Dua Puluh Lima

128 13 0
                                    

Keempat gadis itu sedang melahap roti bakar. Mereka tidak kesiangan hari ini, jadi mereka bisa sedikit bersantai.

Ana mengirimkan pesan pada Anya.

Anya yang merasa ada pesan masuk, langsung membukannya.

Ana

Ga usah nebak nebak, biarin aja. Pura pura ga tau aja ya.

Anya membaca pesan tersebut kaget, hampir saja ia tersedak. Ia batuk kecil kemudian menyeruput susu vanila nya.

Anggi menolehkan kepalanya “Kenapa Nya?” tanya Anggi bingung.

Anya menggeleng, “Gapapa” jawabnya cepat lalu pergi kedapur untuk meletakan piring dan gelas kotornya.

Anya mendengar deru motor mendekat, bukannya ge-er, tapi Anya  menebak itu adalah mereka.

“jeng jeng jeng” ucap Anya tiba tiba membuat Riri dan Ana mengernyit.

Ting tong.

Ana melihat ke arah pintu, ia hendak membukakan gerbang. Tapi Anya mendahuluinya. Ana pun kembali duduk menyeruput sisa susu vanila nya.

“Siapa ya?” gumam Riri namun terdengar keduanya.

“Paling juga para ojek” jawab Ana malas.

“Lu mesen ojek Na?” tanya Anggi polos.

Riri menatap Anggi datar, “Makanya kalo makan roti jangan langsung telen Nggi, jadi aja macet pikiran lu”

Riri mengikuti Ana kedapur.

Anggi menggaruk kepala yang tak gatal “emang ngaruh ya?”

Anya menatap para ojek ojek mempesona di hadapannya, mereka datang dengan motornya masing masing.

“Ya udah tunggu bentar” kata Anya akhirnya. Tadi ia sempat menolak ajakan mereka untuk berangkat bareng, karena ia mengingat pesan yang Ana terima semalam.

Tapi hari sudah semakin siang, dan Ana pun meminta nya untuk berpura pura tidak mengetahui pesan semalam.

***

Kedatangan mereka membuat orang orang yang berada sepanjang gerbang sampai parkiran berbisik bisik.

Ada yang kagum, ada yang memotretnya untuk bahan gosip, ada yang menatap kesal, cemburu, beragam reaksi mereka.

Delapan remaja tersebut berjalan melewati koridor mendapati berbagai reaksi. Mereka memasuki kelas, lalu mulai menghampiri tempat duduknya masing masing.

Selagi menunggu bel masuk, Ana mengeluarkan ponselnya. Sama seperti ketiga sahabatnya.

Mereka melihat postingan terbaru dari akun gosip sekolah mereka.

Foto mereka yang baru saja memasuki gerbang sekolah, “Pada norak banget sih, gini aja di post. Kurang bahan gini nih” Anya menggeram, Daffa mengambil ponsel Anya untuk melihat apa yang membuatnya geram.

Daffa menggeleng gelengkan kepalanya, “Kapan lagi gue masuk akun gosip. Keren banget dah gue, sampe masuk akun gosip” ucapnya bangga lalu mengembalikan ponsel milik Anya.

“stres” ucap Anya lalu menyentil kening Daffa.

“Ih kamu modus ya, mau megang megang jidat aku” kata Daffa membuat Anya bergidik.

Anya mengelus dadanya, sambil membuang nafas kasar.

Anggi dan Riri terkekeh melihat itu.
Mereka kembali ke tempat masing masing karena bel sudah berbunyi.
Pelajaran pun dimulai.

***

Saatnya istirahat, Ana dan ketiga sahabatnya sudah bersiap menuju kantin.

“Kalian duluan aja deh, gue mau ke Perpus dulu” ucap Ana saat di perjalanan menuju kantin.

Anya dan Anggi menganggukkan kepalanya, berbeda dengan Riri yang terfokus pada buku yang di pegang Ana. Ia yakin, buku itu yang ia cari.

“gue ikut Ana deh, nanti pesenin yang sama aja ya” Riri berkata membuat Anya mengernyit.

“Oke, yuk Nya” ajak Anggi dengan semangat.

Ana dan Riri berjalan menuju perpustakaan. “Seru ga Na?” tanya Riri membuat Ana menoleh.

“Ya lumayan lah” jawab Ana.

“Gue mau pinjem ah”

Ana mengangguk anggukkan kepalanya. Mereka mulai memasuki perpustakaan.

Ana menemui petugas perpustakaan tersebut untuk mengembalikan buku tersebut.

“Simpan di tempat asalnya ya Na.” Perintah petugas tersebut.

“Iya bu, terima kasih”

Ana menemukan Riri yang sedang melihat lihat buku di rak novel.

“Nih Ri, jadi pinjem ga?” Ana menyerahkan buku itu pada Riri.

“Eh tapi hati hati ya, di dalemnya ada foto gitu. Ga tau deh foto siapa” lanjut Ana.

Riri sempat was was, sepertinya Ana tidak mengenali foto siapa itu. Riri mengambil buku tersebut, ia langsung menuju petugas
perpustakaan untuk meminjam buku tersebut.

Ana melihat lihat buku buku yang terdapat disana, sepertinya ia tak tertarik. Ia menghampiri Riri yang hampir selesai. Setelah itu mereka beranjak ke Kantin.

Mereka melahap siomay lalu menyeruput es jeruk.

Anggi melihat novel yang ada di bawah ponsel Riri. Anggi sepertinya pernah melihat novel tersebut, tapi ia lupa.

“kayaknya gue pernah liat novel itu deh” ucap Anggi sambil menunjuk novel tersebut.

Riri teringat sesuatu, ia harus mempersiapkan jawaban yang tidak meragukan.

Anya ikut melihat Novel yang ditunjuk Anggi, Anya manggut manggut “itukan novel yang di pinjem Ana” ucap Anya mengingat ia tadi melihat novel itu di genggamman Ana.

Riri membuang nafas lega, semoga Anggi sepemikiran dengan Anya.

Anggi menggeleng, ia memiringkan kepalnya, "gue inget,"

Riri hampir tersedak saat sedang menyeruput es jeruk miliknya.

“gue pernah liat novel itu ada di atas meja lu Ri” sambung Anggi.

Ana menoleh merasa tertarik. Ia mengernyitkan dahinya.

“lu gimana sih Nggi, Riri sama Ana kan mejanya bareng” ucap Anya kesal.

Anggi menggeleng, “engga Nya, gue ngeliatnya udah lama. Ana kan minjemnya baru baru ini. Ya gak lama lama amat sih, kalo ga salah deketan sama acara baksos deh” jelas Anggi panjang.

Bel berbunyi membuat Anya dan Ana mengabaikan penjelasan Anggi. Ia memajukan bibirnya kesal.

***

Haii
Jangan lupa Vote & Comment.
Makasiih❤❤

Bodo Amat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang