Chapter 1

5.8K 251 11
                                    

Vote🌟dulu sebelum membaca
Comment💬 setelah membaca

Happy Reading

Sahla Marshelia Arnetta, gadis 17 tahun yang biasa dipanggil Sahla itu untuk saat ini hidupnya sama sekali tidak bergairah, karena hanya ada kata kesepian di dalamnya.

Sahla tidak mempunyai sahabat, malas bersosialisasi, tidak punya semangat hidup, hobinya juga hanya bermalas-malasan di kamar sambil menonton beberapa drama asia di temani musik, dinginnya AC, dan cemilan pastinya.

Orangtuanya tidaklah begitu miskin, yang artinya cukup mampu jika harus menghidupinya si bocah mageran dan kedua saudaranya yang lain.

Sahla adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Abangnya bernama Dirga Erlangga yang gaya hidupnya juga sama seperti dirinya tapi bedanya Dirga kesepian ditemani hobi berfaedah, membaca buku contohnya.

Sementara adiknya yang biasa dipanggil Ariel hobinya sama-sama tak berfaedah sama sepertinya, tapi bedanya Ariel tetap bersosialisasi walau bersama orang-orang yang otaknya rada kurang benar.

~~~

Aktivitas pagi ini masih sama seperti hari biasanya, dimulai dari Sahla yang tengah berjalan santai menuruni anak tangga walau sadar kurang 5 menit lagi bel sekolah berbunyi sembari membawa coklat yang dia dapatkan dari kamar adiknya untuk bekalnya di kelas nanti jika yang mengajar guru membosankan.

"Kakak cantik, gue kasih duit nih. Kasian banget sih tiap sekolah pake kaos kaki beda warna," ujar Ariel sambil menyodorkan uang sakunya, karena miris melihat kaki kakaknya selalu terbungkus kain beda warna setiap harinya.

Sahla melirik adiknya sambil merampas kasar uang tadi. "Thanks ye,  moga hidup lo penuh berkah," ucapnya dengan mata mengedip sebelah lalu duduk di kursi samping Ariel.

"Ih ih becanda doang gue nih, jangan diambil beneran, miskin entar gue di sekolah," protes Ariel sambil berusaha mengambil balik uangnya yang sudah Sahla kantongi.

"Candaan lo kelewatan,"

"Kok kalian masih di sini sih? Buruan berangkat sana! Udah siang banget loh ini," suruh Winda sang Dewi Purnama berkasta tinggi di keluarga Sahla.

Sahla menatap mamanya malas tanpa ada semangat hidup. "Sahla minta uang, Ma,"

Winda mengangguk beberapa kali sambil mengeluarkan 30.000 dari dompetnya. "Buat sehari, kudu cukup!" Tegas Winda yang tak mau anaknya boros.

"Ariel juga mau dong, Ma," pinta Ariel dengan wajah berseri-serinya sambil menyodorkan tangan ke arah Winda.

"Tadi kan udah," ujar Winda.

"Diminta kak Sahla," timpal Ariel sambil melirik kakaknya sinis.

Sahla menoyor pelan kepala adiknya. "Eh lo yang ngasih ya anak pungut, jan ngadi-ngadi!"

"Khilap tadi mah," lirih Ariel dengan wajah cemberut.

"Au dah, males cincong-cincong gue sama lo. Buru anter ke sekolah," suruh Sahla.

"Gak, males," tolak Ariel yang tengah mengoleskan selai kacang ke rotinya.

"Searah Egee, ngabisin duit mama ntar kalo pake motor sendiri-sendiri!" Kesal Sahla sambil merebut kasar roti yang sudah siap Ariel makan.

"Sesekolah iya." balas Ariel jengah, karena pagi ini lagi-lagi kesabarannya di uji oleh Tuhan melalui kakaknya.

"Udah-udah, ini uang saku buat Ariel," sahut Winda menengahi mereka berdua. "Cepat kalian berangkat!" Lanjutnya sambil mengibas-ibaskan tangan ke arah anaknya supaya bergegas pergi.

Marry a Teacher √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang