5. AKU

207 163 388
                                    

Happy reading....

Ternyata dia memiliki luka
yang tersembunyi.

~Muhammad Dimas Pranata~

*****

Lorong koridor sekolah cukup ramai dikarenakan bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Suara bising terdengar dengan suara teriakan dan tawa paling mendominan. Tidak luput para siswa berlari entah itu sedang buru-buru atau sedang bermain kejar-kejaran.

Dua buah sepatu menapak di putihnya keramik yang mulai berdebu karena di lewati para sepatu lainnya. Langkah itu terkesan santai, hingga suara menghentikannya.

"Dimas."

Dimas yang di panggil pun menoleh kebelakang dimana suara itu berasal.

Terlihat seorang gadis dengan rambut dijedai setengah menghampiri dirinya sambil berlari kecil, sesampai dihadapan Dimas gadis itu berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya yang tidak teratur dengan degub jantung yang tidak terkontrol.

"Sorry gue gak ngerjain tugas yang lo kasih."

"Gak papa, tugasnya juga udah selesai."

"Kok udah sih?" ucap Diana sebal.

"Ehh... lo sendiri yang ngerjain? Jadi gak enak kan gua," lanjutnya sambil menggaruk tengkuknya yang kemungkinan gatal. Dia merasa tidak enak pasalnya dirinya sekretaris tapi malah tidak membantu, garis besarnya tidak membantu tapi mau modus.

Dimas menatap Diana sambil memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana abu-abunya, ya setelan seragam hari rabu dan kamis adalah batik dan abu-abu.
"Gak ngerjain sendiri, dibantu," ucapnya datar lalu pergi meninggalkan Diana yang cengoh begitu saja.

"Ihh.....! Kebiasaan," ucap Diana sebal.

"Gagal kan! Ini semua gara-gara, Shepti." Gerutunya lalu pergi ke arah kelas nya dengan menghentak-hentak kan kakinya.

Sesampainya di kelas, Diana mengedarkan pandangannya untuk mencari seseorang. Yap dapat, dengan mengambil ancang-acang tarikan nafas, hebus, tarik dalam-dalam dan..

"SHEPTI...," teriaknya dengan nada marah.

Semua siswa yang berada dikelas seketika menutup kuping serentak dan memandang ke asal suara.

Setelah teriakan itu menggelegar di penjuru kelas bahkan mungkin sampai terdengar di luar, keadaan hening seketika dengan semua mata memandang kearah Diana sinis.

"Apa liat-liat!" gertaknya yang risih dilihat oleh mata-mata mereka.

Dengan berjalan cepat, Diana menghampiri bangkunya yang lebih tepat bangku Shepti yang berada tepat disebelah bangku miliknya.

"Ih... gereget gue," ucap Diana mengebalkan kedua tangannya sambil mengeratkan giginya.

Shepti menatap datar Diana sambil mengunyah permen karet yang berada di dalam mulutnya
"Kenapa, lo?"

"Liat gue!" tunjuknya pada dirinya sendiri.

"Dari tadi juga ngeliat lo kali."

"Kok nyebelin sih!"

"Biasa aja," acuh Shepti.

"Gara-gara, lo!" tukas Diana sambil menunjuk tepat di wajah milik Shepti dan langsung ditepis oleh sang empu.

"Apa sih dateng-dateng langsung marah, gak jelas," tekan Shepti pada kalimat terakhir.

"Jelas lah, gua marah karena ada sebab!" tukasnya yang dihiraukan Shepti.

AIZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang