26. MENEMUKAN

9 1 27
                                    

Aku kira kau rumah...
Nyatanya memang kau rumah untukku berpulang.

~Anatasya Maheswari~

Happy reading...

*****

Di dalam mobil, Karel memukul kemudi dengan sangat kuat. Erangan keluar dari mulut lelaki itu.

"Dimana lo, Sya?"
Tangan kanan itu terulur mengambil secarik kertas dari dasbor.
Ditatapnya sebuah alamat yang ditulisnya sedari mencuri data mahasiswa dari ruang TU.

Oke kali ini dirinya akan mencari gadis itu. Sudah cukup bukan untuk gadis itu menenangkan dirinya, sekarang pria itu ingin tahun kondisi gadis tersebut.

Tibanya di depan sebuah rumah mewah, Karel turun dari mobil dan melihat betapa sunyinya rumah tersebut. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam sana terlihat dari lampu yang hanya menyala diluar rumah saja. Kakinya melangkah pada pagar yang tertutup rapat, ada secarik kertas tertulis disana "RUMAH INI DISITA". Karel mengepalkan tangannya, dengan geram dirinya berusah membuka pagar yang menjulang tersebut namun usaha itu nihil. Dengan tampang gusar, kedua tangan mengacak rambutnya lalu menendang pagar yang ada di hadapannya.

"Sial!"

*****

Seorang gadis membenarkan seragamnya, ditatap pantulan wajah di cermin dengan seulas senyum yang sangat indah untuk pagi menjelang siang ini.

Sepertinya gadis itu sudah menerima takdir Tuhan yang diberikan untuknya.

Helaan nafas terhembus, tangan kanan gadis itu terangkat membenarkan gips yang terpasang di lengan kiri agar lengan kirinya nyaman dan tidak nyeri. Akibat kecelakaan beberapa waktu lalu, dirinya diberi hadiah dengan retaknya tulang bagian lengan. Tidak ada yang disalahkan, ini memang pelajaran yang setimpal untuk dirinya. Dirinya harus semangat untuk hari ini dan kedepannya.

Terlihat gadis itu memulai kegiatan di restoran tempatnya bekerja, dari mulai mengelap meja dan melayani para pembeli tanpa ada kesulitan sedikitpun walaupun hanya menggunakan satu tangan. Tidak terasa satu hari ini sudah di lewati dengan baik oleh sang gadis.

Gadis itu merenggangkan otot lehernya ketika melihat keaadan resto sudah rapih ketika akan dirinya tinggal pulang untuk beristirahat.

"Sya udah selesai?" Yang terpanggil menoleh dan menganggukan kepala kepada seseorang gadis di depannya.

"Ayo pulang, keburu malam."

Asya mengangguk.
"Iya, tunggu sebentar. Gue mau ambil tas dulu di loker." Ketika melihat anggukan dari temannya, Asya melenggang untung mengambil barang-barangnya.

Di perjalanan, keduanya nampak bercengkrama. Mereka jalan beriringan.

Tidak ada naik kendaraan, karena mereka memilih mencari kontrakan yang dekat dengan restoran tempat mereka bekerja, hitung-hitung menghemat pengeluaran.

"Gimana keadaan tangan, lo?"

Asya melihat ke arah tangan kirinya, dan menatap temannya yang sering disapa Dewi.

"Udah lumayan enakan kok, kalo kesenggol juga gak sakit kaya waktu itu. Kemungkinan minggu depan udah lepas gips."

"Syukur deh kalo udah sembuh, gue kadang ngeri ngeliat lo yang suka bawa nampan berat cuman pake satu tangan tau."

"Ah... biasa aja tuh."

"Lo sih biasa, lah yang liat ngeringis tiba-tiba. Takut lo kesandung terus nampan yang lo bawa jatuh ngenain tu tangan kan berabe, yang ada bukan sembuh malah makin parah."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AIZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang