Chapter 3

2.2K 154 2
                                    

Vote🌟dulu sebelum membaca
Comment💬 setelah membaca

Happy Reading

Pagi ini Sahla dan Ariel tengah dihukum oleh kepala sekolah baru dengan jalan jongkok memutari lapangan sebanyak 5 kali, itu pun bolak-balik. Jika kalian ingin tahu siapa kepala sekolah barunya, dialah Pak Haikal Anggara, pria muda yang tiba-tiba menjadi kepala sekolah entah kapan acara pelantikannya dilakukan, Sahla dan Ariel benar-benar tak tahu.

"Ya ampun, kalo tau bakalan dihukum kayak gini mendingan tadi gue absen aja biar bisa rebahan sambil nonton film di rumah," ujar Sahla sambil meluruskan kakinya sejenak sebelum ia melanjutkan hukumannya yang kurang 4 putaran lagi.

"Kenapa berhenti? Lanjutkan jalannya!" Perintah Pak Haikal yang berdiri tak jauh dari Sahla.

"Kejap je ye Cikgu? Kaki Kakak sakit sangatlah," pinta Sahla dengan wajah nelangsa.

"Lanjut atau nambah?" tanya Pak Haikal datar.

"Ayolah, Pak. Jangan hukum Kakak dan adik Kakak kayak gini, kasihannilah dua budak tak bedosa ni,"

"Dia adik kamu?" tanya Pak Haikal sambil menunjuk Ariel yang terus berjongkok memutari lapangan.

"Iyalah, Pak. Orang mana lagi yang mau punya adik bego kaya Ariel selain Kakak?" jawab dan tanya Sahla sekaligus sembari membahasakan dirinya dengan sebutan Kakak.

"Pantesan." lirih Pak Haikal yang masih bisa Sahla dengar.

"Pantesan kenapa ya Pak?" tanya Sahla bingung.

Pantesan sama-sama aneh. Pak Haikal sambil menggeleng.

"Ya sudah, untuk pertama dan terakhir kalinya ini saya berbaik hati padamu dan dia. Sekarang kalian boleh masuk kelas!"

"Istirahat dulu ya, Pak? Punya saya jam pertama matimatin, kalo nanti saya mati gimana?"

"Mau masuk atau lanjut?"

Sahla berdiri dengan susah payah sambil menatap Pak Haikal sengit. "Kenapa sih Pak Haikal selalu memberikan pilihan sulit!? Ini hati, Pak. Bukan jajan yang banyak pilihan enaknya," balas Sahla mendrmatiskan diri lalu mulai melangkah secara perlahan, karena kakinya masih terasa sakit.

"Riel, hukuman kita diringankan sama Pak Haikal. Balik kelas sana!" teriak Sahla pada adiknya.

"E kamu ke mana, Sahla?" tanya Pak Haikal bingung, pasalnya arah perginya Sahla bukan menuju kelas melainkan belakang sekolah.

"Wi-fian, Pak. Heheh, Kasianilah hamba sahaya yang pagi ini belum download pacar baru," jawab Sahla.

"Pacar? Download?" beo Pak Haikal tak paham.

"Halu dia, Pak. Biarkanlah dia berimajinasi selagi tak menyusahkan saya." sahut Ariel yang tiba-tiba berada tak jauh dari Pak Haikal.

Pak Haikal menghela napas panjang. "Masuk kelas Sahla!" titahnya datar.

"Yah Pak, Pak Haikal nggak asik," ujar Sahla dengan wajah cemberut.

"Masuk!"

"Iya-iya Pak e, Kakak masuk kelas." balas Sahla yang akhirnya putar arah untuk balik ke kelasnya.

"Kaki lo sakit gak, Kak?" tanya Ariel yang berjalan beriringan dengan Sahla.

"Sakit lah, lo pikir!?" tanya balik Sahla ngegas.

"Mau gue gendong kagak?"

"Gak capek lo?"

"Tadinya capek. Tapi setelah melihat wajah lo capek gue menguap." jawab Ariel sambil memajukan bibir ke arah Sahla.

Marry a Teacher √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang