"Kak bangun! Udah siang nih. Gak sekolah?" ujar seorang perempuan paruh baya sedikit menggoyangkan badan gadis yang tertidur. Gadis itu masih tidak bergeming dan malah lebih menyelimuti badannya yang mungil tersebut. Ibunya merasa jengah akhirnya pergi dari sana tapi tak lama ia kembali dengan segayung air.
byur
"TSUNAMI!!!" teriaknya terbangun dari tidurnya. Ibunya hanya menggeleng melihat kelakuan sang anak gadisnya.
"Mah ada tsunami tadi! Ayok pergi mah" ujar gadis itu menarik sang ibu. Sang ibu malah menoyor kepala sang anak. Gadis itu menatap sang ibu heran. Ada tsunami kenapa di toyor, pikirnya.
"Tsunami dari hongkong! Tadi tuh kamu mama siram pakek air. Nih!" ujar sang ibu mulai kesal dan menyodorkan gayung mandi sang anak. Gadis itu mengerjapkan matanya berkali-kali sambil mengelus dadanya.
"Gue kira tsunami" gumamnya. Ia pun mengambil handuknya sekilas melihat ke arah jam. Jam sudah menunjukkam pukul 6.15 WIB, gadis itu membelalakkan matanya.
"Mampus gue!" ujarnya dan langsung melesat ke kamar mandi.
Sekitar 10 menit, ia telah selesai dengan mandinya. Ia melihat dirinya di depan cermin, sudah rapih. Ia pun langsung mengambil tas nya dan pergi dari kamarnya. Ia sedikit berlari dari kamarnya menuju ruang makan. Disana terlihat sudah ada kedua adik lelakinya. Mahmud dan Jepri. Gadis itu, mengambil satu lembar roti dan mengoleskan rotinya dengan selai coklat. Setelah tertutupi selai coklat, ia langsung memakannya tanpa duduk di kursi.
"Astagfirullah! Wenda! Duduk kalau makan itu. Yaallah punya anak cewek satu aja kayak preman tingkahnya" ujar sang ibu heran dengan kelakukan anaknya ini. Wenda hanya nyengir kuda dan langsung meminum susunya.
"Duduk napah kak. Lo kayak sapi tau gak" ujar Jepri yang sedikit risih dengan kelakuan Wenda. Wenda hanya mendelik mendengarnya.
"Tau lo! Ada akhlak tapi begitu" ujar Mahmud juga risih melihat sang kakak.
"Hardik saja aku. Aku ikhlas" ujar Wenda memelas. Sang ibu menaruh telur mata sapi di atas piring dan langsung di ambil oleh Mahmud dan Jepri.
"Kamu gak mau bawa bekal kak?" tanya sang ibu. Wenda menggeleng dan meletakkan gelas bekas susunya di atas meja.
"Mah aku berangkat! Udah telat nih! Assalamualaikum" pamitnya dan berlari begitu saja. Tapi sebelum berlari, ia mencium punggung tangan sang ibu terlebih dahulu.
"Yaallah. Wenda wenda" ujar sang ibu tak habis fikir. Sang adik hanya saling tatap dan kembali menikmati makan paginya.
Wenda berlari menuju jalan Raya, ia hari ini harus menaiki angkot lagi karena sang ayah ada dinas diluar kota. Mengandalkan sang adik sama saja mengandalkan seekor keledai. Lama dan malas. Alhasil, ia lebih baik menaiki angkot atau memesan ojek online. Tetapi karena uang jajannya belum ia ambil, terpaksa Wenda harus menaiki angkot. Wenda sudah di ujung jalan dan tidak terlihat angkot menuju sekolahnya. Wenda mulai khawatir.
"Mana sih nih angkot! Kaga tau buru-buru apa?!" sewotnya. Ia melirik jam tangannya dan semakin membuat dirinya panik. Semoga tuhan memihaknya kali ini.
tin tin
Suara klakson motor, menyadarkan lamunan Wenda. Ia mendongak dan terlihat seorang pria jangkung duduk di atas motor sport nya dengan gagah. Pria itu membuka helmnya dan terlihat wajah tampan sang pria ini. Wenda sedikit tertegun melihatnya tetapi ia hilangkan pikiran itu.
"Wen ngapain lo disini?" tanya pria itu. Wenda menatap pria itu malas. Pertanyaan yang tidak seharusnya ia jawab.
"Ngemis" singkatnya. Pria itu terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
GHOST OF YOU ✔
Fanfiction"Gue ngerasa lo layaknya seorang hantu, cuman bisa dirasakan keberadaannya tapi mustahil gue gapai -Wenda" Cinta memang gak bisa memihak dari mana berasal. Termasuk Wenda. Tanpa disadari, Wenda menyukai sahabat sejak kecil. Tapi perasaannya tidak ak...