Part 10

173 47 0
                                    

Di kantin, Wenda dan Enggar memesan satu buah Sari roti rasa sarikaya untuk Enggar sementara Wenda mengambil yang rasa Keju. Tak lupa membeli satu buah air mineral untuk Wenda satu botol minuman isotonik untuk Enggar. Mereka masih berbincang ria seraya memberikan uang kepada sang pedagang. Mereka memang selalu banyak bercerita jika sudah berdua.

"Duduk disitu yuk Gar. Kayaknya lo kesakitan banget pas jalan gitu" ajak Wenda duduk di pohon rindang dekat lapangan. Enggar mengangguk saja yang penting ia bisa berduaan dengan Wenda. Waktu untuk pelajaran kedua pun masih tersisa setengah jam lagi dan itu dipakai Enggar untuk mendekatkan dirinya kepada Wenda.
Mereka duduk bersebelahan, seraya memakan roti yang mereka beli tadi. Tidak ada yang bersuara, mereka hanya menikmati roti dan juga pemandangan di depan mereka. Anak kelas Enggar yang sedang olahraga bola Voli.

"Sayang banget gue gak ikut praktek voli. Padahal gue paling suka sama olahraga voli" ujar Enggar tiba-tiba. Wenda menoleh ke arah Enggar sebentar dan kembali menatap anak murid kelas tetangga.

"Lo suka olahraga Voli? Bukannya basket?" tanya Wenda. Enggar tersenyum kecil.

"Gue suka dua-duanya, tapi kalo disuruh milih gue lebih prefer ke Voli. Dari kecil papa selalu ngajak gue main Voli, kebetulan bokap dulunya atlit Voli tapi sekarang udah jadi pemegang saham setelah pensiun" ujar Enggar. Wenda hanya ber-oh ria, ia baru tau mengenai keluarga pria tampan kelas tetangganya tersebut.

"Sejak kapan papa lo pensiun jadi atlit Voli?" tanya Wenda.

"Pas gue kelas 5 sd. Terus kebetulan sebelum bokap pensiun, dia udah rintis bisnis. Jadi, alhamdulillah setelah pensiun masih ada pegangan buat nyambung hidup keluarga dan masih bisa sekolahin anak-anaknya sampai kuliah nanti" ujar Enggar.

"Iya untungnya ya. Bersyukur lo punya bokap kayak papa lo, Gar. Buat bangga dia jangan sampai ngecewain beliau. Kita lulus bareng-bareng, oke? Semangat!" ujar Wenda menepuk pundak Enggar dan tersenyum lebar. Enggar speechless melihat senyum tulus dan lebar dari wanita yang ia cintai itu. Pipi Enggar memanas, sepertinya mukanya memerah. Ia menutup matanya dan sebentar lagi Wenda pasti akan menanyakan dirinya yang wajahnya memerah. Tapi.. sudah 3 menit Wenda tidak berbicara apa-apa. Ia membuka matanya dan Wenda masih asik dengan rotinya.

Apa yang lo pikirin sih, Gar. Udah mulai ngada-ngada nih otak. Sejak kapan si Wenda bakal merhatiin lo sampai detail -Enggar

Tringggggg....

Jam mata pelajaran kedua pun telah dibunyikan. Semua murid yang berada di lapangan langsung berhamburan untuk pergi menuju kelas dan mengambil seragam putih abu-abu mereka. Wenda pun telah menyelesaikan makannya dan berdiri dari duduknya. Enggar pun langsung melahap habis roti tersebut dan mengunyahnya susah payah. Wenda yang melihatnya hanya terkikik geli. Pasalnya, pria itu terlihat begitu menggemaskan dan lucu apalagi pipinya yang penuh dengan rotinya. Setelah ia telan, Enggar langsung meminum air isotoniknya dan berusaha berdiri. Tapi tidak bisa karena tidak ada tumpuan untuk mengangkat dirinya.

"Euh wen" panggil Enggar. Wenda yang dipanggil langsung menoleh.

"Kenapa Gar?" tanya Wenda yang sedikit tidak peka. Enggar menggaruk tengkuknya meratapi ketidak pekaan gadis itu.

"Bisa tolong bantuin gue bangun gak? Gue susah bangun hehe" ujarnya dengan cengiran. Wenda tertawa renyah dan membantu Enggar berdiri. Akhirnya, pria tampan itu bisa berdiri juga.

"Kenapa kayak malu-malu gituh sih. Langsung aja kali 'Wen bantuin gue berdiri dong' kenapa harus formal banget. Kita tuh temen ya Gar, gak usah gak enakan gitu. Sorry juga kalo gue kurang peka hehehe" ujarnya nyengir kuda. Enggar tersenyum manis walaupun hatinya agak sedikit terluka karena Wenda menganggapnya hanya teman. Mungkin Enggar harus extra mendekati Wenda.

GHOST OF YOU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang