Chapter 25

1.2K 83 0
                                    

Vote🌟dulu sebelum membaca
Comment💬 setelah membaca

Happy Reading

Berjalannya waktu dari hari ke hari, Sahla merasa Haikal sudah tak peduli padanya, karena sudah lebih dari seminggu sejak kejadian di pantai itu, Haikal tak mau dekat-dekat juga bicara dengannya.

Seperti saat ini, saat pelajaran Sejarah tengah berlangsung. Haikal hanya sibuk menjelaskan materi dan memberi pertanyaan kepada murid-murid yang lain tanpa mau melihat ke arah Sahla yang padahal cukup dekat jaraknya dengan meja guru. Kalaupun melihat itupun pasti tidak sampai 2 detik, karena matanya dialihkan ke objek lain.

Pak Haikal baperan amat sih, udah seminggu lebih padahal. Gitu aja masih marah. Lagian kan gue udah minta maap.

Sahla menatap Haikal dengan kesal sebelum ia alihkan pandangannya ke arah luar kelas yang kebetulan pintunya tidak tertutup. Saat melihat luar kelas, mata Sahla asik melihat adiknya yang tengah dikejar anak cewek kelas 10, yang kemungkinan besar mendapat ejekan dari Ariel.

"Sahla ...," panggil Fiki dengan suara lirih.

"Napa?" tanya Sahla tanpa menoleh ke Fiki.

"Gue ada tebak-tebakan nih, jawab ya?" pinta Fiki.

"Sok asik banget sih lo. Gak usah ajak gue ngobrol, risih." Sahla menoleh sekilas ke arah Fiki.

"Cuma 1 tebakan doang kali," balas Fiki.

Sahla menggeleng.

"Ayolah. Kalo lo bisa jawab gue bayarin semua deh utang adek lo yang ada di kantin sekolah," rayu Fiki sambil menggoyang-goyangkan pundak Sahla.

"Dih maksa, yaudah gaskeun!" ujar Sahla lalu menyadarkan tubuhnya ke tembok sambil menghadap ke kursi Fiki yang ada tepat di sampingnya.

Posisi mejanya Sahla adalah dekat pintu kelas, dan berdempetan dengan tembok sisi kanan. Yang bisa dibilang juga jika ia menghadap ke Fiki, badannya juga mengarah ke meja guru.

"Tapi kalo lo gak bisa jawab, utang kakek gue, papa gue, gue lo bayarin semuanya ya?" ucap Fiki yang aslinya keuangan orang tua cowok itu sangatlah banyak.

"Dih, gak-gak! Nyusahin gue aja lo!" tolak Sahla tak terima.

"Gak-gak, Lak. Santai baek sama gue mah. Just kidding tadi tuh," balas Fiki sebelum mengeluarkan tebak-tebakannya. "Tebak-tebakannya nih ya. Eumm, bagaimana setiap negara menemukan bahasanya sendiri?" tanya Fiki yang membuat Sahla perlahan menegakan badannya dengan wajah yang kelihatannya sedang berpikir.

Cukup lama Fiki menunggu jawaban dari Sahla sampai tiba-tiba perempuan itu membuat ulah padanya.

Buk!

"Udah deh jan ngadi-ngadi. Nambah-nambahin beban pikiran gue aja lo. Bakalan susah tidur nih gue malam ini." protes Sahla dengan wajah nyolot.

Fiki mengaduh sakit sambil menatap Sahla kesal. "Kapan gue mendesah, hah? Gue kesakitan gegara lo pukul, Daki monyet."

"Ngadi-ngadi yang gue maksud bukan mendesah lha bego, gue kan berpedoman pada KBBK, Kamus Besar Bahasa Keanu. Ngadi-ngadi di sini artinya ya ngada-ngada!" Sahla bertambah kesal saat melihat Fiki.

"Ya gue mana tau. Setau gue ngadi-ngadi dalam bahasa Jawa artinya mendesah,"

"Diam aja deh lo. Males gue ngomong sam-"

"Kalian berdua keluar dari kelas saya!" perintah Pak Haikal yang tiba-tiba menyahut.

Sahla dan Fiki yang mendapat perintah kurang menyenangkan itu langsung menunduk malu. Ya malu lah, karena mereka berdua saja yang sedari tadi ngobrol di kelas.

"Keluar sekarang!" perintah Pak Haikal lagi dengan suara tegas yang malah tak mendapat respons sama sekali oleh 2 anak itu. "Keluar sekarang atau saya kosongkan semua nilai mapel kalian!" perintahnya yang sepertinya tak bisa diganggu gugat yang akhirnya langsung dipatuhi Sahla dan Fiki dengan buru-buru pergi keluar.

"Guru lo galak bet dah, Fik." ucap Sahla ketika ia dan Fiki telah berada di luar kelas.

"Gak tau gue. Lagi putus cinta kali dia." balas Fiki sambil berjongkok.

"Ya kali, heheh."

~~~

Pulang sekolah, Sahla tak langsung balik ke rumahnya, karena ia akan pergi ke suatu tempat yang tak jauh dari sekolahnya terlebih dahulu untuk mencari makanan yang saat ini sedang booming bersama adiknya. Yakali sama El, bisa-bisa ditalak 3 sama Haikal kalo ketahuan jalan berdua.

Sementara itu, setelah sekolah selesai beroperasi, Haikal pergi ke rumah Sahla, karena ia akan mengeluhkan sikap istrinya kepada ibu mertuanya.

Wait, jangan bilang Pak Haikal gampang curhat ke semua orang, tidak. Dia hanya akan mengeluarkan unek-uneknya ke orang yang benar-benar dekat dengannya. Tapi, karena kali ini ia belum dekat dengan mertuanya, maka saat ini adalah waktu yang tepat untuk melakuakan pendekatan sekalian mencari tau kebiasaan-kebiasaan yang Sahla lakukan jika tidak bersamanya.

Tapi mungkin kali ini ia tidak bisa berkata banyak kepada mertuanya, karena ternyata saat ia datang malah disambut mama mertuanya yang sedang sakit kepala. Ia yang tak ingin menambah beban pikiran Winda memilih segera pamit pulang ke rumahnya.

Setelah sampai di rumahnya, Haikal langsung pergi membersihkan diri sebelum pergi ke kampusnya nanti untuk mengerjakan tugasnya sebagai rektor.

~~~

"Beban orang tua pulang!" teriak Sahla setelah sampai di teras depan rumahnya, beberapa saat sesudah Pak Haikal pamit pergi sekitar setengah jam lalu.

"Sahla!" panggil Winda yang sejak tadi berada di ruang tamu.

"Ya Mama?" jawab Sahla sambil masuk ke dalam rumah menemui wanita tersayang yang baru saja memanggilnya.

"Beresin semua baju kamu, Sayang. Nanti malam kamu pindah ke rumah Haikal!" suruh Winda sambil memegangi kepalanya yang terasa panas, pening, dan berat.

"Lah kenapa, Ma? Apakah kehadiran Kak Sahla di rumah ini benar-benar membebani, Mama?" sahut Ariel yang malah mendapat pukulan di kepalanya dari Sahla.

"Mama lagi pusing. Kalian berdua jangan ribut!" peringat Dirga yang baru saja muncul dari dapur membawa teh hangat.

"Sahla kenapa di suruh pindah, Ma?" tanya Sahla sambil berjalan mendekati Winda.

"Kamu patuhi saja perintah Mama. Mama lagi sakit, jangan kebanyakan tanya Sahla!" sahut Dirga lagi.

Sahla mendengus kesal lalu segera pergi menuju kamarnya untuk menyiapkan bajunya yang akan ia bawa saat pindahan ke rumah Haikal nanti.

"Mama kalo sakit kenapa nggak istirahat di kamar aja?" tanya Ariel.

"Iya, Ma. Mendingan Mama istirahat di kamar aja yuk!" tambah Dirga yang Winda angguki. Lalu dibantu kedua anak laki-lakinya, Winda dipapah sampai ke dalam kamar yang untungnya tak jauh dari ruang tamu.

~~~

Malam harinya, Sahla berangkat menuju rumah Haikal diantar Ariel yang sangat menjengkelkan sebab sepanjang jalan anak itu terus saja mengoceh, bertanya pada Sahla alasannya disuruh pindah ke rumah guru itu. Sahla yang sebenarnya juga tak tahu alasannya hanya terdiam membisu, sampai akhirnya mereka sampai di rumah Haikal.











































===

MUAL BANGET🤢

25 SEPTEMBER 2020

Marry a Teacher √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang