Part 26

213 47 2
                                    

Kedua manusia berbeda jenis kelamin tersebut itu telah sampai di pelataran halaman rumah si mungil. Setelah mampir sebentar ke toko roti langganan keluarga Enggar, akhirnya mereka berdua sampai juga di kediaman Wenda. Wenda turun dari motor vespa milik Enggar seraya memberi helm kepada si tampan.
Enggar pun langsung menerimanya dan menaruhnya di cantolan helm.

Jangan salah dengan penampilan si lelaki tampan tersebut. Meskipun ia hanya mengendarai motor vespa yang terkesan jadul, tetapi siapa sangka bahwa Vespa yang ia kenakan adalah model terbaru tahun ini dan pasti sudah lebih Bagus dari vespa pada tahun 70-an. Vespanya pun bukan model yang harus di starter dulu menggunakan kaki tetapi vespa punya lelaki tampan itu sudah menggunakan cara simple atau biasa disebut dengan motor matic.

Enggar memang sangat menyukai motor keluaran 70-an itu. Katanya model motor tersebut sangat otentik serta jadul yang sangat kental. Jika dilihat padahal motornya tidak ada kesan-kesan jadulnya, malah terkesan seperti motor pada umumnya di era abad 22 ini. Tetapi biarkan Enggar yang menentukan kesukaannya sendiri karena itu adalah sudut pandangnya.

"Makasih ya wen udah mau nemenin ke toko kue langganan gue" ujarnya seraya tersenyum manis.

"Ehh yang harusnya bilang makasih itu ya gue. Bukannya elo, gimana sih" ujarnya. Enggar hanya terkekeh

"Yaudah pokoknya saling terima kasih dan sama-sama. Kalo gitu gue balik ya wen" pamit Enggar seraya menyalakan motor kesayangannya itu. Wenda mengangguk dengan senyum yang selalu terpatri di wajahnya. Enggar pun pergi meninggalkan kediaman keluarga Lesmana tersebut. Sudah tidak terlihat pria tampan itu, Wenda langsung memasuki rumahnya untuk mengistirahatkan dirinya karena kepalanya kembali pening.

Akhir-akhir ini Wenda memang sering mengeluh sakit kepala tetapi tidak begitu parah. Hanya bertahan beberapa jam dan kembali seperti semula. Ia enggan memeriksakan dirinya ke dokter, menurutnya ini hanya sakit kepala biasa yang diakibatkan karena kecapean atau terlalu stres.

Wenda memasuki rumah dan seperti biasa rumahnya tidak ada orang. Akhir-akhir ini pun sang ibu sering berkunjung kerumah bibinya yang tidak jauh dari komplek. Entah urusan apa, Wenda tidak mengetahuinya. yang dipikiran Wenda mungkin sang ibu bosan dirumah dan berakhir pergi ke rumah bibinya seraya bermain dengan keponakannya.

Wenda menaiki undakan itu dengan kepala yang mulai pening. Ia buru-buru menaiki tangga tersebut untuk masuk ke dalam kamar. Sampai di depan kamar, kepalanya sakit dan pening. Wenda menarik rambutnya sedikit keras untuk menghilangkan rasa sakit hebat tersebut dan pada akhirnya semuanya menggelap.

-STONE COLD-

"Eungghh"

"Kak udah sadar?" tanya seseorang dengan nada khawatir. Wenda membuka matanya perlahan terlihat wajah tampan sang adik, Jepri ada di hadapannya meskipun itu hanya samar. "Nih kak minum dulu"

Wenda langsung meminum air mineral yang disodorkan oleh Jepri, adiknya. Tenggorokannya sudah mulai membaik dibanding ketika dia bangun tidur. Wenda memberi gelas kosong tersebut kepada sang adik dan Jepri langsung menaruhnya di atas nakas seraya duduk di hadapan Wenda.

"Tadi gue kenapa jep?" tanya Wenda sambil bersandar pada sandaran tempat tidurnya. "Lo pingsan kak di depan kamar dan kebetulan gue balik cepet. Coba enggak, tau deh lo pasti masih di lantai dingin itu pas siuman" ujar Jepri. Wenda baru mengingat bahwa dirinya tadi sempat pingsan karena kepalanya merasa sakit begitu hebat.

"Lo sakit ya kak?" tanya Jepri dengan tatapan khawatir. Wenda tersenyum manis dan menggeleng. "Enggak kok. Gue cuman kecapean aja dan banyak pikiran akhir-akhir ini. Jadi gituh langsung ngedrop" ujar Wenda tanpa memberitahukan yang sebenarnya.

GHOST OF YOU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang