Chapter 50

869 45 12
                                    

===

Dari jarak yang tak begitu jauh, Chandra tersenyum tipis menatap dan memperhatikan pergerakan punggung seorang wanita yang bergerak menjauh dengan tujuan pergi memasuki restauran yang berada dekat dari penginapan mereka.

"Chandra!" Namanya terpanggil tatkala wanita yang ia perhatikan sejak tadi berhenti lalu menoleh ke arahnya. "Sini, cepat!" Pinta wanita tadi yang benarlah Sahla orangnya sambil mengibaskan tangan agar ia segera mendekat.

Chandra mengangguk santai tanpa mempercepat langkahnya, tentu saja karena niatnya ingin tetap terlihat cool di depan wanita itu.

"Buruan astaga!" Sahla menghentakkan kesal kakinya di tempat.

"Heum." Dehem Chandra ketika beberapa langkah sebelum akhirnya bisa berada tepat di samping Sahla.

"Jalannya jangan lama-lama, insecure gue di sini. Ayo buruan masuk!" Sahla lalu mulai berjalan kembali untuk segera sampai ke dalam restauran.

Sembari terus berjalan, Chandra menoleh ke kanan kirinya yang banyak warga setempat dengan tatapan malas. "Standar kecantikan seperti apa yang Sahla pakai sampe dia harus merasa insecure?" lirih Chandra tak habis pikir, pasalnya, menurutnya Sahla sudah sangat cantik.

Setelah berada di dalam restauran, tanpa pikir panjang lagi Sahla meminta Chandra untuk memesankan hotpot, persetan masih pagi makan begituan. Ia sudah sangat kepo bagaimana rasa makanan berkuah yang harusnya di makan beramai-ramai yang asalnya dari negeri panda itu.

"Yakin bisa abisin makanan itu?" tanya Chandra yang penglihatannya menatap penuh ke arah Sahla dengan posisinya yang bersandar di punggung kursi dan menyilangkan kedua tangannya maupun kakinya.

"Kalo gak abis kan, ada lo," jawab Sahla sambil bermain ponsel yang diberikan Chandra subuh tadi karena ia memaksa untuk dibelikan yang baru. Ya kali selama di China tangannya tak memegang benda pipih itu, bisa-bisa meninggal dia karena sudah lumayan kecanduan.

Tapi ya, tentu saja Chandra takkan membiarkan Sahla mendapatkan akses masuk yang bisa membuka aplikasi media sosial dunia yang pemerintah setempat blokir. Ia tidak mau saat sedang menghabiskan waktu bersama Sahla seperti saat ini wanita itu malah menghubungi Haikal.

Mata Chandra bisa-bisanya terkunci lama menatap wajah ayu Sahla yang tengah menunduk sebab sedang bermain game. Tapi itu tak bertahan lama ketika pikirannya mendadak terbesit untuk mengambil gambar wanita itu secara diam-diam untuk ia jadikan kenang-kenangan ketika esok tak lagi bisa menghabiskan waktu berdua seperti saat ini sebab Sahla lebih memilih omnya daripada dirinya.

Cantik sekali.

Respons cepat dari hatinya saat ia sudah lebih dari 3 kali mengambil gambar dan akan menekan tombol rekam yang ada di fitur kamera.

"Kalo lo udah ada gebetan, kenapa suka gue?" tanya Sahla saat tiba-tiba saja bersuara dan mendongakkan kepala yang tentu saja membuatnya sedikit gelagapan sampai-sampai menyembunyikan ponselnya ke dalam saku baju dengan keadaan kamera video masih menyala.

"H-hah?" kata itu terucap bersamaan saat ia gelagapan tadi.

"Kalo lo udah ada gebetan, kenapa lo suka gue?" Sahla mengulang persis pertanyaannya dengan sedikit penekanan di setiap katanya.

"Dih, ya gak lah. Siapa juga," sangkal Chandra tanpa mau menatap Sahla.

"Gak usah boong, keliatan banget udah,"

"Mana ada cinta kek gini, cinta ya menjaga. Nggak malah kayak gini," ujar Chandra tanpa sadar yang membuat Sahla tersenyum miring.

"Diluar ekspektasi, gue pikir lo cuma suka, suka kayak obsesi doang ke gue, ternyata lo malahan cin-"

"Nggak usah kepedean!" Potong Chandra sinis.

"Enggak, gue nggak kepedean. Cinta lo tuh ditujukan dengan cara yang berbeda walau niatnya sebenarnya sama seperti Pak Haikal, miliki gue."

Yang cinta sama lo sapa juga anj! Gue cuma mau tubuh lo kali, ya kali jatuh cinta sama bekasan.

"Terserahlah." balas Chandra guna mengakhiri kepedean Sahla, karena pelayan telah menyajikan pesanan mereka.

~~~

Haikal memejamkan matanya mencari kedamaian saat Steaf baru saja kembali dari rumah sakit setelah menjemput Michel sendirian. Ia tak bisa ikut karena dia tidak mau berdekatan dengan perempuan itu untuk saat ini.

"Gila Kal, tadi waktu gue mau ajak dia ke sini, dia ngamuk dulu masa. Untungnya ada perawatnya yang ngasih obat biar dia bisa mayan tenang." Steaf berjalan begitu santai dikuti Michel dan perawat yang ia maksud baru saja ke arah Haikal yang duduk di sofa.

Haikal akhirnya membuka mata dan penampakan yang pertama kali ia lihat adalah Michel dan sang perawat yang tengah berjalan dengan ritme pelan.

"Kalo dia di rawat bener-bener, bisa oleng lo Kal," Steaf mendudukkan dirinya ke sofa tak jauh dari Haikal.

"Gak tertarik." balas Haikal dengan tatapan datar ke arah Michel dan perawat yang ia sewa guna menjaga gadis kecil itu selama berada di sampingnya.

Steaf berdecih lalu berdiri kembali guna membawa Michel duduk di sampingnya.

"Kamu siapa?" tanya Michel lirih dengan penglihatan sayu ke arah pria asing yang tadi membawanya pergi dari tempat yang sudah lama ia tinggali.

"Panggil aja Kak Steaf," jawab Steaf lalu memegang lembut tangan Michel untuk gantain ia tuntun. "Letakan semua keperluannya di dalam kamar itu," sambungnya berbicara kepada sang perawat sambil menunjuk ke kamar yang dahulu Ariel tinggali.

"Iya." Perawat tadi lalu pergi kembali ke mobil guna mengambil barang-barangnya Michel.

"Michel udah makan belum?" tanya Steaf setelah Michel duduk beberapa centi dari Haikal yang hanya bisa mendesis atas kelakuannya.

"Jangan sakiti Michel," pinta Michel sambil menggeleng pelan dengan kepala menunduk.

"Enggak. Kita berdua janji nggak bakal sakiti adik cantik," balas Steaf sambil meremas lembut tangan Michel dengan kedua tangannya.

Michel yang mendapat jawaban seperti itu hanya mengangguk mengiyakan, berusaha mempercayai ucapan pria asing itu.

"Gue ke atas dulu," ucap Haikal tapi langsung Steaf halangi dengan mencekal lengannya dari belakang punggung Michel.

"Lo jaga dia, dari kemarin gue belum pulang." Gantian Steaf yang berdiri. "Untuk kali ini gue gak terima penolakan. Bye!" Sambungnya lalu berlari ke arah pintu keluar, karena Haikal hendak protes.

Haikal melirik Michel yang hanya diam diri. Ia pun lalu menghela napas panjang sambil berdiri untuk juga pergi menuju kamarnya, demi apapun ia tidak bisa duduk bersama dengan posisi seperti ini kepada perempuan lain selain istrinya dan keluarganya apapun alasannya itu.

"Jaga dia, jika ada apa-apa hubungi saya lewat telepon yang ada di kamarnya." ucap Haikal pada sang perawat yang muncul dari balik pintu.

"Iya."

~~~

Di kediaman kedua orang tua Sahla mereka sekeluarga tengah bersiap-siap pergi mengunjungi kakak perempuan Ariel yang sudah lama tak terdengar kabarnya, walau sebenarnya Ariel masih sering liat kakaknya mondar-mandir di sekolah.

"Ariel!! Ayo buruan ke mobil!" seru Winda dari dalam mobil saat Ariel masih berjalan menuruni anak tangga sambil memakai kaos.

"Iya Maaa!"

===
































BENTAR LAGI 2020 PART II SEGERA TIBA, WKWKWK CANDA😃😃😃

SEBENARNYA YANG BACA CERITA INI BERAPA ORANG SIH? 😭

KEKNYA BANYAK, TAPI KOK YANG KOMEN SAMA VOTE ITU-ITU AJA, HIKS HIKS🌝

28 Desember 2020

Marry a Teacher √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang