Chapter 44

810 55 11
                                    

Vote🌟dulu sebelum membaca
Comment💬 setelah membaca

Selamat Membaca

===

Membosankan!

Satu kata yang tengah Sahla rasakan ketika sedari tadi mendengar Haikal mengoceh tanpa henti saat menerangkan tulisan yang ada di lembar LKS pada murid yang ada di kelasnya.

"Heh Lak, mau ikut gue gak?" tanya Fiki dengan suara lirih.

"Ke mana?" tanya balik Sahla sambil melirik sekilas ke arah Haikal yang masih saja komat-kamit menerangkan materi.

"Mau ke kamar mandi-"

"Goblok," potong Sahla cepat saat Fiki memberikannya jawaban seperti itu.

"Lo yang goblok," Fiki mejitak pelan kepala Sahla yang sedari tadi direbahkan di atas meja.

"Ya lo lah, ngapain juga ngajak gue ke kamar mandi segala," ujar Sahla dengan wajah bete.

"Makanya jangan dipotong dulu omongan suci gue," kesal Fiki lalu langsung melanjutkannya lagi ketika Sahla hanya membulatkan bibir membentuk huruf O.

"Mau ke kamar mandi dulu gue nya, habis itu kita capcuss ke kantin. Lapar kan lo dengerin Pak Haikal ngomong terus?"

Sahla tampak berpikir sejenak memikirkan bagaimana bisa ketua kelas sok rajin seperti Fiki tiba-tiba mengajaknya melakukan perbuatan tercela itu. Tapi ya karena kenyataannya Sahla memang lapar, akhirnya ia mengangguk mengiyakan.

"Yang minta ijin tapi lo ya? Gue ogah."

"Gampang," balas Fiki lalu berdiri terlebih dahulu sebelum menyela penjelasan Haikal.

"Karena pada mas-"

"Eum maaf Pak ...," Panggil Fiki memotong penjelasan guru di depan yang membuat sang guru tadi menoleh ke arahnya. Ah, lebih tepatnya ke arah Sahla terlebih dahulu sebelum ke arahnya.

"Ada apa?" tanya Haikal sedikit ketus.

"Saya izin ke kamar mandi bentar, Pak,"

"Sendirian?" tanya Haikal karena biasanya murid-muridnya ketika meminta izin ke kamar mandi selalu membawa teman.

"Sama Sahla, Pak," jawab Fiki sambil melirik Sahla sekilas.

Sahla yang namanya baru saja disebut oleh Fiki langsung menegakan tubuhnya sambil menatap Haikal yang juga tengah menatapnya. Ia pun lalu sedikit menyatukan kedua telapak tangannya yang diletakkan di bawah dagu sembari menunjukkan ekspresi paling menyedihkan, juga sedikit menggerakkan bibirnya mengucapkan kata lapar tanpa suara agar hanya prianya itu saja yang mengerti kondisinya saat ini, lalu mau membiarkannya pergi bersama Fiki.

Haikal menghela napas panjang sambil menggeleng pelan menanggapi permintaan Sahla. "Ya sudah, pergilah sendirian. Jangan lama-lama di kamar mandinya!"

"I-iya, Pak." Fiki lalu keluar dari area mejanya menuju pintu keluar sambil menoleh ke arah Sahla dengan bibir nyengir tanpa dosa.

"Huh." Dengus Sahla lalu kembali merebahkan kepalanya di atas meja dengan wajah menghadap ke arah Pak Haikal.

"Kalo kepalanya berat mendingan dicopot aja!" ujar Haikal yang menatap ke arahnya dengan tatapan tak bersahabat.

Sahla menelan susah ludahnya sambil mengangkat kepalanya lagi. "Maaf Pak," balasnya sambil nyengir kaku.

Haikal berdecak pelan sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Kamu silahkan baca halaman 201! Sementara yang lain simak bacaan Sahla." perintahnya sambil mendudukkan diri ke kursi, karena capek juga jika berdiri lama-lama.

Marry a Teacher √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang