Empat

1.5K 67 3
                                    

Pak Benny, yang mengajar Olah Raga sudah meninggalkan lapangan dari 10 menit yang lalu. Pelajaran olah raga belum selesai, masih ada waktu 20 menit lagi.

Seperti biasa, para gadis duduk manis di bawah pohon dan lelaki bermain basket.

Tiba tiba saja ada yang berteriak meminta tolong "PMR, TOLONG..." teriak seseorang dari dalam lapangan.

Otomatis Anya, Ana dan Anggi berlari menuju sumber suara.

Orang itu hanya duduk di tengah lapangan sambil sedikit meringis.

Ana dan kedua sahabatnya sudah melihat orang itu.

Ana sedikit menarik nafasnya untuk lebih kuat lagi.

Ana menyentuh pundak Anya "Bawa UKS cepet" ucap Ana lalu langsung pergi menuju toilet.

Anya sudah biasa menghadapi orang yang hidungnya berdarah, tapi orangnya kali ini luar biasa.

Anya memerintahkan pada Angga dan Daffa untuk membantu Kevan menuju UKS. Anya juga memerintahkan Alvin untuk mencari daun sirih secepatnya.

Merekapun menjalankan semua perintah Anya, jelas Anya itu anggota PMR.

Setelah tiba di UKS hidung Kevan langsung di sumpal oleh daun sirih yang tadi Alvin ambil di belakang sekolah.

Semua kembali tenang saat darah mulai berkurang.

Anya menarik nafas lega. Ia menarik kursi yang ada di sebelah Kevan dan duduk di situ. Angga, Daffa, dan Alvin keluar untuk mencari makan dan minum sedangkan Anggi, ia juga keluar untuk mencari Ana. Kini hanya mereka berdua di dalam UKS.

"Lo udah mendingan 'kan?" Tanya Anya membuka suara.

Kevan hanya menjawab pertanyaan itu dengan dehaman karena ia masih malas untuk berbicara.

Suasana hening seketika.

Dubrak...

Pintu UKS terbuka secara kasar. Alvin yang mendorong nya dengan kasar ia menggendong seseorang. Ya itu Ana.

Alvin merebahkan tubuh Ana di brankar yang tadi di duduki oleh Kevan.

"Ana kenapa?" Tanya Anya heboh.

"Ga tau, tadi pas gue ke belakang, dia baru aja keluar dari toilet dan bilang tolong sama gue tapi pelan banget suaranya, abis itu dia pingsan deh, untung aja gue tangkep" jelas Alvin terburu buru.

"Ya udah kalian keluar dulu sana, Ana biar sama gue aja" pinta Anya dan di turuti oleh Kevan dan Alvin.

Anya mengambil minyak angin yang ada di kotak P3K. Ia sudah sering menangani Ana yang seperti ini.

Bentar lagi juga bangun nih anak. Anya membatin.

Anya mendengar suara pintu terbuka, dan itu adalah Anggi. Wajahnya penuh dengan peluh sepertinya Anggi habis jogging di koridor.

"Ana udah di siuman?" Tanya Anggi menghampiri Anya yang duduk di sebelah brankar.

"Belum" jawab Anya singkat lalu melihat ke arah Ana yang tangannya mulai bergerak ke arah kepalanya. Matanya perlahan terbuka lalu menutup sedikit dan terbuka kembali. Tangannya terus saja memijit kepalanya.

"Pusing" keluh Ana.

"Iya, sebentar lagi pusingnya ilang kok Na" ucap Anya tenang.

Ana bangkit dari tidurnya di bantu oleh Anya. "Bentar ya Na, gue bikinin teh kilat" ucap Anggi lalu pergi ke dapur UKS. Dapur itu memang kecil tapi di sana terdapat dispenser, gula, teh, dan yang lainnya.

Bodo Amat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang