2. KEHILANGAN

247 182 379
                                    

Happy Reading...

Kalau boleh jujur
aku benci dunia ini.
Kenapa aku ditinggal!
Kenapa?
Apa mereka sudah
tidak menyayangiku?

~Noeralia Kanaya Vallery Putri~

*****

Langkah Kana berhenti disebuah lorong yang memiliki satu ruangan. Tubuhnya gemetar ketika turun dari mobil. Pandangan Kana kosong menatap lurus kearah ruangan yang bertulis KAMAR JENAZAH.

Kristal bening mengalir keluar dari kelopak matanya ketika tangan itu menyentuh dinginnya gagang pintu.

Sesaat pintu itu terbuka, matanya di sambut oleh sebuah kain putih yang tergelar menutupi sesuatu diatas brankar.

Kakinya melangkah pelan kearah tiga brangkar, sesampainya di salah satu brankar tangan Kana terangakat dan langsung menyingkap kain putih itu.

Tubuh Kana menegang, tangan Kana terangkat menutup mulutnya yang menganga, air mata turun perlahan. Kana menggelengkan kepalanya.

"Enggak. Enggak!"

"Adek! Hey kamu kenapa tiduran disini? Muka kamu kenapa? Habis berantem ya? Kan Kakak udah bilang gak usah belagu jadi jagoan! Kalo kaya ginikan pasti sakit," ucap Kana sambil mengelus lebam yang berada di wajah Pras.

Deg

Bola mata Kana membulat.
"Dek kok kamu dingin? Kamu sakit?"

"Dek jawab Kakak! Gak baik loh kalo yang tua nanya gak di jawab, Dek! PRAS!" tangis histeris Kana keluar, dia memeluk tubuh Adiknya yang tergeletak di atas brankar.

Mata Kana menatap ke arah dua brankar yang masih tertutup kain putih, dengan langkah cepat Kana menghampiri dan langsung membuang kain putih itu.

"Ma, Pa! Kalian juga kenapa tiduran disitu?" tangis Kana tidak berhenti sedari tadi.

"Kalian mau ngerjain Kana, kan?"

Tubuh Kana amburuk karena kakinya sudah tidak kuat menopang tubuhnya yang semakin bergetar, tangisan dan suara pilu keluar dari mulut Kana.

"KANA GAK ULANG TAHUN, MA!" histeris Kana, dirinya meraung hebat ketika tidak ada jawaban dari keluarganya. Kepalanya menyandar ke keramik rumah sakit yang begitu dingin. Sebagian hidup nya hilang, kebahagiaan nya lenyap, penguatnya pergi menjauh.

Seseorang yang baru masuk keruang itu langsung berlari menghapiri Kana yang tergeletak bergetar di atas lantai. Tangannya mengakat tubuh Kana agar bangkit dan memeluknya. Tangisan dari keduanya memunuhi ruangan ini dan mungkin terdengar sampai keluar.

Cristy hancur melihat Kana yang menangis histeris, dia juga masih tidak percaya bahwa Kakaknya akan pergi sebegitu cepat.

*****

Kaki Kana terus berlari kedalam lorong Gereja, tangannya terus mengusap air yang membasahi kedua pipinya.

Kana bersimpuh di depan altar dengan topangan kedua lututnya. Kepala Kana menunduk dalam-dalam ketika jutaan jarum tak terlihat menusuk perasaannya.

AIZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang