Chapter 21

1.3K 90 1
                                    

Vote🌟dulu sebelum membaca
Comment💬 setelah membaca

Happy Reading

Pagi harinya karena tak mengenakan pakaian sehelai pun, Sahla membuntal seluruh tubuhnya selain kepala menggunkan selimut sambil menangis pelan membelakangi Haikal yang baru saja keluar dari kamar mandi sehabis membersihkan diri.

Sembari mengerikan rambutnya dengan handuk, Haikal menatap punggung Sahla yang bergetar pelan. Ia tersenyum manis lau berjalan ke tepi ranjang dengan perasaan yang sebenarnya sedikit sesal. Tapi karena waktu tak bisa terulang dan kejadian tadi malam telah mereka lakukan. Ia mungkin hanya bisa menenangkan wanitanya itu.

Ketika sudah berada di hadapan Sahla yang sedang tidur miring di tepi ranjang. Haikal melihat wajah wanitanya merah padam dengan mata sembab. Dengan kekehan tanpa dosa, ia mendudukan Sahla walau agak kesusahan.

"Cup, cup, cup. jangan menangis lagi ya, Cantik. Tenanglah, kamu tidak akan berdosa kalo melakukan hal itu dengan saya," ucap Haikal sambil mengelus rambut Sahla penuh kasih sayang.

Hiks ... hiks ... hiks ....

"Astagaaa, enteng banget Bapak ngomong kayak gitu. Hiks, Bapak tuh udah ngambil keperawanan saya. Bapak jahaaat! Mana saya masih SMA, huaaaa!" balas Sahla tak terima dengan ucapan Haikal sambil berusaha menjauhkan kepalanya dari tangan pria itu, karena jika dia menangkis langsung dengan tangannya, jangan sampai lagi Haikal melihat tubuhnya secara bebas untuk kedua kalinya.

"Ya bagus dong. Lagian yang pertama ngambil keperjaakan saya juga kamu," balas Haikal yang tak mau kalah.

"Ih, saya nggak ngambil ya Pak! Saya tegaskan sekali lagi, SAYA NGGAK NGAMBIIIL!!" teriaknya di kalimat terakhir.

"Iya, bukan kamu yang ngambil. Cuma kamu yang pertama nyobain." ujar Haikal sambil mengecup singkat dahi Sahla sebelum pergi menuju lemari pakaian.

Sahla langsung cemberut kesal karena tak tahu harus membalas ucapan Haikal dengan perkataan apa. Tapi walaupun ia merasa kesal dengan pria itu, sejujurnya dia juga tak terlalu mempermasalahkan keperawannya telah hilang, lagian yang ngambil juga orang yang benar-benar memiliki hak atas dirinya.

"Kamu mandi dulu sana! Jangan cemberut terus, saya cium nanti," suruh Pak Haikal sambil memakai kaos putih di depan mata Sahla tanpa ada malu-malunya sedikit pun.

"Pak Haikal gak ada malu," cibir Sahla yang telah menghentikan tangisnya.

"Ngapain malu? Sama bocil juga," ujar Haikal dengan sangat songong.

"Saya bukan bocil ya Pak! Saya istri Bapak, kalo Bapak lupa itu," kesal Sahla dengan wajah yang sangat menggemaskan di mata Haikal.

"Saya bukan bocil ya Pak! Saya istri Bapak, kalo Bapak lupa itu," ulang Haikal dengan nada mengejek.

"PAK HAIKAL NYEBELIIIN!" teriak Sahla sangat kesal yang malah dibalas dengan tawa terbahak oleh Pak Haikal. "Gak lucu ya, Pak. Mon maap," sambungnya.

"Mandi dulu sana!" suruh Haikal ketika ia sudah menghentikan tawanya.

"Yaa Pak Haikal keluar dulu lha!" Sahla masih dengan raut yang kesal.

"Kok keluar? Emang kamu nggak perlu bantuan saya buat pergi ke kamar mandi?"

"Lha mana saya tau, saya kan ikan,"

Pak Haikal nambah bingung sambil menyipitkan matanya. "Bukannya area一"

"Bapak bawel ih, keluar sana!" usir Sahla yang memotong ucapan ngeri Haikal.

Haikal memutar malas kedua bola matanya sebelum pergi begitu saja tanpa mengucapkan sekata pun meninggalkan Sahla sendirian, karena ia harus membuat sarapan di dapur.

Setelah Haikal pergi, dengan area miss V yang sebenarnya sedikit perih, Sahla berjalan perlahan ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang begitu gerah.

~~~

Di dapur, Haikal sibuk memilih mie yang akan ia makan bersama Sahla nanti. Di rumahnya ini tidak ada orang lain selain dia dan penjaga rumah yang selalu berada di gerbang. Tahu tak bisa masak, Haikal malah memilih untuk tidak mempunyai pembantu yang khusus memasak di dapur.

Selesai memasak mie, Haikal langsung menggoreng telor tanpa diberi perasa, karena ia menyukai rasa yang hambar. Lalu setelah selesai langsung dihidangkan ke meja makan.

"Kalo kayak gini mah Sahla wajib bangga banget punya suami multitalenta kayak gue." Gumam Haikal yang begitu bangga setelah membuat 2 jenis masakan itu.

Merasa Sahla sudah selesai mandi, Haikal langsung berjalan ke lantai atas menjemput wanitanya untuk sarapan bersama. Setelah sampai di depan pintu kamar ia langsung membukanya dan malah mendapati Sahla tengah bercermin dengan memakai kaos abu-abu dan celana pendeknya.

"Saya pinjem pakaian Bapak ya," ucap Sahla saat melihat Haikal dari cermin.

Haikal mengangguk pelan sambil berjalan mendekati Sahla. "Sarapan dulu yuk!" ajaknya.

Sahla memutar badannya untuk menghadap ke Haikal sambil menggeleng pelan. "Bapak bisa ambilin buat saya nggak? Saya nggak bisa nurunin tangga," pintanya yang membuat Pak Haikal terdiam sejenak.

"Sakit?" tanya Pak Haikal sambil melirik area terlarang Sahla sekilas.

Spontan Sahla menutupi area itu dengan menyilangkan kedua tangan di depannya. "Jangan liat-liat!" larangnya yang malah membuat Haikal terkekeh.

"Saya gendong aja sini, saya nggak suka kalo ada orang yang makan di dalam kamar,"

"Nggak mu modus kan?" tanya Sahla curiga.

"Enggak. Lagian kalo modus kkita sama-sama dapet enaknya, kan?" Haikal menaikkan sebelah alisnya yang membuat Sahla memutar kedua bola matanya malas.

"Saya jalan sendiri aja lha," ujar Sahla lalu dengan langkah sangat pelan ia berjalan ke arah pintu. "Kyaaaa!!" Sambungnya berteriak heboh.

"Lama, keburu makanannya dingin." ujar Pak Haikal yang mengangkat tubuh Sahla ala bridal style.

"BAPAK MODUUUSS!!"

"Sama istri sendiri juga."

"Iiiih!!"

~~~

Di rumahnya Sahla, Ariel malah sibuk mabar tanpa memikirkan sekolahnya yang telah masuk sejak beberapa menit lalu. Ada alasan mengapa hari ini dia tidak sekolah padahal hukuman skorsnya telah selesai.

"Maaa, Dirga berangkat dulu!" pamit Dirga yang akan pergi kuliah saat sedang menuruni anak tangga.

"Iya, hati-hati di jalan!" peringat Winda.

"Iya, Ma." balas Dirga.

"Kak Sahla udah berangkat sekolah apa, Bang? Kok sejak pagi gue kagak liat dia?" tanya Ariel di sela-sela aktivitasnya bermain game.

"Eh Ariel. Nggak sekolah kamu? Bukannya hukuman skorsnya cuma 3 hari ya?" tanya balik Dirga.

"Iya, cma kalo gue berangkat sekarang pastinya nanti gue di suruh pergi kemah. Ogah banget gue nya."

Dirga menghela napas, karena ia dan saudara-saudranya entah mengapa menjauhi sekali sesuatu yang berhubungan dengan organisasi yang melibatkan banyak orang.

"Yaudah, Abang berangkat dulu,"

"Eeeeh, Kak Sahla ke mana dah?" tanya Ariel sambil menghentikan permainannya dan menatap Dirga.

"Sama Pak Haikal." jawab Dirga yang malah membuat Ariel terbengong keheranan.

"Kok bisa sama guru itu?"








































===

20 September 2020

Marry a Teacher √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang