Part 8

163 45 0
                                    

Wenda sudah sampai di kediamannya. Ia berjalan menuju rumahnya dengan gontai seraya membuka pintu rumah besarnya itu.

"Assalamualaikum, aku pulang" salamnya dan membuka sepatu sekolahnya. Ia menuju ruang tamu, terlihat ada ibunya yang sedang santai melihat siaran gosip di layar TV.

"Waalaikum salam, sudah pulang wen?" ujarnya.

"Hm" jawab Wenda.

"Kamu kalau lapar masak pasta aja ya. Mama lagi males masak, lagi asik nih sama berita di TV" ujar ibunya tanpa menoleh ke arah Wenda. Wenda mengangguk dan berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai dua.

cklek

Ia masuk ke dalam kamarnya yang di dominasi warna biru muda seraya mendekatkan dirinya ke kasur sedang itu dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia menatap langit-langit kamarnya, memikirkan semua yang ada di dalam otaknya untuk hari ini.

drttt drrtt..

Sedang asik melamun, ponsel Wenda bergetar. Ia pun dengan malas mengambil ponselnya di dalam tas dan langsung mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelpon.

"Hm" jawabnya

"Wen, lo kenapa?" tanya seseorang dengan suara baritonnya. Wenda langsung mendudukan dirinya di atas kasur dan melihat layar ponselnya. Cakra yang menelponnya.

"Wen?" tanyanya sekali lagi memastikan apakah Wenda ada disana atau tidak.

"Apaan Cak?" ujar Wenda seraya menyandarkan punggungnya ke sandaran kasur.

"Gue kira lo kenapa. Gak biasanya lo jawab telpon gue begini. Ada masalah?" tanyanya. Wenda menutup matanya dan menghela nafas pelan. Masalahnya ada pada pria yang menelponnya itu.

"Gak. Gue gak apa tuh. Kan biasanya gue kalo lagi capek jawab telpon lo kayak gitu" jawab Wenda.

"Iya sih. Tapi gak biasanya lo-"

"Udah ah. Lo kalo cuman mau bahas masalah gak jelas gini, gua matiin nih. Gue mau istirahat. Gue Capek banget" ujar Wenda sedikit kesal. Ia benar-benar malas untuk membahas apapun. Bibir dan lidahnya sedang tidak mau diajak berbicara saat ini.

"Iye iye, galak amat hamster satu ini. Gue cuman mau minta tolong sih" ujarnya. Seketika pikiran Wenda tertuju pada Arin, sahabat kecilnya.

"Tolong apaan? Gak biasanya lo minta tolong ke gue" heran Wenda. Entah kenapa pikiran Wenda tertuju pada Arin.

Please Cak, jangan bilang lo mau minta ke gue buat deketin lo sama Arin -Wenda

"Ini rada konyol sih. Gue jadi malu ngomongnya" ujarnya.

"Cepetan! Gue tutup nih" ujarnya sedikit keras.

"Iya iya, yaallah galak banget sih lo" ujar Cakra sedikit kesal.

"Makanya langsung to the point aja lah. Segala malu lo kampank" ujar Wenda ikut kesal.

"Si anjir. Yaudah gue to the point. Gua mau minta tolong sama lo buat deketin gue sama temen lo itu si Arin. Kalo bisa gue mau minta nomornya dari lo. Bisa bantuin gue wen?" ujarnya seperti malu-malu. Hati Wenda mencelos ketika mendengar ucapan Cakra. Firasatnya benar saat ini, Cakra memang tertarik dengan Arin dan sekarang meminta bantuannya untuk mendekatkan dirinya dengan gadis cantik itu. Wenda tersenyum getir. Hatinya terasa nyeri, tertampar dengan keadaan.

"Wen? Lo masih disitu kan?" tanya Cakra. Wenda mengatur nafasnya yang tadi seakan tercekik.

"I-iya iya gue masih disini kok. Nanti gue usahain ya biar lo bisa deket sama Arin. Buat nomornya, nanti gue share aja lewat whatsapp" ujar Wenda sedikit menahan suara paraunya.

GHOST OF YOU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang