Dua Puluh Enam

200 20 6
                                    

Selama pelajaran dimulai, Ana sedikit memikirkan perkataan Anggi, sepertinya ada yang mencurigakan.

Sampai bel pulang berbunyi pun Ana tidak menghiraukannya.

Keadaan kelas mulai sepi, hanya ada beberapa siswa yang sedang piket kelas.

Tapi apa yang disembunyikan oleh Riri, Ana mencoba menemukan sebuah dugaan yang masuk akal.

“eh Na, es krim kuy?” ajak Riri mengajak Ana yang sedang melamun.

Tak ada respon dari Ana, Riri menepuk pundak Ana untuk menyadarkannya.

Ana sedikit terkejut, “hah? Apa?”.

Riri mendengus kesal. “es krim yuk!” ulangi Riri.

Ana mengangguk sebagai jawaban.

“Anggi sama Anya udah ke sana duluan” ucap Riri memberi tahu Ana.

Ana hanya mengangguk angguk saja sebagai jawaban.

Sesampainya mereka disana, dengan mudah Riri dan Ana menemuka Anggi dan Anya.

“lama amat shay.” komplen Anggi sambil menyuap es krim Bubble gum.

Riri mendengus lalu melirik Ana kemudian Anggi dan Anya, “tau tuh, si Ana dari tadi bengong mulu. Gue ajak ngomong asal angguk angguk aja” setelah Anya dan Anggi mendengar perkataan Riri, keduanya pun ikut melirik Ana yang hanya mengaduk aduk es krim matcha nya.

“bisa jadi bubur dah tuh es krim. Ingat eskrim yang sudah menjadi cair bisa menjadi es krim lagi” ucap Anggi.

Anya dan Riri menatap Anggi datar, peringatan macam apa itu.

“bukan gitu konsepnya dodol” geram Anya menyentil kening Anggi.

Anggi mendengus, lawakannya tidak lucu ya.

Ia kembali melihat sekitar untuk menemukan ide ide cemerlang yang memungkinkan.

Ia menjentikkan jarinya, sepertinya ia menukan ide yang bagus.

“Eh kevan udah dateng, lama banget sih” sambut Anggi kencang dengan sengaja.

Mendengar nama itu “hah? Kevan? Mana?” Ana menyahut tiba tiba.

Ketiga sahabatnya itu melongo, jadi sedari tadi, Ana melamun karena Kevan?.

Ana memutar badannya, mencari dimana pemilik nama tersebut.

Tak selang beberapa lama, ketiga sahabatnya itu terbahak sampai pengunjung yang lain menatap mereka aneh. Sudah tak ada lagi urat malu memang jika sudah bersama sahabat.

Ana memiringkan kepalanya menatap ketiga sahabatnya yang  sudah berhenti tertawa, tepatnya menahan tawanya.

“it’s a joke babe” Anya menjawab tatapan Ana.

Ana terperangah. “jadi kevannya ga ada?” tanya Ana polos.

Anggi tiba tiba melebarkan matanya.

“Ada kok” jawab seseorang. Suara itu,
Ana mengenalnya.

Ana langsung membalikkan badannya dan ia melihat seseorang yang baru saja ia pertanyakan keberadaannya.

Ya, kevan ada dibelakangnya.

Entah dari mana datangnya. “kok lu bisa di sini?” tanya Riri untuk memulai percakapan, Ana yang sedari tadi menatap Kevan pun tersadar.

Ia kembali membenarkan posisi duduknya.

“iya tadi gue ngikutin lu sama Ana” jawab Kevan santai lalu ia duduk disebelah Ana.

Ana melahap es krimnya yang agak mencair.

Ia sedikit gugup berada di dekat Kevan, pikirannya lah yang membuatnya gugup.

“Daffa mana Van?” tanya Anngi.

“mana gue tau, emang gue emak nya” jawab Kevan asal.

“ih serius” geram Anggi.

“pengen banget di seriusin” goda Kevan.

Anggi semakin kesal dibuatnya.

“sadar woi, udah punya Ana.” Ucap Anya membuat Ana menoleh kearahnya.

“ga masalah sih, Ana juga setuju setuju aja kalo misal gue punya cewe banyak. Kan yang nomor satu tetep Ana seorang” jawab Kevan membuat Ana menoleh.

Ana mengernyitkan dahinya.

“apaan sih, pacaran aja engga” Ana mengelak.

“ooh kode” ledek Kevan semakin girang karena ia berhasil membuat Ana kesal.

“ga jelas. Gue balik duluan ya guys” ucap Ana bangkit dari duduknya.

Ketiga sahabatnya menahan tawanya, sudah di pastikan Ana pulang duluan dikarenakan ia salah tingkah.

Kevan mengikuti Ana keluar, ia meraih pergelangan tangan Ana. “gue anter” ucap Kevan.

“Ga. Makasih”

“Udah ayo, gue maksa nih”

Setelah berdebat, akhirnya Ana pulang kerumah di antar oleh Kevan.

Ana menikmati angin yang berhembus, rasanya tenang.

Tak terasa, mereka tiba di komplek Ana. Kevan berhenti di depan sebuah minimarket.

“Ngapain?” tanya Ana.

“udah tunggu aja disini, ga lama kok”
Kevan memasuki minimarket tersebut.

Benar, tak lama kemudian Kevan keluar dari minimarket tersebut dengan sebuah kantong kecil di tangan kanannya.

Kevan menyodorkan kantong tersebut pada Ana, Ana menerimanya bingung.

“apaan?” tanya Ana kemudian membuka kantong tersebut, es krim matcha.

“Buat gue?” tanya Ana bingung.

Kevan menggeleng “pede banget. Buat gue, minta tolong pegangin. Lo mau?”

Ana malu. Ia menggelengkan kepalanya, “oh, engga.”

Kevan mengangguk sebagai jawaban.

Kemudian keduanya mulai melanjutkan perjalanan menuju rumah Ana.

Sesampainya dirumah, Ana mengucapkan terima kasih pada Kevan yang sudah mengantarnya.

Ana menyodorkan kantong plastik yang ia genggam.

“Buat lo” Ucap Kevan.

“Engga usah, ini punya lu. Tadi kan gue udah makan es krim” Ana menolak es krim yang di berikan Kevan.

“gue yakin lu kurang puas tadi, es cair gitu mana enak”

Ana terkekeh mendengar jawaban Kevan.

“Ya udah, makasih ya.” Ana tersenyum.

Kevan yang gemas, mencubit pipi kanan Ana “sama sama sayang”

Ana merasakan tubuhnya memanas, ia merasa mendidih.

Ana menyingkirkan tangan Kevan dari pipi kanannya. “apaan sih pegang pegang”

“ciee salting” Kevan semakin semangat menggoda Ana.

“siapa yang salting? Udah ah sana pulang.” Ana meminta Kevan pulang kerumahnya.

Degup jantungnya kembali tak normal.

“iya sayang” jawab Kevan lalu Kevan pun meninggalkan rumah Ana.

Tak sengaja lewat, orang yang sedari tadi mengintip itu mendengus.

“modus banget sih”

Setelah mandi, Ana pergi ke dapur untuk mengambil es krim yang tadi dibelikan oleh Kevan.

Ia membawa es krim tersebut ke kamarnya.

ia menikmati es krim tersebut sambil mengingat yang seharusnya tak ia ingat ingat kembali.

Tapi nama nya kenangan, mau bagaimana pun akan tetap ada.

***

Haiii
Jangan lupa Vote & Comment.
Maakasiih ❤❤.

Bodo Amat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang