8. HAPPY SCHOOL

178 145 263
                                    

Happy reading...

H-1.

Nampak terlihat para warga sekolah sibuk berjalan dengan sesuatu yang berada di genggamanya. Mereka sibuk menyambut hari terpenting di sekolahnya, yaitu perayaan ulang tahun SMU BANGSA yang diadakan setiap tahun, tepat hari esok dengan berbagai kegiatan.

Yang membawa para penghuni sekolah ikut andil di dalam kegiatan tersebut tanpa terkecuali.

Termasuk Kana yang saat ini disibukan dengan mencari anggotanya yang entah pergi kemana, tidak lupa dengan bantuan para sesinya. Wajahnya mulai memerah menahan emosi gimana gak emosi, masa punya anggota harus dikasih tahu dulu tanpa ada inisiatif, bikin pekerjaannya makin menambah saja.

"Kalian!" ucap Kana dengan nada agak meninggi kearah lima laki-laki yang sedang duduk dikursi kantin dengan sepiring dan minuman yang di santapnya.

Kelima orang itu menoleh dan mendapati ketua mereka yang menatap tanpa berkedip. Salah satu cowo menyengir dan yang lainnya meringis.

"Latihan! Kenapa harus dikasih tau sih," geram Kana.

"Sorry Kan, ngisi perut dulu laper nih gue," ucap cowo yang menggunakan hoodie sambil menyuapkan satu sendok nasi goreng kemulutnya.

"Anggota lo udah nungguin, Lan."

"Iya bentar lagi nih tinggal sesuap." Dan yang namanya Alan memakan suapan terakhir dari dalam piringnya.

"Cepet, jam 10 udah gladi!" setelahnya Kana melenggang pergi dari kantin.

Kana berjalan melewati lapangan, dimana lapangan tersebut sedang ramai dengan para osis yang sedang menghias panggung acara dan lainnya.

Mata Kana tidak sengaja melihat seorang yang baru dikenalnya beberapa hari lalu, Kana ingin menyapa namun langsung diurungkannya manakala seseorang itu sibuk dengan kegiatannya yang sedang memasang tirai di sekitat panggung pentas.

Dengan mengedikan bahu dan tanpa mau mengganggu orang tersebut, Kana memilih melanjutkan langkahnya untuk menghampiri anggotanya yang kemungkinan sudah berkumpul, bisa jadi bahkan belum kumpul. Emangnya anggota kana itu bebal apa lagi seangkatannya.

Dilain sisi Billa dengan setumpuk kertas di pelukannya berjalan sendirian di koridor dekat lapangan, dirinya bersenandung hingga pandangannya jatuh ke tubuh Kana yang berbalik dan berjalan membelakanginya di sebrang sana.

"KANA," teriak Billa. Namun sepertinya tidak didengar, terlihat dari pergerakan Kana yang tidak menoleh.

"WOY." Billa berlari ketengah lapangan tanpa menghiraukan tatapan anak OSIS yang tertuju padanya. Fikiran nya hanya tertuju pada Kana. Tidak ingin menghambat waktu dengan berlari mengelilingi lapangan dirinya memilih jalan pintas yaitu berlari membelah lapangan.

"Kana...."

Bruk

Tubuh Billa terjungkal kebelakang, dengan pantat terlebih dahulu menyentuh rerumputan di lapanga. Tangannya sudah kosong tanpa satupun kertas yang berada dalam genggamannya.

Billa meringis.
"Pantat gue, nangis...." Billa menatap kertas-kertas yang berhamburan di sekitarnya, itu kertas yang dibawanya. Mampus masalah.

Billa menepuk kening dan mengalihkan pandangannya ke depan. Matanya membulat manakala netranya menangkap sosok laki-laki yang terduduk sama sepertinya dan meringis sepertinya pula!

Laki-laki itu berdiri sambil menepuk-nepuk pantatnya dan mengalihkan padangan kebawah tepat dimana wanita yang menabraknya masih berada. Tangannya terulur untuk membatu.

Billa menatap pergelangan tangan dan wajah datar tersebut, dengan ragu dirinya menerima uluran dari lelaki itu.

Setelah sama-sama berdiri lelaki tersebut kembali berjongkok untuk memunguti kertas yang berserakan, dan hal itu membuat Billa merasa tidak enak, dengan inisiatifnya dia mengikuti kegiatan tersebut, tanpa di sadari ternyata para anggota OSIS ikut membantu ketuanya. Setelah tersusun anggota OSIS memberikan beberapa lembar kertas ke ketua mereka, dan sang ketua memberikannya lagi ke sang pemilik yang sudah berdiri dengan beberapa kertas didalam gendongannya.

"Jalan itu sambil ngeliat."

"Maaf," cicit Billa.

"Ada yang luka?" tanya Dimas dan dijawab gelengan dari Billa.

"Yaudah sana," usir Dimas tanpa menghiraukan Billa yang menatapnya dengan tampang cengoh.

Tanpa memperpanjang urusan dan di tatap intens dari anggota OSIS terutama sang sekretaris yaitu Diana yang memandang sengit kearahnya, Billa memilih pergi dari lingkup ini dan kembali ketujuannya, berlari mengejar Kana.

Sepanjang perjalanan Billa terus saja merutuki ke bodohannya hari ini, jam ini, menit itu dan detik itu. Tanpa disadari sudah ada orang yang berdiri di hadapannya.

Bruk

Billa mengusap keningnya gusar, lagi dirinya menabrak orang.

"Hari apa sih ini?" gerutunya.

"Selasa," ucap seseorang yang berada di hadapannya.

"Oh," ucapnya lalu meringis
"Sorry, gue gak ngeliat makanya nabrak." Lanjutnya dengan nada cepat.

"Tahu, kalo ngeliat juga gak akan nabrak," sahut orang tersebut yang entah siapa. Billa masih enggan menatap kedepan, sepatunya yang kotor lebih menarik dipandangannya.

"Pengertian bang- et." Billa menatap kedepan dengan mata binar, seketika dirinya menurunkan pundak dan menghela nafas.

Kana terkekeh melihat ekspresi yang diberikan sahabatnya.

"Kenapa sih?"

"Aww," pekik Billa ketika tangan kana menyentuh pergelangan tangannya.

Dengar gerakan cepat Kana melinting lengan baju Billa, terlihat lah sebuah luka memanjang yang masih merah dilengan kuning langsat tersebut seperti tergores benda lancip.

"Ini kenapa?" tanya Kana yang masih memperhatikan luka tersebut.

Billa meringis ketika jari tangan Kana menyentuh lukanya.
"Kegores ranting waktu jatoh tadi, keknya," ucap Billa sambil menyengir.

"Awww!!" pekik Billa lebih keras dari yang tadi ketika Kana malah menekan lukanya.

"Lebay," sarkas Kana.

Billa terkekeh dan membenarkan lengan baju yang terangkat dengan lembaran kertas dipeluknya erat-erat agar tidak jatuh. Setelahnya Billa menyerahkan setumpuk kertas itu ke Kana.

Kana yang bingung menatap lembaran kertas tersebut dan Billa, denga alis terangkat.

"Kertas TO anak kelas 12 dari Pak Putra."

"Terus?"

"Bantuin ngerekap ya," ujar Billa dengan pupil eyesnya.

"Egak!" bantah Jana sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
"Lo tau gue sibuk! Sibuk ngurus persiapan anggota gue buat besok."

"Gue mau keruang musik." Kana melangkah pergi, namun terhenti ketika sebuah lengan menahan baju bagian belakanya. Siapa pelakunya? Ya jelas si Billa, mau siapa lagi.

"Nge-rekap nya di ruangan lo aja sambil mantau anggota, elo." Kana menggeleng dan ingin berbicara namun ter henti keti mulut Billa masi ingin berbicara sambil menarik lengannya.

"Bantu gue pokoknya, gak ada penolakan. Karena gue maksa!"

Yasudah mau bagai mana lagi, jika sudah sperti itu sifat keras kepalanya susah di bantah. Kana pasrah saja mengikuti keinginan Billa, toh sahabatnya lebih penting. Dan dapat dikatakan, dia bahagia gue juga bahagia.

TBC.

Maaf kalau di part ini dan part sebelumnya banyak typo dan banyak kalimat yang tidak nyambung. Maklum lah ini cerita pertama yang aku buat, masih harus banyak belajar lagi buat nulis.

Jangan lupa vote dan komen ya❤

See you 👋

AIZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang