3. KENANGAN

211 170 265
                                    

Happy Reading.....

Sakit hati menyimpan
semua kenangan ini.
Kenangan yang hanya
ada untuk di ingat.

~Noeralia Kanaya Vallery Putri~

*****

Kriet

Pintu besar terbuka dengan seseorang yang mulai memasuki rumah. "Sunyi"
Itu yang dirasakan Kana ketika memasuki rumahnya. Matanya terus menatap nanar disetiap ruangan, hingga ruangan yang membuatnya bersinggah "ruang keluarga".

"Kakak jelek!"

"Kakak bantuin Mama."

"Mama, Kakak punya cowok!"

"Kakak ambilin koran didepan."

"Mama, Kakak ngambil permen Pras."

"Kakak sepatunya dicuci dong."

"Kakak, buatin Papa kopi ya?"

"Kak! Pras pengeng jadi jagoan, kaya preman pasar gitu."

Seulas senyum bahagia terbit dibibir Kana.


"Kakak kalo gak ada Mama sama Papa jangan sedih ya, jangan ngerasa sendiri."

"Masih banyak orang yang sayang sama, Kakak."

"Kakak gak akan sendiri Mama, Papa sama Adek selalu ada disamping, Kakak. Terutama disini."

"Ini buat, Kakak. Ini Adek beli di amang jepit depan sekolah, Kakak jaga ya."

"Kana, mereka kecelakaan."

"ARGHHHH!" Kana mengacak rambutnya dan langsung terduduk di lantai, tangisan kembali hadir. "Kana gak siap Tuhan."

"Mama."

"Papa."

"Pras," lirihnya ketika melihat figuran foto keluarga yang cukup besar tertempel di dinding dekat tv.

"Kana kangen."

"Kenapa kalian gak mau ngajakin Kana? Hiks...."

*****

"Kana tinggal sama Nenek dan Tante ya?"

Kana menaikan pandangannya dan menatap Nenek serta Tante yang duduk dihadapannya.

"Disini?" tanya nya parau.

Cristy menggeleng,
"Di rumah Nenek."

"Terus rumah ini?"

"Dijual ya buat biaya kuliah Kana nanti."


"Tapi rumah ini banyak kenangannya," ucap Kana yang mulai berkaca-kaca.

"Kana gak boleh nginget itu semua, Kana harus bangkit."

Kana matap langit-langit atap. Ditatapnya setiap sudut rumah ini.
"Kana gak boleh terpuruk, Kana gak boleh egois, ini juga demi cita-cita Kana kelak."

"Iyaudah kalo mau dijual," ucap Kana sendu.

"Sekarang beresin semua barang Kana ya," ujar sang Nenek yang telah pindah duduk disebelah Kana dan mengusap rambut cucunya.

Hari-hari telah dilalui Kana dengan berteman sebuah kenangan yang diberikan oleh keluarganya.

Melupakan itu sulit, sungguh sangat sulit.

Tanpa kehadiran orang tua yang selalu memberikan kasih sayang dan mengajari banyak hal, walaupun itu semua didapatkan kembali dari nenek serta tantenya. Tapi sadarlah semua itu berbeda. Kana mencoba tegar, namun dia hanya manusia biasa yang mencoba namun selalu gagal.

Mencoba untuk tidak menangis, namun setiap malam dia menangis.

"Kalian lagi apa?"

"Kalian bahagiakan disana?"

"Kana udah ikhlas."

Tiga kalimat itu yang terucap ditengah malam kala dia menangis.

Pagi ini Kana menggunakan dres selutut, agenda nya setiap minggu yaitu beribadah. Gereja ini tempat mereka sekeluarga selalu beribadah walaupun letaknya cukup jauh dari rumah sang nenek namun tidak terlalu jauh dari rumah lamanya.

Kedua tangannya tertangkup didepan dada, matanya menutup, panjatan doa dilontarkan untuk kebahagian orang tua serta adiknya.

"Tuhan jaga dan sayangi Mama, Papa, serta Pras disana. Kana udah belajar tegar, Kana mau buktiin ke Mama sama Papa kalo Kana anak yang kuat," ucapnya dalam hati.

Mata Kana terbuka, bibirnya mengukir sebuah senyu, tatapan kedua bola matanya mengarah ke arah Salib di hadapannya.

*****

Kedua kaki Kana berhenti di gerbang sebuah rumah. Rumah yang dulunya selalu dirindukan ketika dia sedang berada disekolah, "bawaannya kepingin pulang makan masakan Mama, ngobrol sama Papa, berantem sama Pras."

"Kana rindu itu."

Setelah bediri cukup lama di depan gerbang rumahnya. Kaki kana melangkah menjauh dari rumah itu.

Kakinya terus berjalan, hingga berhenti di sebuat tugu bertulisan TPU.

langkah Kana memasuki area pemakaman itu hingga berhenti di gumukan tanah yang tanahnya tidak lagi basah dan mulai dutumbuhi beberapa rumput liar.

Kana berjongkok di pusaran milik adiknya.

"Adek lagi apa?"

"Kana kangen kalian," ucap nya sendu memandan tiga gundukan tanah yang letaknya bersebelahan, setetesan air mata mengalir dipipinya.

"Maaf, Kana belom bisa jadi seperti apa yang kalian mau."

"Kana sayang kalian."

"Tunggu Kana ya?"


TBC.

Trimakasih sudah membaca sampai part ini. Jangan lupa tekan tanda bintang dan komen, agar aku semangat buat melanjutkan cerita ini.

Salam hangat👋

AIZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang