Tujuh

1.2K 50 7
                                    

Ana turun dari motor Kevan dengan lesu, ia terlalu lelah. "Makasih ya" ucap Ana sambil menyodorkan helm Kevan.

Kevan tersenyum singkat, "sama sama, btw besok gue jemput lo ya?"

Ana mengerutkan keningnya bingung "ga perlu"

"Beneran deh, besok gue yang jemput ya?"

Kevan sedikit memaksa.

Ana menggelengkan kepala heran "tau ah" setelah itu Ana memasuki rumahnya.

***

Malam ini Ana sedang membaca novel dengan seriusnya, tiba tiba ia teringat sesuatu yang aneh.

"Kok Kevan bisa tau rumah gue? Gue kan tadi ga kasih tau arah jalannya" Ana bergumam bingung karena ia baru ingat, ia tidak memberi tau Kevan jalan ke rumahnya.

"Atau udah gue kasih tau, tapi gue ga inget" Ana kembali bergumam.

"Bodo lah" Ana kesal sendiri.

Ting.

Ponsel Ana berbunyi menandakan ada WhatsApp masuk.

+628********

Jangan tidur terlalu larut, nanti bangunnya kesiangan.

Ana mengernyitkan dahi, "ini nomor siapa ya?" Gumamnya.

Ana melihat foto profilnya yang ternyata hanya warna hitam polos dan namannya kosong. Bukan, bukan tidak ada namanya tapi tulisannya kosong.

"Ini orang dapet nomor gue dari mana sih?" Ana berdecak kesal.

"Alay banget pula, sok perhatian lu" Ana berucap kesal lagi

+628*********

Gue dapet nomor lo dari orang, dan jelas gue perhatian sama lo karena gue sayang sama lo.

Ana melebarkan matanya, pesan yang ini seperti jawaban.

"Ini orang keturunan cenayang apa gimana sih?" Ana bermonolog heran.

+628**********

Gue bukan keturunan cenayang_- tapi kalo emang penjelasan gue sesuai sama pertanyaan yang ada di kepala lo, artinya kita jodoh.

Ana terperangah melihat jawaban kali ini, ia melihat sekitarnya apa ada orang selain dirinya di sini.

+628*********

Ga usah nyariin gue, gue ada di deket lo kok, di hati lo.

"Najiiis, ini orang siapa sih? Alay banget parah" Ana memaki orang itu kesal.

Ana bingung haruskah ia membalas WhatsApp dari nomor tak dikenal itu? Atau mengabaikannya saja?

BACOT!!!

Tak lama kemudian nomor tak di kenal itu membalas pesan Ana.

+628**********

Ga boleh ngomong kasar sayang, nanti kamu aku hukum

Ana menatap aneh jawaban itu, setelah itu ia mematikan ponselnya, bersiap terbang ke alam mimpi.

***

Ana meregangkan otot ototnya, lalu menoleh melihat jam di dinding.

"Anjiiir gue kesiangan" teriak Ana heboh lalu berlari ke kamar mandi untuk sekedar cuci muka dan sikat gigi.

Ana membuka lemari bajunya dengan tergesa gesa "bodo lah ga usah mandi gue, pake parfum juga wangi" Ana berkata terburu buru.

Setelah siap dengan seragamnya, ia memakai kaos kakinya sambil menunggu ponselnya menyala.

Ana menuruni tangga lalu mengunci pintu dengan buru buru, ia berlari menuju halte depan komplek menunggu angkot menuju sekolahnya.

Tiba - tiba deru motor terdengar membuat Ana menoleh.

Motor itu berhenti di depan Ana membuat Ana mencoba mengingat siapa laki laku di depannya ini.

Laki laki itu menyodorkan helm pada Ana. Ana menatap helm itu bingung. Laki laki itu membuka kaca helmnya dan menampakkan matanya yang Ana kenal.

"Cepet naik, udah siang" laki laki itu memerintah Ana yang terpesona sesaat, ingat hanya sesaat.

"Ga" tolak Ana.

"Emang mau dihukum karena kesiangan?" tanya laki laki itu, membuat Ana berpikir.

'pilihannya adalah, malu dihukum kesiangan atau jadi pusat perhatian' Ana membetin ragu.

"Cepet, ga usah mikir lagi sih" geram cowok itu kesal.

"Iya"

Setelah Ana menerima helm yang diberikan, cowok itu melepas jaketnya.

Ia memberikan jaket itu pada Ana membuat kening Ana berkerut.

"Buat nutupin kaki lo" kata si cowok dan membuat Ana menahan senyumnya.

Cowok itu melajukan motornya dengan kecepatan yang lumayan, lumayan cepat.

Setibanya mereka di depan gerbang sekolah, keduanya terperangah karena gerbang sudah di tutup.

"Yaah telat deh" Ana menghela nafas.

"Lu mau masuk?" Tanya laki laki itu.

"Ya jelas mau lah" jawab Ana cepat.

"Gampang"

Laki laki itu meminta Ana untuk turun dari motornya dan mengumpat di balik pohon dekat gerbang. Kevan mendorong motornya hingga tepat di depan pos satpam sekolah.

"Eh kamu kesiangan, kamu ga boleh masuk" ucap Pak satpam itu atau yang sering di panggil pak Zaki.

"Saya juga ga minat masuk kok pak, saya mau titip motor ya pak" jawab Laki laki itu datar.

"Maaf ga bisa, kamu harus disini sampai bu Reva datang"

Kevan meraih telapak tangan Pak Zaki lalu menyelipkan beberapa lembar uang.

"Tadi ga bisa, kalo sekarang bisa kok" ucap pak Zaki sambil nyengir.

Setelah itu laki laki itu pergi menghampiri Ana. Ana sedang meneguk air mineral sisa kemarin yang belum ia habiskan.

"Ayok ikut gue" perintah laki laki itu sambil menarik tangan Ana, membuat Ana yang sedang minum menjadi kewalahan.

"kemana?"

"Udah ikut aja"

Bodo Amat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang