Chapter 56

2K 52 6
                                    

1 bulan kemudian.

Setelah malam itu, malam di mana ia bercerai dengan Haikal karena kesalahannya sendiri, Sahla mulai sering melamun dengan badan yang setiap hari makin memburuk keadaannya.

"Ukhuk ukhuk!" Bahkan untuk batuk saja Sahla sudah tidak memiliki tenaga. Tenaganya hampir terkuras habis karena baru menyesali kesalahannya.

"Mau sampai kapan kamu kayak gini?" Winda datang membawa makanan yang akhir-akhir ini terasa memuakkan saat masuk ke dalam mulut Sahla. "Ayo Mama bantu duduk. Kamu tuh harus makan banyak biar badannya cepat pulih," sambungnya sembari menaruh makan yang dia bawa tadi di samping tempat tidur putrinya.

"Pak Haikal, Maa," lirih Sahla saat ia tengah dibantu duduk oleh Winda.

"Sudahlah, jadikan ini pelajaran agar kamu tidak bermain api di dalam rumah tangga lagi jika esok bertemu jodoh yang tepat. Nggak usah terlalu disesali kesalahanmu ini karena itu semua gak bikin keadaan kembali normal," ucap Winda memberi nasihat. "Ayo buruan di makan, habis ini kita ke rumah sakit." Sejak tadi malam Winda memang telah merencanakan akan membawa Sahla ke rumah sakit, karena ia takut keadaan anaknya semakin parah dan takutnya tidak bisa di selamatkan.

Sahla mengangguk lalu menyibak-nyibakkan tangannya untuk mengusir mamanya agar ia tenang saat tengah makan.

"Jangan lupa di habisin lho makanannya!" ucap Winda untuk terakhir kalinya sebelum keluar dari kamar anaknya.

"Kangen Pak Haikal, hiks." lirih Sahla dengan sangat sedih.

~~~

Sementara itu, di lain tempat di waktu yang sama seorang pria tengah menjaga gadis yang akan menjadi tanggung jawabnya sampai gadis ituu benar-benar pulih dari mentalnya yang kurang sehat.

"Kamu jangan ke mana-mana, di sini aja sama kakak," ucap pria itu saat gadis tadi akan pergi menuju lantai atas. "Michel... ke sini aja, jangan ke mana-mana," pria tadi yang tentu saja Haikal orangnya berdiri dan berlari kecil ke arah Michel yang akan menginjakkan kaki ke anak tangga karena tak mau menuruti ucapannya.

"Ih kakak lepasin Michel, Michel mau ke atas," Michel sedikit memberontak saat Haikal menahan lengannya.

"Jangan nakal ih," Haikal lalu membawa gadis itu ke ruang makan untuk sarapan bersama.

Sejak Sahla pergi ia mulai menyewa pembantu yang khusus memasakkan makanan yang akan seluruh anggota di rumah ini makan. Tak lupa juga, ia mulai berani menyentuh Michel, karena jika ia terus menahan egonya yang tak mau menyentuh wanita manapun selain mantan istrinya ia akan kesusahan dalam menjaga dan merawat gadis itu.

Ngomong-ngomong tentang Sahla, sudah cukup lama ia tak mendengar lagi kabar wanita itu, jangankan kabar, rumah baru yang ditempatinya saja Haikal tak tahu. Ya, Sahla dan keluarganya hilang kabar sejak perceraian pada malam itu.

Sahla dan Ariel bahkan tidak pernah datang lagi ke sekolah. Tetapi walau begitu Dirga masih sering ia jumpai di kampus walau pun saat ia mencoba menanyai keberadaan keluarga mahasiswanya itu, Dirga tak pernah mau menjawabnya. Sebenarnya ia ingin melacak di mana tempat tinggal Sahla yang baru dengan mengikuti arah pulangnya Dirga sehabis pulang dari kampus, tapi hasilnya malah nihil karena ternyata abangnya Sahla itu tetap tinggal di rumah lama.

"Wah ada ayam goreng, Michel suka." Michel kegirangan sendiri karena makanan yang ia makan di rumah besar ini tak pernah ia rasakan ketika berada di rumah sakit.

"Kalau Michel suka, Michel duduk ya? Kita makan bareng-bareng." ujar Haikal sembari menuntun Michel untuk duduk kursi.

"Iya-iya! Michel duduk!" Semenjak bersama Haikal kesehatan Michel memang semakin membaik, ya tentu saja karena pria itu memperlakukannya juga dengan baik.

Keberadaan Michel di rumah ini membuat Haikal perlahan dapat melupakan kesedihannya karena mengingat Sahla terus menerus yang sangat ingin ia temui dan peluk tubuhnya.

Haikal menghela napas panjang lalu ikutan duduk setelah Michel duduk terlebih dahulu di kursi. "Mau di suapin apa makan sendiri?" tanyanya sembari mengambil nasi dan lauk pauk untuk ditaruh di atas piring.

"Suapin! Suapin!" jawab Michel terlalu semangat sambil mengebrak-ngebrak meja.

"Iya-iya, di suapin. Tapi kamu yang tenang ya?" Haikal menahan kedua tangan kecil Michel dengan satu tangannya saja.

"Iya."

Sebelum Michel benar-benar sembuh, Haikal akan terus menyibukkan dirinya dengan merawat gadis itu tanpa pernah lupa untuk memberikannya kasih sayang yang cukup.

"Semoga di masa depan nanti aku dapat bertemu denganmu lagi, Sayang." lirih Haikal saat mengingat Sahla yang dulu selalu menjadi tempatnya melampiaskan cinta.

~~~

Sahla begitu terkejut setelah mendapatkan laporan dari dokter atas pemeriksaannya di rumah sakit hari ini yang ternyata ia telah positif hamil 5 Minggu.

"Kamu hamil, Sayang," ucap Winda tanpa ekspresi. "Jika lima Minggu, siapa ayah dari janinmu ini?" tanyanya berganti dengan ekspresi bingung, karena takut pria yang ada di video itulah yang telah menghamili anaknya.

"Pak Haikal, Ma! Siapa lagi!?" Sahla tersulut emosi mendengar pertanyaan itu.

"Tapi kan, kamu ...,"

"Ini anak Pak Haikal!" Tegas Sahla sambil menyentuh perutnya. "Dan aku akan memberikan kabar ini pada dia!"

"Jangan-jangan!" Winda spontan melarangnya. "Iya ini anak Haikal. Tapi jangan pernah kamu beritahu dia! Jangan kamu usik dan masuk lagi ke kehidupannya! Berhentilah membuat dia sakit hati!" peringatnya.

"Tapi, Ma ...,"

"Mama dan Papa akan bantu kamu merawat bayi ini. Tapi please, jangan buat Mama manahan malu lagi di depan keluarga mantan suamimu." Mohon Winda yang akhirnya bisa Sahla mengerti tanpa di jelaskan lebih lanjut.

Sahla mengangguk lesu mengiyakan perkataan mamanya yang memang ada benarnya.

Sementara itu di tempat lain, ada seorang pria yang tengah sangat kegirangan sebab baru saja mendapatkan kabar yang menggembirakan dari bawahannya yang ia tugaskan menjaga wanita yang ternyata masih berpotensi untuk ia miliki.

"YES, ANAK GUE JADI! GUE BAKALAN JADI PAPA!!" Pria tadi adalah Chandra yang sedang berteriak layaknya orang gila di dalam apartemennya sendiri.

Mulai nanti malam, Chandra akan mulai membelanjakan semua kebutuhan anaknya sebagai persiapan lahirnya ke dunia. Ya tentu saja kebutuhannya itu akan di serahkan ketika si jabang bayi telah lahir. Untuk saat ini, biarkanlah saja mengumpulkannya terlebih dahulu.

~~~

Di tempat yang sangat mewah, seorang pria lain tengah menikmati rokoknya dengan tenang, karena ia tak perlu lagi menjadi pria panggilan sebab adiknya telah mendapatkan kehidupan yang layak bersama pria yang tepat. Wanita yang sebenarnya tak bersalah apa-apa, tapi terpaksa ia libatkan juga telah menemukan ketenangan hidup tanpa akan membuat banyak kesalahan lainnya lagi kepada orang sebaik mantan kepala sekolahnya.

"Kisah ini telah berakhir. Keadaan akan seperti ini terus untuk selamanya. Tak ada yang dirugikan dalam pembalasan dendam atas kematian saudaraku."


















====

16 Jan 2021

Marry a Teacher √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang