23. TITIK AKHIR

24 6 112
                                    

Warning!
Berbijaklah dalam membaca.

"Kata orang kebahagiaan itu dicari.
Tapi kalo kata gue, kebahagiaan datang dari Tuhan, jika Dia berkata tidak maka sulit kebahagiaan itu ditemui."

~Anatasya Maheswari~

Happy Reading...

"Awww!"

Semua menatap terkejut apa yang baru saja terjadi.

Seorang gadis terduduk dijalan sembari meringis.

Kana cukup terkejut, ditolehkan kepalanya kesamping kiri. Sebuah tangan menggenggam lengannya tidak lupa dengan aura dingin terurai dari wajah pria tersebut.

"Hati-hati!" pinta pria itu.

"Kak Asya," lirih Kana ketika melihat kembali Asya yang masih duduk dipinggir jalan dengan mengeluarkan ringisannya.

Kana bergera mendekati tubuh Asya untuk membantu gadis itu, namun cekalan memberhentikan gerakannya. Tubuhnya terhuyung ketika kakinya harus mengikuti langkah lebar pria di depannya memasuki bus yang sudah berhenti di hadapannya.

Asya menatap tubuh keduanya.
"Karel sialan!" geramnya, dengan cepat Asya berdiri dan mengibas rok bagian belakang dengan kasar. Kakinya bergerak memasuki bus dengan menghentak.

Ketika sampai di dalam bus, Asya menoleh dan memandang sengit pada Karel yang tengan menunduk dengan ponsel digenggaman pria itu, tidak lupa airphone terpasang dikedua telinganya, lirikan Asya bergantian melihat ke arah sisi Karel dimana Kana memandang ke luar jendela.

Asya mengambil nafas berat dan melangkah ke sisi kosong penumpang dimana dirinya memilih tepat dibelakang Karel. Sebelum melewati Karel, Asya kembali melihat lelaki tersebut dan menendang tulang keringnya begitu saja.

Karel yang kaget melihat ke pelaku yang melewati dirinya tanpa sepatah katapun. Sakit? Tidak, tendangan itu tidak sekuat yang kalian fikirkan kok, kemungkinan kalau kalian yang merasakan hanya rasa nyeri yang didapat.

Karel menggelengkan kepala dengan ke dua mata tertutup, dirinya tidak mengerti dengan gadis di belakangnya yang terus saja mengoceh sepanjang perjalanan. "Apakah mulut gadis itu tidak capek jika terus berkomat-kamit," fikirnya.

Hingga seruan gadis itu membuat kedua mata Karel terbuka dan menoleh ke belakang.

"Apa lo liat-liat!" Karel mengikuti arah pandang gadis itu yang mengarah tepat di sebrang bangku yang diduduki Asya. Terlihat seorang pria paruh baya dengan tubuh berisi memandang lapar ke pada tasya, apa lagi titik fokus pria itu ada di paha Asya yang terekspos.

"Mau gue culek mata, lo!" lanjutnya dengan mengarahkan kedua jarinya seolah ingin mencolok kedua mata yang tak jernih itu.

"Jaga mata, lo!" desis Karel. Pria itu menoleh ke arah Karel yang sedang menatapnya dengan sengit.

Karel membuka jaket yang membungkus tubuhnya, lalu melemparkan kearah belakang tepat mengenai wajah gadis itu yang sudah geram karena ada yang melempar barang tepat di wajahnya. Dengan kasar Asya menyingkirkan benda yang menghalangi penglihatannya. Dilihatlah jaket itu, jaket yang sangat dirinya kenal.

Asya mendongak ketika suara Karel terdengar.
"Pake! Buat tutupin paha, lo."

Cukup lama terdiam tanpa mengubah posisi awal dirinya memegang jaket tersebut, Asya berdiri dan melangkah menghampiri sang empunya.

AIZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang