Delapan

1.1K 55 5
                                    

Setelah berjalan menyusuri sedikit trotoar, tibalah mereka di tempat yang banyak pepohonan tapi Ana tak mengetahuinya ini dimana, yang jelas posisinya tak terlalu jauh dari sekolah.

"Ini dimana sih Van?" Ana mulai geram.

Kevan mengabaikan pertanyaan Ana, ia terus menarik lengan Ana hingga mereka berdiri tepat di depan sebuah dinding yang lumayan tinggi.

"ini tembok apaan sih?" Tanya Ana geram.

"Lu naik bahu gue" perintah Kevan membungkukkan tubuhnya.

"Ga" Ana menolak tawaran Kevan.

"Mau masuk kelas ga?" Kevan bertanya.

"aman?" Ana kembali memastikan.

"Cepetan" perintah Kevan.

Ana pun menaikki bahu Kevan dengan hati hati, Kevan menegakkan tubuhnya agar Ana dapat mencapai dinding di depannya.

Dengan hati hati Ana berpindah dari bahu Kevan ke dinding putih itu.

"ini turunnya gimana?" Ada rasa senang tersendiri di hatinya.

"Tunggu gue kesana dulu" ucap Kevan yang malah meninggalkan Ana terperangah di atas dinding sana.

'Anjir si Kevan, gue di tinggal di belakang sekolah? Duduk di atas tembok sendirian? Tega banget Kevan. Awas Kevan kalo ketemu sama gue, gue cekokkin cilok lo'

Ana membatin kesal meratapi nasibnya yang kurang baik.

Ana melihat kebawah, memperhitungkan rasa sakitnya saat jatuh. Saat Ana bersiap untuk loncat, sebuah suara menahannya.

"Tungguu"

Ana menoleh, ia melihat Kevan kembali dengan sesuatu di bahunya.

Ana terperangah dengan aksi Kevan, ia membawa tangga bambu di bahunya dengan cengiran di giginya.

Kevan menepelkan tangga tersebut di dinding yang Ana duduki.

"Anjir lo, tadi lo modus ya? Kalo ada tangga, ngapain gue naik bahu lo gilaa" geram Ana.

Kevan tersenyum di bawah sana, "karena gue sayang sama lo, jadi gue gendong lo, gue itu takut tangganya patah" lalu mulai menaikki tangga, di undakkan ke tiga,

"Maksud lo gue berat gitu??" Tanya Ana geram.

Kretek kretek

"Aduuuuhh"

Ana terbahak bahak di tempat, melihat Kevan yang terjungkal.

Ana memberanikan diri untuk meloncat dari tembok menghampiri Kevan yang masih mengaduh.

Ana mengulurkan tangannya dan di raih oleh Kevan dengan cengiran bodohnya.

"Sakit tau Na, untung aja gue yang jatoh" Kevan mengadu.

"Terus ini gimana?" tanya Ana bingung.

Kevan mengetuk ngetukkan jarinya di dagu "gue punya ide"

Ana mengerutkan keningnya.

"Lo pura pura pingsan, nanti lo gue bopong. Kalo orang pingsan pasti boleh masuk" jelas Kevan.

Ana menggeleng, "ide lo ga pernah ada yang bener"

"Gimana? Mau ga?" tanya Kevan

"Lo mah modus"

"Engga Ana, sumpah gue tulus ini, kalo misal ga ada lo juga mending gue bolos"

"iya iya"

Ana dan Kevan bersiap, Ana menjatuhkan tubuhnya dan di tangkap oleh Kevan dengan cepat.

Bodo Amat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang