Part 20

176 49 3
                                    

Wenda sudah kembali ke rumahnya dengan keadaan lelah karena pikirannya berkecamuk memikirkan yang seharusnya tidak dia pikirkan. Ia pun langsung merebahkan dirinya di kasur queen size yang hanya muat satu orang lebih dikit. Tau sendiri badan Wenda itu mungil gak besar macam Jepri adeknya. Wenda menatap langit-langit kamarnya yang di lukis dengan gambar awan-awan kecil. Tangannya tanpa sadar terangkat seperti ingin menggapai gambar tersebut.

"Tuhan, kenapa mencintai harus sesakit ini? Bisakah engkau mencabut rasa ini untuk selamanya dan menjadikanku sebagai hamba yang tidak memiliki Cinta? Aku sudah terlalu rapuh untuk masalah ini" lirihnya. Tanpa sadar air matanya mulai mengalir setitik demi setitik.

"Tetapi Tuhan, jika dia bukan takdirku semoga dia bahagia bersama takdirnya. Aku akan ikhlaskan semuanya asal dia bahagia" lanjutnya dan semakin kencang dalam isaknya. Wenda menangis pilu. Isakannya berhenti ketika merasa kepalanya berdenyut dengan hebatnya. Ia memegang kepalanya sampai tak sadar menarik rambutnya begitu kuat. "S-sakittt" ucapnya.

tes

tes

tes

Wenda merasakan ada yang menetes dari hidungnya. Ia langsung memegang area hidung dan ternyata sebuah darah segar mengalir deras dari hidungnya. Wenda langsung mengambil tissue yang berada di nakas dan langsung mengelap darah itu dengan gesit. Seiring darahnya mengalir, kepalanya sudah berakhir sakitnya. Darah itu terus mengalir sampai-sampai sprei biru mudanya harus ternodai darah segar Wenda. Wenda begitu panik, bagaimana harus menghentikan darah ini? Dan kenapa begitu banyak darah yang harus mengalir dari hidungnya. Tapi Wenda tak berhenti untuk membersihkannya dengan tissue. Selang beberapa menit, darahnya mulai berhenti. Sudah banyak tissue berserakan di kasur dan di lantai karena darah yang tidak kunjung berhenti tadi. Ia pun berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan noda darah kering di daerah atas bibir dan hidungnya.

Setelah bersih, Wenda melihat pantulan dirinya di cermin kamar mandi. Pandangnya sedikit mengabur dan sedikit merasakan nyeri kembali di dalam kepalanya. Wenda mengerjapkan matanya untuk beberapa detik tetapi kaburnya tidak kunjung hilang. Ia pun memutuskan untuk tidur saja setelah mengganti seragamnya dengan baju santai dan membuang tissue ke tempat sampah dalam kamarnya seraya mengganti spreinya yang baru, meskipun ia sempoyongan untuk melakukan hal tersebut. Setelah merebahkan dirinya di kasur, Wenda berfikir ada apa dengannya hari ini. Pikiran negatif yang menyerangnya langsung ia tepis. "Mungkin panas dalem aja karena tadi panas banget" ucapnya. Ia pun langsung menutup matanya karena sudah tidak kuat dengan nyeri di kepalanya.

.
.
.

"Kak bangun kak, makan malem dulu. Di suruh mama" ucap Jepri membangunkan Wenda. Wenda membuka matanya perlahan dan melihat adik sulungnya sudah di sampingnya. Wenda langsung mendudukkan dirinya.

"Kenapa jep?" tanyanya parau khas orang bangun tidur. Jepri tersenyum manis. "Disuruh mama makan malem. Udah di tunggu di bawah sama mama, papa, Mahmud". Wenda mengangguk paham dan berdiri mengikuti Jepri.

Sampai, Wenda duduk di sebelah sang ibu yang masih memperlihatkan wajah bantalnya. Sang ayah hanya menggeleng melihat kelakuan sang anak gadis. "Cuci muka dulu sayang. Baru makan" ucapnya. Wenda hanya mengangguk dan pergi menuju kamar mandi tamu. Selesai, ia ikut makan dengan keluarga kecilnya. Malam ini tidak ada keributan kecil yang di lontarkan. Wenda terlalu malas meladeni sang adik bungsu yang sedari tadi menjahili atau mengatainya ini itu. Wenda acuh dengan colotehan adiknya yang tidak jelas itu. Mahmud yang merasa kakaknya sedang tidak beres langsung memberhentikan celotehan dan aksi jahilnya. Ia pun memakan makanannya dengan hikmat.

Kak Wenda kenapa ya? Gak biasanya begitu. Se badmoodnya dia, gak sampe ngediemin gue -Mahmud

Selesai, Wenda langsung menuju lantai dua. Entahlah seketika badannya lemas semua seperti tidak bertenega. Makan saja ia hanya mengambil sedikit nasi dan lauk pauk, meskipun di hidangkan makanan kesukaannya. Ia tidak mood makan hari ini. Kepalanya pun masih berdenyut nyeri meski tidak separah tadi. Orang tua dan adiknya yang melihat perubahan Wenda menjadi merasa aneh dan ada yang tidak beres. Tidak biasanya anak gadisnya seperti itu. Makan hanya sedikit dan tidak bersuara sama sekali.

GHOST OF YOU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang