P A R T - 2 7

169 26 212
                                    

____________________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________________________________________________

Aku terus ditarik sembari berjalan mengikuti Ice oleh Cahaya, padahal aku bisa berjalan sendiri.

"Bisa kau melepas tanganku, Cahaya? Aku kan bisa jalan sendiri," ucapku.

Ia pun terkekeh. "Tidak sampai kita menyusul Ice. Siapa suruh kau terlalu lama berbicara dengan kulkas berjalan itu," ucapnya yg masih setia menarik tanganku.

"Lah? Memang apa masalahnya? Kami kan hanya mengobrol?" Tanyaku yg masih bingung, dia pun berhenti & menghadap kearahku.

"Memang kenapa, Cahaya?" tanyaku, ia pun mencubit pipiku gemas sambil tersenyum jahil.

Aduh, bisa-bisa pipiku jadi tembam jika ia terus-terusan mencubitnya.

"Aku sudah dikelilingi oleh 3 manusia kulkas berwajah tembok, aku tak mau menambah satu lagi."

Astaga, ada-ada saja anak ini.

"Hanya karena itu?" tanyaku, ia pun melepaskan tangannya yg tadi mencubit pipiku & mengangguk.

"Ayo!" Dia kembali menarikku menyusul Ice, dengan susah payah aku menyetarakan langkahku dengan dirinya.

"Kau tidak berniat menunggu Hali?"

"Biarkan saja tuan pemarah itu! Lebih baik kita susul Ice!"

1 kata untuk mendeskripsikan diriku saat ini, lelah. Aku sulit menyetarakan langkah kaki dengannya, ditambah ia setengah berlari.

Rasanya aku ingin mengesot saja.

SKIP TIME >>

Akhirnya kami sampai juga di depan pintu keluar rooftop paling atas, beberapa butir salju pun mengenai wajahku.

Aku pun segera memakai sarung tanganku & merapatkan syalku agar terasa semakin hangat. Angin dingin cukup terasa diatas sini.

[Kirina : Informasi, rooftop gedung utama sekolah mereka terdiri atas 3 lantai sama seperti asramanya kalau kalian masih ingat. Yg café  tadi ada di rooftop lantai dasar.

Reyde : ngga paham? tanya Ara.]

"Kenapa sih mengadakan konser ditempat terbuka? Kenapa tidak di dalam ruangan saja? Ini kan musim dingin," ucapku setengah menggerutu, Cahaya menggedikkan bahunya tanda tak tahu.

"Kau kedinginan?" tanya Cahaya.

"Ya, begitulah. Kenapa memang?" balasku bertanya.

"Ingin pegang tanganku? Siapa tau, kau bisa merasa lebih hangat," ucap Cahaya tak lupa dengan senyum hangat yg terpatri indah di wajahnya.

Wajahku menghangat & jantungku berdetak lebih cepat. Padahal aku tak punya riwayat penyakit jantung, tapi ia malah memberiku serangan jantung.

"K-kau yakin tak apa jika a-aku memegang t-tanganmu?"

SCHOOL FOR THE RICHEST [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang