Ana melemparkan tubuhnya ke atas kasurnya yang nyaman. Menghela nafas kasarnya. Ia membuka ponselnya. Ada pesan masuk dari nomor yang ia tak kenal.
+6281234567890
Dasar cewe murahan. Baru kenal beberapa hari aja udah mau di cium sana sini. Gimana kalo udah kenal lama. Gue harap sih lo masih bisa jaga kehormatan lo sebagai perempuan. Upss haha.
Ana terperangah saat membaca WhatsApp tersebut. Ia terbayang saat Kevan menciumnya, apa ia terlihat murahan di mata Kevan? Kenapa ia menerima saja?
Tangisannya kembali tumpah. Rasanya Ana ingin mengakhiri hidupnya saja. Tak ada lagi yang mendukungnya. Tak ada lagi yang dipihaknya. Orang tuanya saja entah kemana. Sahabatnya? Sudah terlalu sering Ana menumpahkan keluh kesahnya pada ketiga sahabatnya itu. Rasanya Ana hidup tak ada gunanya lagi.
Ana melangkahkan kakinya menuju dapur ia mencari sesuatu yang tajam disana. Ketemu, pisau yang mungkin bisa membantunya mengakhiri semuanya. Dengan tangisannya yang mengikuti, ia mulai menggoreskan pisau tersebut di pergelangan tanganya, tapi sebuah tangan mencegahnya. Tangan tersebut mengambil alih pisau tersebut dan melemparnya jauh.
Ana megalihkan pandangannya, ia menatap orang yang baru saja menggagalkan rencanannya. Orang itu, ialah yang mengganggu pikirannya. Orang itu menarik Ana kedalam pelukannya. Ana menangis lepas, berteriak semampunya, ia meluapkan semuanya. Sesekali Ana memukul mukul dada laki laki itu.
Laki laki itu mengelus pundak Ana yang bergetar. Ia merasakan tangisan Ana sudah mereda, nafasnya tersengal sengal. Lelaki itu melepaskan pelukannya, dilihatnya Ana menutup matanya. Ia menyelipkan tangannya di tengguk dan lipatan kaki Ana. Ia memindahkan tubuh Ana ke sofa.
Setelah meletakan Ana dengan hati hati. Lelaki itu pergi kedapur untuk membuat teh manis hangat. Ia kembali dengan teh manis hangat dan kotak P3K di kedua tangannya.
Lelaki itu meraih lengan kiri Ana yang sedikit tergores benda tajam tadi. Ia mulai mengobati luka tersebut dengan telaten. Tanpa ia sadari sang pemilik tangan sudah terbangun.
"emangnya gue murahan ya Van?" tanya gadis itu tiba tiba membuat yang ditanya menoleh terkejut.
Kevan mengelus kepala Ana. "siapa yang bilang gitu? Hm?" tanya Kevan lembut.
Ana tersenyum kecut, ia bertanya pada Kevan dan Kevan malah balik bertanya. Apa pernyataan dari WhatsApp itu benar?
Kevan kembali mengelus kepala Ana. "lo gak murahan. Lo itu berharga buat gue. Gue sayang sama lo Na" ucap Kevan lalu mengecup kening Ana.
Ana terus berfikir, ia tak tahu mana yang harus ia percaya. Ia bingung.
Ia tersadar akan sesuatu, kenapa Kevan tiba tiba ada dirumahnya?
"lo kok ada disini?" tanya Ana membuat Kevan menoleh.
"gue tadi balik lagi, mau minjem buku catetan. Tapi pas gue panggil lo nggak nyaut. Ya udah gue masuk aja, lagi pula pintunya ga lo kunci" jelas Kevan membuat Ana menganggukkan kepalanya.
"makasih ya Van. Hampir aja tadi gue mati konyol" ucap Ana sambil tertawa hambar.
Ana dapat merasakan ketulusan yang Kevan beri. Semoga Kevan bukan lelaki yang salah.
"gue ga tau masalah lo Na. Tapi nanti kalo lo udah siap cerita, gue siap dengerin kok"
Ana menganggukkan kepalanya lalu mengucap terima kasih lagi.
"lo jangan bilang bilang ke sahabat sahabat gue ya Van" pinta Ana dengan wajah memohonnya.
"jangan sok imut gitu deh. Jadi pengen gigit tau nggak" goda Kevan, kembali menghadirkan semburat merah di wajah Ana.
"ga usah blushing gitu. Makin gemes gue" goda Kevan sambil menoel noel pipi Ana.
"apaan sih Van" Ana mengelak sambil memukul lengan Kevan.
"cie salting" goda Kevan lagi membuat Ana semakin tak karuan.
"oh iya lo mau minjem catetan pelajaran apa?" tanya Ana mengalihkan.
"ga jadi deh, nanti aja minta fotoin" tolak Kevan membuat Ana menganggukkan kepalanya.
Ana menghela nafasnya lalu mengubah posisinya menjadi duduk dan bersender pada sofa.
"makasih ya Van"
"lo bilang makasih sekali lagi dapet hadiah dari gue deh Na" geram Kevan membuat Ana terkekeh.
"makasih Kevan" Ana malah menucapkannya lagi membuat Kevan memberinya hadiah.
Cup
Ana langsung memegangi pipi kanannya. "ish Kevan, kok di cium sih" geram Ana lalu memukul lengan Kevan lagi.
"Kamu yang minta sayang" ucap Kevan lembut membuat Ana bergidik ngeri.
"HELLOOOO EPRIBADEH"
"AANAAA"
Ana yang sudah tahu pasti siapa mereka, menggelengkan kepala. Kapan sahabat sahabatnya ini bersifat waras dirumah orang.
Kevan menoleh kesumber suara, ia dapat melihat teman teman sekelasnya atau lebih tepatnya sahabat sahabat Ana.
"lho? Kok ada Kevan?" tanya Anggi bingung saat melihat Kevan dan Ana sedang duduk berdua di sofa.
"kalian habis ngapain?" tanya Anya ambigu.
"lo ga di apa apain sama Kevan kan Na?" Riri ikut bertanya.
"kalian mah negatif mulu sama gue, sedih gue mah" ucap Kevan lebay. Ana terperangah melihatnya.
"lo di ajarin siapa njir? Geli gue liatnya" kata Ana menatap Kevan aneh.
"gue di ajarin Angga, noh gebetannya si Anggi" jawab Kevan sambil menunjuk Anggi.
Anggi menatap Kevan geram "sejak kapan cowo tengil itu jadi gebetan gue, ih ogah"
Tanpa mereka sadari, raut wajah salah satunya menenang saat mendengar pernyataan Kevan.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/131900025-288-k455043.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodo Amat Girl
Teen FictionKenalin namanya Riana, sering di panggil Ana. Populer karena baik, cantik, dan ramah. Pernah punya semangat hidup, tapi semangatnya pergi begitu saja. Kevan, murid baru di SMA Pancasila. Ganteng, dan suka tebar pesona. Sepertinya ia akan menjadi sem...