Chapter 52

739 38 5
                                    

===

"Ajakin gue ngobrol Chan, boseeen," pinta Sahla yang mulai jenuh dengan pemandangan di taman.

"Kapan mau hamil?" tanya Chandra sambil menoleh ke arah Sahla, begitupun sebaliknya.

Sahla menatap Chandra heran juga tidak suka karena pria itu memulai basa-basi dengan pertanyaan sedemikian rupa.

"Kapan?" Karena tak kunjung menjawab, Chandra melontarkan kembali pertanyaannya dengan suara lirih tanpa mau menunjukkan mimik wajah yang bisa diartikan.

"Dih jangan nanya kek gitu kenapa, gue masih sekolah kali. Masa ya mau hamil duluan," jawab Sahla dengan nada tidak suka.

Chandra mengangguk paham, lalu mulai melontarkan pertanyaan lain. "Kapan lo siap buat jadi mama?" tanyanya lagi.

"Kok pertanyaan aneh-aneh sih? Lagi ngidam jadi orang tua lo?" tanya balik Sahla yang langsung diberi jawaban oleh Chandra.

"Dari anak-anak lo,"

"Hoek," mendapat jawaban seperti itu tentu saja membuat Sahla mual. "Ogah banget dih. Gak usah mimpi di siang bolong gini deh. Lagian ya, gue kan dah ada Pak Haikal!" Sahla menekan nama suaminya agar pria itu tidak lupa jika ia sudah ada yang punya.

Apa yang Sahla ucapkan tidak membuat Chandra ke-skak sampai tak bisa ngomong apa-apa lagi. Tapi walau begitu ia terdiam cukup lama sebelum akhirnya berbicara lirih tentang apa yang dia rasa.

"Gue kasian sama om Haikal," ungkapnya.

"Kenapa kasian? Dia gak papa kok. Udah mendingan lo urus aja diri lo send-," balas Sahla tapi sebelum ia mengakhiri kalimatnya, Chandra terlebih dahulu memotongnya.

"Dia gak akan nggak papa setelah mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari lo, Sahla," sarkas Chandra yang membuat Sahla menatapnya bingung. "Tolonglah berhenti nyakitin dia, Sahla! Dia juga manusia kayak lo yang bisa ngerasain sakit hati, kecewa, marah, dan sebagainya," sambungnya dengan ekspresi serius.

"Maksud lo apa sih, Chan? Gue nggak paham," bingung Sahla sambil memalingkan wajahnya dari mata Chandra.

"Ini bukan suatu hal yang sulit lo pahami, Sahla. Gue cuma minta agar lo menjauh dari om Haikal kalo nggak ada cinta ke dia. Jangan terus-terusan bersikap kek bocah," pinta Chandra jujur dari lubuk hatinya. Ia mengatakan hal itu karena ia tidak ingin lagi melihat salah satu bagian keluarganya hidup bersama seorang pengkhianat yang tak tahu malu seperti wanita yang sebenarnya ingin ia miliki.

"Bagaimana bisa lo bicara kayak gitu sedangkan gue sendiri nggak ngerti apa yang hati gue rasain," balas Sahla menunjuk-nunjuk dadanya sendiri sambil menatap Chandra kembali.

"Lo- cinta- om- Haikal- atau- nggak?" tanya Chandra penuh penekanan di setiap katanya.

"Gu-gue nggak tau," jawabnya lirih.

"Lo ragu Sahla, lo nggak cinta dia. Gue mohon- tinggalin dia daripa-,"

"Gue nggak bisa, Chan. Dia rumah gue, dia tempat gue pulang, gue juga merasa terlindungi jika berada di samping dia," potong Sahla. "Gue sangat mohon jangan suruh gue pisah dengan Pak Haikal. Dia satu-satunya pria yang nggak akan nyakitin gue Chandra," sambungnya sambil meletakkan kedua tangannya yang di tangkup di depan dada. Memohon agar Chandra mengerti kondisinya.

"Jangan egois dan nggak tahu malu, Sahla. Dia juga berhak merasakan apa yang lo rasakan ketika akhirnya bisa bersama seseorang yang bisa dijadikan labuhan pulang," Chandra mencoba memberi pengertian kepada Sahla.

Marry a Teacher √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang