasa nyaman yang menyelimuti dirinya. Wenda pun baru tau bahwa Enggar adalah anak yang pendiam dan tidak suka bergaul.  Di sekolahnya dulu pun, ia jarang mengobrol dengan teman sekelasnya. Teman sebangkunya pun jarang di ajak ngobrol olehnya. Terkadang teman kelasnya malas untuk mengajaknya mengobrol karena Enggar akan menjawabnya dengan singkat, padat, dan jelas. Padahal mereka niatnya untuk berteman tetapi karena sifat pendiam, cuek, dan tidak suka bergaul membuat Enggar menjadi anak yang penyendiri. Terkadang ada positifnya tetapi kebanyakan negatif, apalagi ketika membentuk kelompok. Pasti semua murid merasa keberatan akan Enggar di dalamnya. Meskipun anak itu pintar dan juga cerdas dalam bidang apapun. Soal wanita, meskipun pendiam dan terkesan cuek, Enggar banyak di kagumi oleh para wanita. Mungkin dari adik kelas sampai kakak kelasnya. Tapi semenjak rumor yang beredar tentang dirinya sayangnya tidak ada yang berani dekat dengan si tampan setelah itu. Dan itu membuat tanda tanya besar di otak Wenda. Dia sangat penasaran sesuatu hal apa yang membuat dirinya di beritakan dengan rumor tersebut? Apakah itu sesuatu yang membuatnya pindah ke sekolah ini? Sungguh Wenda penasaran.

"Wen" panggil Safira di sela-sela mereka menulis rangkuman. Wenda hanya berdehem untuk menyautinya.

"Gue liat-liat lo makin hari makin deket aja sama tuh cogan ipa 4" ujarnya. Wenda memberhentikan nulisnya sejenak mencerna perkataan sahabatnya. Cogan ipa 4? Siapa?

"Siapa dah?" tanyanya bingung. Safira hanya berdecak, temannya yang satu ini memang sedikit menyebalkan jika sudah urusan Cinta. "Siapa lagi kalo bukan Enggar bego. Duh pura-pura kaga tau lagi" sebal Safira. Wenda hanya beroh-ria dan kembali menulis.

"Abisnya lo manggilnya cogan ipa 4. Ya, mana gue tau lo nyebutnya gituan. Lagian ipa 4 tempatnya bibit unggul kalo lo mau tau" ujar Wenda. Safira hanya bergumam meng-iyakan saja agar cepat selesai. "Kenapa lo tanya dia?" tanya Wenda dengan tetap menulis kalimat terakhir dari rangkumannya. Selesai, ia pun berdiri dan mengumpulkan di depan kelas untuk di beri nilai oleh pak Chris, guru sejarah Indonesia.

"Ya aneh aja sih. Gue liat-liat lo deket banget sama dia akhir-akhir ini, padahal keknya dulu lo gak sedeket ini deh. Ada sesuatu yang buat lo deket sama dia, sampe nempel gitu? Apa-apa kalau ke perpus juga berduaan mulu nih kalo gue gak bisa nemenin. Dan kata anak basket atau gak futsal, mereka juga ngeliat lo berduaan sama si Enggar di deket lapangan ngobrol sambil makan cemilan atau es krim di tangan lo. Ada apa sih kalian berdua tuh?" tanya Safira penasaran ketika Wenda sudah duduk di bangkunya kembali. "Tuntasin dulu tuh rangkuman nanti gue ceritain kenapa gue bisa deket sama dia" ujar Wenda. Safira mengangguk setuju dan kembali menyelesaikan rangkumannya.

Selesai, Safira kembali ke mejanya hanya mengambil ponsel dan beberapa uang di dalam dompetnya. Kebetulan pelajaran sejarah berada di jam terakhir menuju istirahat, jadi yang sudah selesai merangkum boleh beristirahat terlebih dahulu. Wenda sudah duluan keluar kelas, dia lebih suka keluar kelas dari pada duduk manis di kelas. Suntuk aja gitu di dalam kelas, mana gak ada yang bisa diliat a.k.a cogan. Meskipun temen sekelasnya ada beberapa yang tampan tetapi tidak ada yang bisa mengalahkan ketampanan di kelas Ipa 4 dan Ips 1. Kelas Enggar dan juga Cakra. Dan kebetulan kedua kelas itu, terdapat dua laki-laki yang dekat dengan Wenda tetapi memiliki perasaan yang berbanding terbalik.

"Lama banget lo" kesal Wenda yang sudah suntuk di depan kelas. Pasalnya hanya dia yang di depan kelas, meskipun ada beberapa adik kelas maupun kakak kelas yang berada di koridor sekolah tetapi Wenda tidak kenal mereka dan berakhir tidak ada yang di ajak berbicara olehnya. "Sabar napah. Kaga tau aja itu sejarah bikin tangan gue patah. Mana pak Chris kaga ngira-ngira kalo ngasih tugas" sebal Safira yang mengingat rangkuman yang bisa membuat tangannya patah. Mereka pun pergi entah kemana mungkin ke kantin. Destinasi pertama.

GHOST OF YOU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang