Empat Belas

1K 41 6
                                    

Perut keduanya sudah terisi, kini mereka sedang mengantre untuk membeli tiket bioskop.

"Lu aja deh yang pilih film nya, gue yang beli pop corn, terus nunggu disana deh" pinta Ana sambil menunjuk kursi yang tersedia disana.

"Iya, nih" Kevan menganggukkan kepalanya sambil menyodorkan beberapa lembar uang.

"Ga usah, kan lu udah bayarin tiket nya" tolak Ana lalu menampilkan gigi kelincinya.

Ana membeli pop corn dan Kevan membeli tiketnya.

Setelah menunggu beberapa saat, mereka pun memasuki studio 3.

"Kok lu milihnya di atas banget sih, di pojok pula" keluh Ana saat ia sudah menempati kursi yang dipilih Kevan.

Kevan hanya nyengir tak bersalah sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Awas aja lu kalo macem macem sama gue, gue tendang" ancam Ana sambil melebarkan matanya.

"Iye engga bakal kok, macem macem nya nanti aja kalo udah halal" ucap Kevan dengan kedipan sebelah matanya.

Ana mendengus tadi pagi aja dia udah nyium jidat gue. Astaga... jadi inget lagi kan, tuh kan jadi pengen lagi. Sadarlah Ana...

"Eh btw ini film apaan njir, lu kok ga ngasih tau gue" Ana mengalihkan pembicaraan.

Kevan menunjukkan tiketnya pada Ana.

"Horror?" Tanya Ana memastikan.

Kevan tersenyum miring "kenapa? Lo takut ya"

"Hahaha, kau salah besar wahai tukang ojekku" ledek Ana.

"Jadi?" Kevan tak mengerti sambil memirjngkan kepalanya.

"Gue tuh, malah suka banget sama genre horror, ya udah, cocok deh lo milih tempat yang di sudut gini, jadi ada sensasi yang bedanya gitu" kekeh Ana di akhirnya, dan film pun berputar.

Di pertengahan film, Ana merasakan kehangatan di tangannya. Ia tahu, Kevan menggenggamnya. Lagi lagi jantung Ana berdegup dengan cepat saat berada dekat dengan Kevan.

'Anjir, ini gue deg degan karena film atau karena tangan Kevan.' Ana membatin bertanya tanya.

Hingga film berakhir tangan mereka masih menyatu, tak ada yang ingin melepaskannya.

"Kemana lagi Na?" Tanya Kevan pada Ana di sebelahnya.

"Gue mau ke toko buku deh"

"Mau ngapain?" Tanya Kevan lagi.

"Nyuci piring" jawab Ana seperti Kevan tadi di restoran.

"Ihh ga boleh ngikutin perkataan aku ya, kamu ga boleh nakal oke?" Ucap Kevan dengan nada yang menurut Ana menggelikan. Tapi setelah itu Kevan kembali menyentil kening Ana.

Takut kembali terjadi seperti tadi pagi, Ana langsung memeganggi kening dengan kedua tangannya. Kevan terkekeh melihat kelakuan Ana yang menurutnya lucu itu.

"Gue tau tempat kali Na" lalu laki laki itu terkekeh.

Kevan kembali meraih lengan Ana dan menggenggamnya. Ana tidak menolak itu, ia menikmatinya.

***

"Eh Nggi, lo ngerasa, semenjak Ana kenal sama si Kevan, dia jadi berubah tau" tanya Anya pada Anggi yang sedang menyalin pr nya.

Anggi menggelengkan kepalanya "ya itu bagus lah Nya, artinya Ana udah move on dari si itu" jawab Anggi santai.

Anya manggut manggut "iya juga ya, dia berarti udah move on, gue tanya ah nanti"

"Jangan, jangan di tanya dulu, biarin dia lupa, jangan di ingetin lagi" larang Anggi pada Anya yang berniat menanyakan dugaan Anggi.

"Iya deh, ga jadi"

Satu persatu pun memasuki kelas. Terakhir Ana dan Kevan. Mereka sebenarnya sudah datang dari tadi, hanya saja tadi pak Rizal meminta mereka untuk ke ruang OSIS.

Ana berdiri di depan kelas lalu semuanya diam.

"Perhatiannya sebentar, lusa akan di adakan acara peduli sekitar, acara ini mengharuskan membentuk kelompok, satu kelompok beranggotakan delapan orang."

"Jadi nanti per kelompok itu membuat pertunjukan atau membuka stand stand makanan atau kerajinan, hasilnya akan kita sumbangkan kepada yang membutuhkan, sekian dan terima kasih"

Setelah itu semuanya ribut memilih kelompok. Ana menghampiri Anggi yang sudah menulis nulis anggota kelompoknya.

"Na, lu mau sama cowo ga?" Tanya Anggi, walau ia tahu, jawabannya tidak.

"terserah kalian aja, gue ngikut" jawab Ana santai sambil menulis sesuatu di bukunya.

Anya tersenyum lebar, mendengar jawaban Ana. Artinya, dugaannya dengan Anggi bisa jadi benar.

Anggi menghampiri empat orang laki laki.

"Kalian mau jadi anggota kelompok gue ga?" Tanya Anggi sedikit menggebrak meja salah satunya.

"Pas banget deh, mau kok Nggi, mau banget malah" jawab Salah satunya dengan cepat. Lalu Anggi menulis nama mereka, dan kembali ke asalnya.

Saat Anggi sudah kembali di tempatnya, "siapa aja anggota kelompoknya Nggi?" Tanya Risa mengambil buku yang di pegang Anggi.

"Ooo yang ini anggotanya, lumayan deh" lanjut Risa saat mengetahui anggotanya.

***

"Guys, nginep dirumah Riri yuk" ajak Anya pada ketiga sahabatnya yang sedang menyantap bakso.

"Gue sih ayo aja" jawab Anggi santai.

"2in" Ana menyahut.

"3in" Riri ikut ikutan menyahut.

"Lah?" Ketiganya berbarengan sambil menatap Riri.

"Kenapa? Ada yang salah?" Tanya Riri pada ketiganya.

"Kalo misal gue ga setuju, lu semua tidur di halaman rumah ya, jagain rumah" jawab Riri lalu menaikkan alisnya.

Ketiganya menatap Riri garang, Dan Riri menunjukkan 2 jarinya peace.

Ana membuka ponselnya untuk mengabari tukang ojeknya.

Gue ga pulang bareng lo hari ini, gue mau ke rumah Riri.

Kevan 🐰

Ya udah gue anter kerumah Riri.

Ga usah, gue pulang bareng temen temen.

Kevan 🐰

Oke lah, hati hati ya, kalo dah sampe kabarin gue.

Iya mak.

Kevan 🐰

Anak baiq.

Ana hanya membaca pesan tersebut, lalu ia kembali berbincang bincang dengan ketiga sahabatnya.

Kringg.....

Mereka bertiga memasuki kelas karena waktu istirahat telah berakhir. Membicarakan bakso mang Azis yang semakin kecil ukurannya tapi semakin besar harganya.

"Iya, untung aja lumayan rasanya, kalo cuma asin doang sih ogah gue" kata Anggi sambil menggerak gerakkan tangannya.

"Heuh, namanya juga bakso kantin, ngeluh mulu lo" kata Anya menyentil kening Anggi.

Anya dan yang lainnya terkekeh melihat kelakuan Anggi.

***

Bodo Amat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang