19. BALASAN

81 45 401
                                    

Warning!
Berbijaklah dalam membaca!

Assalamualaikum sahabat💙
Gimana nih kabarnya?

Semoga untuk hari ini dan seterusnya diperlancar segala urusannya ya.

Ada yang kangen aku up enggak?

Lama banget ya aku upnya, hihi. Langsung baca aja ya...

Sebelumnya typo akan banyak di chapter ini, jadi bagi kalian yang menemukannya langsung tandai oke❤

Happy reading....

Sekasar-kasarnya lelaki akan ada sisi lembut yang ia tunjukkan untuk seorang wanita yang sangat berarti.

~AIZA~


"Banyak juga hasil razianya." Kana melihat benda-benda yang ada di dalam kardus.

"Iya, wajib tiap hari nih razia biar pada jerah," timpal Dimas.

Karel yang masih mengikuti Kana dan Dimas hanya bisa berdesis, dirinya sudah muak melihat keduanya yang selalu bersandingan. Tanpa permisi Karel menerobos pada selah Dimas dengan Kana yang mengakibatkan kedua orang itu terdorong dan menyingkir.

Kana menatap punggung Karel dengan mata menyipit.

"Kalau mau razia bawa dia aja."

"Kenapa?" tanya Dimas.

"Anak-anak sekolah ini pada takut sama dia. Liat aja tadi razia pada kicep semua, kaya ke geb sama ayah mereka sendiri." Dimas terkekeh mendengarnya.

"Tua amat jadi ayah." Kana menoleh kearah Dimas.

"Emang dia udah tua. Kelas 12 tapi kaya anak SD, susah diatur," ketusnya.

"Nakal itu cara dia mencari perhatian." Dimas tersenyum kepada Kana yang menatapnya.

"Kita gak tau kehidupan orang lain bukan? Ada kalanya dia tertawa namun menangis dalam diam. Terlihat banyak teman namun dirinya merasa sendiri."

"Banyak masalah yang dirinya tutupi rapat-rapat."

Kana termenung, apakah lelaki dihadapannya ini sedang menyindirnya? Ahh... mungkin hanya perasaannya saja.

"Aku kira kamu paham dengan kejadian dilapangan yang lalu." Setelah mengatakan itu, Dimas pergi meninggalkan Kana yang kembali berfikir.

Tunggu sbentar, seperti ada yang aneh?

*****

"Jharna! Oon nya gak ketulungan," ucapnya penuh penekenan.

"Astagfirullah..!"

Jharna yang mendengar meringis dibuatnya.

"Sorry, gak sengaja," cicitnya.

"Lo tuh disuruh megang apapun gak pernah bener ya!" Billa menatap tajam pada Jharna yang menggigit bibir bawahnya.

"Liat, tangan Kana penuh sama tinta!" marahnya.

"Asli gue gak tau kalau tintanya bolong."

"Kalo gak bolong, itu tinta gimana keluarnya pea'!" geram Billa.

Billa menaruh kasar tempat tinta tersebut ke atas meja dan menghela nafas lela.

"Ihh... punya temen gini amat dah!" Billa mengeratkan kepalan tangannya, diri gereget ingin mengacak-ngacak wajah Jharna. Bukan karena prihal tangan Kana saja yang terkena melainkan mejanya pun terkena tumpahan tinta tersebut yang membuat dirinya harus mengeluarkan tenaga untuk membersihkan kekacawan itu, padahal dirinya sedang mode mager untuk melakukan sesuatu apalagi yang mengeluarkan tenaga.

AIZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang