Chapter 11

1.1K 94 2
                                    

Vote🌟dulu sebelum membaca
Comment💬 setelah membaca

Happy Reading

"Jadi, lo itu masih SMP? Iya?" tanya El kepada pelanggannya yang janji temunya di taman sepi pengunjung.

"Iya Kak," jawab Sari- siswi SMP yang wajahnya sudah layaknya anak kuliahan.

"Lo gak bisa baca?" tanya El sambil melipat tangannya di dada.

"Bisa Kak,"

"Lo buta hah!?" bentak El.

Sari menggeleng pelan dengan rasa takut yang tiba-tiba menyelimuti hatinya.

"Kalo lo bisa baca dan nggak buta, kenapa lo nggak baca syarat yang gue tulis di info WhatsApp, hah!?" bentak El lagi yang membuat Sari menggigil langsung.

"Nafsu gue gede, Kak. Gak tahan liat orang gan-"

"Diem lo! Jan berani-beraninya lagi lo bohongi gue!" peringat El karena Sari membohonginya dengan mengatakan jika telah kelas 3 SMA.

Sari terisak sambil mengangguk pelan, "M-maaf."

"Pergi lo!" usir El.

Sari menggeleng menolak usiran El walau sebenarnya ia sudah tak mampu lagi menghadapai pria penjual tampang itu.

El menghembuskan napas kasar lalu mencengkeram pundak Sari agar gadis itu mau menegakkan kepala.

"Dek, gue peringati untuk terakhir kalinya ya? Gue nggak nerima pesanan cewek di bawah 18 tahun, paham lo?"

"T-tapi gue a-ada u-uang, Kak," lirih Sari yang membuat El sangat geram.

El menggertak gigi sambil menutup matanya sejenak sebelum membalas ucapan gadis SMP itu.

"Gue emang butuh duit, tapi bukan berarti gue bakalan langgar syarat ketentuan cuma buat dapet duit dari anak kecil sebangsa lo. Lo paham kan maksud gue?" tanya El yang langsung Sari angguki.

"Kalo lo paham sekarang juga pergi dari hadapan gue, sebelum gue rusak badan lo sampe lo gak ada harga dirinya lagi buat mempersiapkan masa depan besok!" Sambungnya sambil melepas cengkeramannya tadi.

Sari mengangguk lalu segera pergi dari hadapan El, karena ia juga takut jika El benar-benar akan merusaknya sampai ia tidak punya reputasi lagi di hadapan semua orang yang selama ini menganggapnya gadis berbudi baik.

El menghembuskan napas panjang sambil menjatuhkan diri ke kursi yang ada di belakangnya.

"Ck, mana setelah ini ada satu cewek yang harus ditemui lagi," keluh El dengan suara lirih sebab pikiran dan badannya sudah sangat kelelahan menjalani hari sibuk sejak pagi.

"TUHAAAN, GUE CAPEEK! KAPAN GUE BISA BERHENTI DARI PEKERJAAN INI, HAH!?" El berteriak frustasi untuk meluapkannya emosi buruknya.

"Jadi ini pekerjaan lo?" tanya cewek yang secara tiba-tiba berada di samping El.

El langsung menoleh saat mendengar suara gadis yang di kelas duduknya bersebelahan dengannya. "S-Sahla?" cengonya langsung berdiri lagi. "S-Sahla ini emang pekerjaan g-gue. T-tapi gue ada alasan tersendiri mengapa kerja kay-"

Bruk!

El yang berusaha menjelaskan dengan kalimat terputus-putus spontan menghentikan ucapannya ketika mendapat reaksi hangat yang Sahla berikan secara mendadak.

"Gue nggak membenarkan pekerjaan lo itu. Cuma gue juga nggak bakalan membiarkan prasangka gue mengatakan lo bukan cowok baik-baik. Kita semua punya masalah, tapi permasalahan lo berbeda dengan apa yang gue permasalahkan, jadi jangan pernah berpikir gue bakalan judge lo buruk," lirih Sahla yang memeluk El erat.

Marry a Teacher √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang