Part 34

209 46 3
                                    

Pesta meriah dan megah itu telah berakhir. Semua tamu meminta izin untuk pulang karena waktu yang ditunjukkan sudah melebihi waktu Wenda untuk pulang. Sebenarnya Wenda sangat gelisah ketika dirinya pulang diatas jam 9 malam, pasalnya sang ayah masih berada di rumah. Ayahnya memang sangat tidak suka dan melarang jika Wenda pulang melebihi jadwal yang ayahnya beri. Tetapi datangnya Hareska membuat dirinya tidak begitu gelisah karena sang ayah pasti akan mendengar ucapan sepupunya itu.

Ya, sedikit pilih kasih. Hareska yang bukan anak dari sang ayah lebih di dengar dibanding Wenda anaknya sendiri. Wenda mengerti kenapa ayahnya sangat mendengarkan sepupu tersayangnya itu, Hareska dilihat memang seperti anak yang nakal dan pemberontak tetapi itu salah besar. Hareska adalah anak yang penurut dan selalu menuruti kemauan orang tuanya maupun om dan tantenya. Dia tidak pernah protes ketika sang orang tua atau om dan tantenya untuk menyarankan ini itu kepada dirinya. Hareska menerimanya dengan lapang dada.

Berbeda dengan Wenda. Yang bisa saja memberontak jika keinginannya sudah tidak bisa digapai oleh dirinya. Ia akan bisa selalu menolak jika itu bukan keinginannya. Tetapi ada masanya dia akan menuruti kemauan siapapun. Bukan karena ia memang menyukainya tetapi karena orang tua maupun keluarga besarnya menyindir balas Budi kepada orang yang lebih tua. Jika sudah berbicara seperti itu, Wenda hanya bisa menutup kuping dan pasrah pada keadaan. Wenda yang malang.

Wenda sudah berada di depan hotel untuk menunggu Hareska menjemputnya. Hareska bilang ia akan menjemputnya kembali jika acaranya sudah selesai. Wenda sudah menghubungi lelaki dengan kulit sedikit Tan itu tetapi sejak dari tadi belum ada jawaban dari sang sepupu. Merasa gelisah, ia hanya bisa memandangi ponselnya seraya mengigit kuku jarinya. Sebuah kebiasaannya.

Ia merutuki nasibnya, jika seperti ini ia lebih memilih pulang bersama Senja. Tetapi dengan alih akan di jemput sang sepupu, Wenda menolak ajakan pulang Senja dan pada akhirnya malah seperti ini. Sendirian di depan hotel Bintang lima yang sudah sepi. Wenda menyesal.

drtt... drtt...

Wenda langsung mengangkat telepon dari seberang sana. Ia tau siapa penelpon itu, yang tak lain dan tak bukan adalah Hareska.

"Halo? Lo dimana, res? Gue dari tadi nungguin lo!" ujarnya dengan nada gelisah. Bagaimana tidak gelisah, disekitarnya tidak ada siapapun kecuali pak satpam tadi sangat jauh dari jangkauan Wenda.

"Sorry wen sorry banget. Gue gak bisa jemput ini. Mobil lo di pake sama bokap nyokap lo barusan. Tau dah mau kemana" ujarnya disana dengan suara yang menyesal. Wenda mencelos, sial bagaimana ini?

"Anjing! Terus gue gimana anjir?! Ini gue disini sendirian please lah. Mobil bokap gue kan ada resssss" ujar Wenda sebal. Sungguh, apakah orang tuanya tidak tau bahwa ia akan dijemput oleh Hareska dengan mobilnya itu?

"Mobil bokap lo gak ada wen. Katanya di bawa ke bengkel, servis taunan. Bentar deh gue pinjem motor adek lo, moga motornya ada yak. Bentar" ujar Hareska memberi solusi dan beberapa detik suara Hareska tidak terdengar. Wenda menunggu dengan gelisah, ia berharap bahwa Jepri atau Mahmud memberikan kunci motornya kepada Hareska untuk menjemput dirinya.

Sekitar 5 menit, suara Hareska kembali terdengar. Ia sangat-sangat meminta maaf bahwa motor Jepri sedang berada di bengkel karena mesinnya sempat mengalami kerusakan sementara Mahmud motornya dibawa olehnya karena ada kegiatan Persami di sekolahnya. Oh shit! Wenda bahkan melupakan Persami sang adik. Kenapa kejadian ini bisa bertepatan?!

"Terus gue gimana?!! Ah ealahh" umpatnya sudah mulai habis kesabaran dan mematikan panggilannya begitu saja. Ia bingung, apakah ia harus memanggil taksi online? Tapi Wenda takut karena sudah sangat larut. Hareska diam entah apa yang harus ia lakukan sekarang. Terkutuklah keluarga ini teruntuk dirinya juga.

GHOST OF YOU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang