22. PENGIKUT

28 8 46
                                    

Happy Reading...

Ketika hati sudah menetap. Akankah tembok ke-egoisan itu dapat diruntuhkan?

~AIZA~
*****

Kana mendengus ketika sosok Karel kembali mengikutinya. Sudah beberapa kali pula gadis itu mengusir baik secara halus maupun meninggikan suaranya, namun lelaki itu tetap kukuh pada pendiriannya entah apa yang ada didalam fikiran cowo tersebut yang membuat Kana heran akan tingkahnya.

Kana memutar tubuhnya dan menggembuskan nafas lelah.
"Kakak gak capek ngikutin saya terus?" Karel menggeleng.

"Udah lah kak, sebentar lagi bel masuk. Mending kakak langsung balik ke kelas." Karel kembali menggelengkan kepalanya yang membuat Kana ingin mencakar wajah tampan itu.

"Huh. Sekarang mau kakak gimana?" tanyanya dengan memaksakan senyum. Sudah cape dirinya memperingati dengan bermacam ekspresi namun hanya dihadiahi gelengan saja.

"Ngikutin, lo."

"Kakak bukan sebuah buntut yang harus mengikuti tuannya. Kana risih diikutin gini."

"Gue gak peduli." Lihat pria itu berbicara santai sekali dengan tangan yang menyilang di depan dada dan tampang datarnya.

"Kak, Kana marah loh," ucapnya sembari mendengus seolah kesabarannya telah habis.

"Gue tau lo gak gampang marah." Lagi, Kana dibuat cengoh mendengarnya.

"Eh liat ada cewe cantik disana, kak!" Sudah lagi, Kana sudah kehilangan ide untuk mengusir kakak kelasnya ini.

"Depan gue juga cewe," jawabnya santai. Oke, Kana mulai frustasi. Sepertinya dia sudah tertular sifat Billa yang mudah emosian.

"Tau lah kak, serah kakak aja yang penting happy."

"Ooo... ya jelas." Kana menyoroti mata Karel dengan menyipit.

Kana membalikan tubuhnya dan melenggeng pergi, sudut matanya melirik ke belakang dan melihat Karel yang kembali mengikutinya.

"Berasa anak kecil yang dijagain ayahnya," gerutu Kana.

"Emang gue harus jagain, lo." Ucapan itu membuat langkah Kana terhenti dan membalikkan kembali tubuhnya.

"Buat apa sih, kak? Kakak bukan siapa-siapa saya, jadi gak usah jagain gak jelas gini."

"Yaudah, ayok pacaran?"

Kana menggaruk pelipisnya.
"Gimana?" tanya Karel ketika tidak ada jawaban dari gadis yang berada dihadapannya ini.

"Gak."

"Gue ngerasa, lo lagi dalam bahaya. Jadi biarin gue jadi pacar lo dan bisa lindungi lo full 24 jam."

Kana mendelik.
"Kakak bukan bodyguard." Kana kembali melanjutkan langkahnya.

"Kemarin alesannya karena Bu Neni, sekarang pake alesan ngejagaiin karena ngerasa ada bahaya. Cenayang kali tu orang!" gerutu Kana yang masih dapat didengar oleh Karel, pria itu terkekeh mendengarnya.

"Dimas!" Karel berhenti di tempatnya, matanya menatap pergerakan Kanan yang melambai pada seseorang yang jaraknya lumayan di depan sana dan gadis itu pun berlari mendekati sosok lelaki yang dipanggilnya tersebut. Karel tidak lagi mengikuti Kana dan melenggang pergi ketika matanya menangkap seseorang yang bergerak menjauh darinya.

*****

Grep.

Karel mampu memberhentikan langkah seseorang itu dengan mencekal tangannya.

AIZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang