Dua Puluh Dua

1.4K 38 18
                                    

"selai kacang ada dimana Na?" tanya Anya sambil melihat lihat berbagai macam selai namun yang ia cari tak juga ditemukan.

"kalo ga ada di meja, coba aja di lemari" jawab Ana sambil melahap roti selai nanasnya.

"kita berangkat bawa mobil lo aja ya Na" saran Riri.

Ana menganggukkan kepalanya. "ya terus ma..." belum saja Ana menyelesaikan ucapannya. Terdengar deru motor yang sepertinya lebih dari satu.

Tak lama terdengar gerbang rumahnya terbuka 'kalo yang masuk se enak jidat gini sih pasti Kevan' batin Ana menebak. Ia melangkahkan kakinya keluar untuk membutikan tebakannya. Benar saja ada Kevan dan tiga laki laki yang lainnya.

"hai Ana" sapa Alvin menyisir jambulnya kebelakang.

Kevan memberikan tatapan awas lo deketin cewe gue. Yang ditatap hanya terkekeh.

"Kevan masuk rumah Ana rasa masuk rumah sendiri ya" celetuk Anggi dan disetujui oleh Anya.

"kan Kevan sering ngapel" sahut Anya membuat Ana mendengus.

"udah siang, kuy berangkat" Ajak Ana memakai tasnya.

"kuy" jawab semuanya kompak.

Sudah seperti tebakan kalian. Ana dengan Kevan, Anya dengan Daffa, Anggi dengan Angga, dan Riri dengan Alvin.

Empat motor sport tersebut meninggalkan rumah Ana, menyisakan deru motor yang sedikit mengganggu pendengaran.

***

Ana harap memberikan Kevan kesempatan untuk mendekatinya bukanlah hal yang salah. Ia merasa terlindungi saat dekat dengan Kevan. Semoga pilihannya kali ini tidaklah salah.

Setibanya mereka di parkiran sekolah, otomatis membuat mereka menjadi pusat perhatian. Deru motor yang memekakkan telinga, yang membonceng dan di boceng juga menjadi daya tarik perhatian tentunya.

Delapan remaja itu berjalan layaknya sedang bermain dalam film. Mereka berjalan beriringan dengan para gadis di depan dan laki mengikuti dibelakang. Tatapan kagum dan sorak riuh pun terdengar.

"gila kalo para most wanted jalan gini ya, rasa ada musiknya"

"yang ganteng ganteng sama yang cantik cantik"

"kita remahan rengginang ya pasangannya sama remahan peyek"

"anjir, berkelas dikit dong, remahan tango misalnya"

"sesama remahan dilarang meledek"

Setibanya mereka di kelas. "anjir, gue rasa seleb" ucap Anggi heboh.

"lebay"

"dua'in"

"tiga'in"

Bel masuk pun terdengar. Semuanya kembali pada posisinya masing masing. Ana merasakan getaran pada ponselnya.

Princess

Anda telah di tambahkan oleh Kevan.

Anya

Grup apaan nih...

Anggi

Asik hp gue ga sepi lagi

Anda

Simpen hp nya, liat ada siapa di depan.

Ana merutuki kebodohannya, kenapa ia ikut membalas pesan tersebut. Ia mendongakkan kepalanya, sudah ada bu Riani yang sedang mengabsen, syukurlah.

Ia menepuk bahu Anya dan Anggi di depannya kemudia ia memelototi keduanya. Riri yang sedari tadi hanya sebagai penonton terkekeh melihat Ana yang sedikit kembali.

***

Indahnya jam pelajaran bila dinikmati. 3 jam berlalu. Murid murid berhamburan keluar kelas. Ana dan ketiga sahabatnya langsung berlari dengan semangat menuju kantin. Mereka menemukan tempat yang pas untuk empat orang.

"gue aja yang pesen" ucap Ana bangkit dari duduknya.

"gue batagor sama es teh aja deh Na" pesan Anya.

"samain aja" sahut Anggi saat Ana melihat ke arahnya.

"samain juga deh" Riri mengikuti.

"oke tungggu" Ana meninggalkan ketiganya menuju stand batagor.

Anya, Anggi dan Riri saling lirik. Tak biasanya Ana mau memesan makanan.

"kita harus tanya Kevan" ucap Anya.

"kayaknya ngga perlu deh Nya, biarin aja" Riri memberi saran.

"nanya apaan?" sahut Anggi bingung. Pasalnya Anya tiba tiba saja berbicara seperti itu, Anggi tak paham.

"bilang makasih aja cukup deh kayaknya" usul Riri.

Anya mengangguk paham, " iya deh, setuju"

Anggi ikut menganggukakna kepalanya lalu mengatakan bahwa ia setuju.

"emang lo ngerti?" tanya Anya menantang

Anggi menggeleng sebagai jawaban, Riri yang gemas menarik kedua pipi Anggi membuat sang pemilik meringis.

"good girl" puji Riri pada Anggi.

Ana datang dengan nampan di tangannya. Ia meletakan piring tersebut diikuti oleh mang Udin penjual batagor.

"kok cepet Na?" tanya Anya bingung.

Ana terkekeh, lalu melirik Anggi. "pake jurus Anggi" jawab Ana lalu ia menyeruput teh nya.

Anya dan Riri menggeleng. Setidaknya Ana sudah kembali sedikit demi sedikit.

Ana dan Anggi saling tos membuat Anya dan Riri semakin heran.

Keempatnya menyelesaikan makannya, sambil sesekali Ana memberikan lawakan recehnya. Ketiga sahabatnya benar benar merasa senang. Tanpa sadar, seseorang melihat kejadian hangat tersebut, ia mengepalkan tanganya. 'sialan' ia membatin geram lalu meninggalkan kantin.

***

Nikmatnya waktu bila dinikmati. Tak terasa waktu sudah selesai. Semuanya bersorak saat mendengar bel pulang.

"kalian masih nginep dirumah kan?" tanya Ana sambil memasukkan buku bukunya.

"iya dong, kemaren kan kita udah bawa koper" jawab Anggi semangat.

Iya, kemarin ketiga sahabat Ana datang dengan kopernya masing masing. Sudah seperti di usir dari rumah.

Keempatnya merasakan getaran dari ponselnya secara bersamaan.

Princess

Angga

Kita tunggu di parkiran.

Keempat gadis itu saling melemparkan tatapan.

"semenjak ada Kevan dan dia deketin Ana, kita juga jadi kecipratan cogan nih" ucap Anggi senang dengan senyumnya yang merekah.

Ana mendengus mendengar pernyataan Anggi.

Keempat gadis tersebut melewati koridor dengan sesekali terdengar tawa Anggi yang heboh. Mereka bahagia, Ana kembali. Sangat bahagia.

Tibalah mereka di parkiran, dapat mereka lihat para lelaki itu sudah memasang wajah masam. Sepertinya mereka lama menunggu.

"muka asem amat pak" celetuk Riri lalu menarik kedua ujung bibir Alvin.

Alvin merasakan perasaan aneh saat Riri menarik kedua ujung bibirnya. Jantungnya tak karuan.

"ciee ciee... jadian ini mah bentar lagi" goda Anggi heboh sambil sesekali menyenggol lengan Riri di sebelahnya.

Riri mendengus "diem deh lo" ucap Riri galak membuat Anggi semakin semangat menggodanya.

Ana terkekeh melihat kelakuan sahabatnya, kenapa selama ini ia tak menyadarinya? Bahwa ia di kelilingi oleh orang orang orang yang hangat. Ia merasa menyesal. Ia kurang bersyukur.

Bodo Amat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang