P A R T - 1 4

234 33 389
                                    

Selamat datang kembali, para readers tersayang UwU

Baik yg silent, normal, maupun yg hobi ngajak gelud, semua Ara sayang kok.

Dan bagi kalian yg suka cerita Ara, bisa vote & komentar sebanyak-banyak nya (bahkan klo mau gelud onlen juga boleh :'v)

Follow nya juga, please.

Dah lah, selamat baca :D

____________________________________________________

Ku membuka mata ku, ah . . . aku kini berada di Ruang Kesehatan. Kepala ku masih terasa pusing karena benturan tadi.

"Solar! Kau sudah sadar!" seru seseorang ceria, namun tak dapat ku lihat dengan jelas siapa yg berbicara karena semua nya terlihat buram.

"Ah iya, Ini," ucap salah satu dari mereka sambil memberikan sesuatu. Ah, ternyata itu sebuah kacamata.

Tapi, kenapa terasa asing?

Ah tak peduli lah, aku pun segera memakai nya. Aku pun tersenyum saat mengetahui teman-teman ku berada disini.

"Selamat kembali, Solar!" seru Leyna & Auza bersamaan.

"Ah, terima kasih. Berapa lama aku tak sadarkan diri?" tanya ku.

"Ummm . . . kurang lebih 2 hari," jawab Auza menduga-duga.

Dua hari? Wow, lama juga.

"Kepala mu berdarah, untung saja tak begitu parah. Atau tidak, aku tak bisa menangani nya," ucap Ice sambil berdiri menyender ke tembok.

"Kacamata mu juga sangat hancur, kau tau??? Mereka seperti nya sangat dendam kepada mu!" seru Clara.

"Clara benar, Solar. Jadi, Cahaya meminjamkan kacamata milik nya kepada mu," timpal Hiyra.

Pantas saja terasa asing, jadi ini miliknya? Aku bahkan baru tau kalau Cahaya sebenarnya memakai kacamata.

"Benarkah? Lalu, dimana dia?"

"Dia ada di perpustakaan seperti biasa, tapi jangan menemuinya dulu. Kau belum sehat sepenuhnya," balas Rasya.

"Bagaimana bisa kau berakhir seperti ini?" tanya Stella, aku pun mengingat kembali kejadian tersebut.

Aku pun menghela nafas ku. "Aku tak tau. Namun, begitu aku keluar dari kamar mandi, aku langsung dipukul oleh seseorang dengan tongkat. Setelah itu . . . ya seperti biasa, mereka membuli ku," jawab ku.

"Oh begitu," balas Stella setengah bergumam.

"Ck, sepertinya mereka sudah tidak waras. Apa-apaan sampai melukai fisik begitu?" gerutu Air, aku pun tertawa pelan.

"Biarkan saja lah, aku tidak apa2."

Namun, aku malah dihadiahi tatapan tajam oleh Air. "Itu berarti mereka bisa saja melakukan hal yg lebih parah pada mu, gunakan otakmu."

Aku pun terdiam. Ada benarnya juga ucapan Air, berarti mereka sudah tak peduli dengan aturan sekolah. Bisa saja mereka melakukan hal yg lebih parah dari ini, bukan?

"Berarti, kau harus lebih waspada," ucap Stella.

"Yeah! Untunglah ada Ice waktu itu, andaikan saja ia tak ada atau telat beberapa menit saja . . . ah! Aku tak tau apa yg akan terjadi!" seru Clara.

"Itu hanya kebetulan, lagian mereka memang sudah pergi saat aku tiba," balas Ice.

"Huh, memang Ice menyelamatkan Solar. Tapi, dia juga yg menghabiskan jatah kalkun & semua hidangan milik Solar," ucap Air.

SCHOOL FOR THE RICHEST [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang