Part 36

201 46 13
                                    

Semenjak hari dimana mereka bisa melepaskan semua perasaan Cinta dan fana itu serta mengikhlaskan semuanya, mereka terlihat seperti dulu kala ketika mereka masih diusia kanak-kanak. Tanpa ada perasaan di antara persahabatan mereka. Wenda dan Cakra memang sudah berbicara kembali mengenai perasaan satu sama lain tanpa emosi dan bersikap dewasa. Mereka berbicara ketika Wenda pulang sehabis pergi bersama Safira. Yang mengajak duluan untuk berbicara adalah Cakra tetapi dalam lubuk hati Wenda pun ia ingin membicarakan soal ini.

Sebelum pulang bersama Safira, Wenda memang menceritakan perihal dirinya yang mulai menerima Cakra yang hanya akan menjadi pengisi harinya bukan sebagai kekasih namun hanya sebatas Sahabat. Ia memang sudah berfikir dua dan kesekian kalinya tentang perasaannya dan itu memang harus Wenda lakukan untuk mengikhlaskan orang yang ia sayangi bersama orang lain bukan dirinya. Safira pun menyetujuinya dan mendukung sebagai seorang sahabat dekatnya. Ia pun menyuruh Wenda untuk berbicara mengenai perasaan masing-masing lebih dewasa lagi tanpa adanya emosi dan sakit hati yang ditimbulkan. Memang tidak baik seperti ini, saling menjauhi tetapi menimbulkan rasa sakit yang begitu pilu. Layaknya matahari dan bumi,  hanya bisa memandang dari kejauhan padahal mereka saling membutuhkan layaknya seorang teman. Dan itu tak pantas bagi mereka berdua yang memang sudah dekat sejak lama.

Wenda pun selama pulang ia merenungi perkataan Safira. Mungkin benar, ia harus berbicara ini dengan Cakra. Dan pada akhinya mereka berbicara berdua di malam yang sejuk dengan angin sepoi-sepoi yang menemani mereka. Meskipun ada rasa kecewa dan sedih di dalam diri Wenda, tapi ia sudah ikhlas mengenai semuanya. Ia sudah ikhlas untuk melepaskan Cakra pergi dari dekapnya dan mendekap tubuh orang lain yang ia cintai. Wenda tidak boleh egois, karena bahagianya Cakra adalah bahagia dirinya. Bukankan begitu sebagai seorang yang di percaya dalam sebuah hubungan pertemanan? Saling support dan saling bahagia satu sama lain.

Pagi ini, Wenda kembali berangkat bersama dengan Cakra. Awalnya Wenda ingin diantar oleh Hareska tetapi di depan rumahnya sudah ada Cakra yang menunggunya dengan helm di pangkuannya. Wenda bingung, ada apa dengannya? Ternyata Cakra mengajak Wenda untuk pergi bersama, setelah beberapa bulan ini mereka tidak pernah ada waktu berdua meskipun hanya pergi bersama ke sekolah. Wenda tertawa renyah mendengar ucapan pria ini yang seperti sedih dan kesal, ia pun menyanggupi dan pergi bersama dengan Sahabatnya.

Diperjalanan pun, mereka selalu bertukar informasi dengan di selingi oleh tawa mereka. Wenda belum pernah merasakan hal menyenangkan dan rasa lega seperti ini. Apakah mengikhlaskan memang melegakan seperti ini? Kalo iya, ia akan selalu belajar mengikhlaskan semuanya dari masalah-masalah yang ia dapati. Tanpa disadari mereka pun telah sampai di sekolahnya.

Wenda turun dari motor sport itu dan mengembalikan helm nya kepada Cakra dengan senyum lebarnya, tak lupa di terima oleh Cakra dengan senyum lebarnya juga.

"Thank you ma bro. Lagi-lagi dah ajak gue bareng ke sekolah. Biar gue irit ongkos hahaha" ujarnya dengan tawa renyah. Cakra meraup wajah berseri-seri Wenda dengan tangan besarnya itu seraya tertawa juga ketika melihat wajah kesal Wenda. "Itu mah maunya elu curut! Tapi boleh dah, kalo gue gak nebengin pacar gue" ujarnya.

Wenda mengangguk paham dan memukul bahu lelaki itu. "Cie punya pacar! Pj lah wak. Gue masa gak dikasih Pj dih! Pelit amat lu!". Cakra tertawa dan mencubit pipi gembil itu gemas, bagaimana tidak gemas kalau raut wajah bersungut itu malaha membuat pipinya menggembung besar. Sungguh lucu.

"Kayak bocah aja lu. Iye iye, nanti gue ajak jalan dah lu. Jadwalin aje" ujarnya. Wenda mengangguk antusias. "Oke bos! Langgeng ya bro. Yaudah kelas dah. Udah mau masuk nih" ajak Wenda seraya melihat jam di tangan kirinya. Cakra pun menyanggupi. Tanpa mereka sadari, Arina melihat dengan tajam seraya mengepalkan tangannya kuat.

-GHOST OF YOU-


Di pergantian pelajaran jam 3 dan 4, Wenda meminta izin ke kamar mandi. Ia sudah menahan di jam pertama karena ia tidak berani izin di mata pelajaran PKN. Pak Badru memang sangat ditakuti di sekolah, mungkin penjuru sekolah tau siapa pak Badru. Jika kalian bertanya kepada anggota sekolah, pasti akan dijawab seperti ini. 'Oh pak Badru yang killer itu ya? Yang kumisnya tebel kayak sapu ijuk' begitulah mereka menjawab. Tapi itulah kebenarannya.

GHOST OF YOU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang