Part 21

213 43 2
                                    

Tinggal 10 hari lagi acara seni tersebut di selenggara. Anak-anak yang terpilih untuk memperamai acara sudah mulai sangat aktif latihan tak terkecuali Wenda dan partner duetnya, Enggar. Mereka semakin dekat dan mungkin susah akan dipisahkan setelah ini, apalagi ada project besar menurutnya yang harus mempertampilkan bakat mereka di banyak manusia.

Di setiap ada waktu kosong, Wenda maupun Enggar menyempatkan untuk berlatih meskipun hanya satu lagu. Yups, satu anak hanya menyumbangkan satu lagu di kesempatan kali ini. Mungkin terkesan lebay dan berlebihan tetapi itu lah kenyataannya, bahwa mereka berdua adalah pasangan perfeksionis. Yang apa-apa harus terkesan Bagus, memuaskan, dan berakhir baik.

Berbicara pasangan, jangan anggap Wenda dan Enggar adalah memang pasangan kekasih. Bukan, mungkin belum bagi Enggar. Tapi bagi Wenda bukan. Bagaimana tidak? Kalau hatinya masih menaruh perasaan mendalam untuk sahabatnya, Cakra. Padahal sudah jelas Cakra sangat menyukai, ralat mencintai Arin sahabat kecilnya dahulu.

Tapi namanya soal hati tidak akan ada yang tau kan. Kita doakan saja, setelah ini mereka terbuka dengan otak dan hati yang tenang dan pemikiran yang lebih dewasa. Ya, kita doakan saja.

"Wen" panggil seseorang dengan suara berat. Wenda menoleh dan tersenyum menanggapi.

"Serius banget main gitarnya" ucap pemuda itu, Enggar. Ia mengambil kursi di pojok ruangan dan duduk berhadapan dengan Wenda. Mereka berjanjian bertemu di ruangan musik dan sudah izin kepada pak Herman tentunya.

"Sorry. Lagi asik metik kunci lagi favorit gue. Jadi gitu gak fokus" ujarnya. Enggar hanya mengangguk dan tersenyum manis. Wenda kembali memetik gitarnya sesekali bergumam lagu itu.

"Cinta tak harus memiliki, right?" ujar Enggar. Wenda langsung memberhentikan petikannya dan menatap Enggar lamat. "Iya".

Wenda hanya tersenyum kecil dan kembali memetik gitar itu kembali. Enggar hanya mendengus kecil dan mengambil gitar itu dari tangan Wenda. Gadis itu selalu saja terpuruk jika sudah memegang benda kesayangan seperti gitar. Bagaimana Enggar bisa tau bahwa Wenda terpuruk? Karena kedekatan mereka berdua, Wenda mulai membuka kartunya terutama membuka hati untuk Enggar sebagai sahabatnya dan menjadi tempat curhatnya.

Wenda percaya dengan Enggar, setelah pria itu melakukannya dengan sangat baik dan selalu mendengarkan keluh kesah hatinya. Orang mana yang mau mendengarkan keluh kesah seseorang dengan hanya diam, tersenyum, dan mengelus kepalanya untuk menenangkan? Apalagi ini seorang lelaki. Dan dia adalah seorang stranger. Ya, meskipun mereka sudah kenal beberapa bulan tetapi itu sangat langka untuk Wenda.

Jadilah, Ia percaya dengan pria itu dan tidak ada maksud terselubung. Wenda mulai menceritakan semua kisah Cinta yang tak pernah terbalaskan tersebut dan Enggar selalu mendengarkan dengan hati yang juga terluka. Kalian tau pasti bahwa Enggar juga mencintai Wenda. Sama persis seperti Wenda mencintai Cakra. Cinta Segi Empat, eh?

"Dah gak usah galau. Galau mulu lo. Kesel juga liatnya. Mendingan kita nyanyi yang happy happy ajaa. Gue yang metik gitar. Kalo lo yang metik lagunya galau mulu" ucap Enggar sarkas. Wenda hanya mencebikkan bibirnya dan menyandarkan dirinya ke sandaran kursi.

"Gak usah cemberut. Mirip bebek lo lama-lama" ujar Enggar seraya mencubit bibir tipis yang manyun seperti bebek tersebut dan akhirnya tertawa.

"Enggar ih!" ujar Wenda kesal tetapi akhirnya tertawa. Mereka tertawa bersama. Wenda suka semua yang dibuat oleh Enggar, selalu menaikkan mood nya.

"Mau nyanyi apa tuan Putri?" tanyanya. Wenda berfikir, lagu apa yang pas untuk saat ini. Perasaan bahagia.

"Bentar gue mikir" ucapnya. "Segala mikir nih bocil. Cepetan! Sebelum kita latihan buat tampil nanti" desak Enggar. Gadis ini memang sangat lemot jika urusan memilih lagu.

GHOST OF YOU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang